Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Masa Lalu Gong Mo (12)



Masa Lalu Gong Mo (12)

0Sheng Nanxuan langsung menangkap sepatu itu.      
0

Tang Xinxin buru-buru berdiri di depan Gong Mo dan menunjuk ke arah Sheng Nanxuan, "Jangan menindas Momo-ku!"     

Sheng Nanxuan tidak berkomentar dan berjalan untuk menyerahkan sepatu itu, "Sejak kapan Gong Mo menjadi milikmu?"     

Tang Xinxin tertegun. Ia merebut sepatu itu dan menyerahkannya pada Gong Mo.     

Gong Mo menundukkan kepalanya dan memakai sepatunya, lalu kembali ke tempat duduknya.     

Sementara murid-murid lainnya kembali ke kelas tanpa mengetahui penyebab kegaduhan ini. Tang Xinxin pun juga bergegas kembali ke tempat duduknya yang berada di sebelah Gong Mo.     

Ia bertanya, "Apa yang terjadi padamu dan Sheng Nanxuan?"     

"Tidak apa-apa." Gong Mo terlihat begitu suram. Ia menunduk dan mulai menyeka air matanya.     

Sheng Nanxuan benar-benar sudah menindasnya!     

Begitu mendengar perkataan Gong Mo, Tang Xinxin pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lagi. Pada saat Tang Xinxin menoleh, ia melihat kertas ujian yang berada di atas meja. Ia mengambil dan melihatnya, tetapi Gong Mo buru-buru merebutnya.     

Tang Xinxin pun tercengang, "Ada apa?"     

"Tidak apa-apa." Gong Mo berkata dengan suara yang pelan, lalu mengambil pena dan buku coret-coretan Sheng Nanxuan.     

Tang Xinxin berkata, "Sepertinya ini bukan penamu, kan?"     

Gong Mo mendorong Tang Xinxin dan berkata, "Jangan ganggu aku."     

Setelah mengatakannya, Gong Mo menunduk dan melipat kertas-kertas itu menjadi satu lalu menyelipkannya di buku coret-coretan.     

Pada saat membuka buku itu, Gong Mo melihat kata-kata yang tertulis di dalamnya dengan mata yang melebar dan ekspresi terkejut.     

Di dalamnya tertulis karakter Cina yang ditulis dengan sangat rapi. Tulisannya begitu tegas dan elegan, bahkan bisa memenangkan hadiah utama kompetisi menulis kaligrafi.     

Sementara kata-kata di dalamnya lebih membuatnya merasa takjub.     

'Jika aku datang ke dunia…'     

'Hanya untuk bertemu denganmu sekali…'     

'Hanya untuk sesaat dalam miliaran tahun cahaya…'     

'Dalam sekejap, seluruh keindahan dan kesedihan ada di sana.'     

'Kalau begitu biarkan saja semua yang harus terjadi…'     

'Terjadi dalam sekejap.'     

'Biarkan aku membungkuk dan berterima kasih pada alam semesta atas seluruh bantuan yang diberikan.'     

'Membiarkanku bertemu denganmu dan tidak jauh darimu...'     

'Dan melengkapi sebuah puisi yang ditulis oleh Yang Kuasa.'     

'Lalu perlahan-lahan menua bersama.' Gong Mo selesai membaca puisi ini dalam hati.     

'Puisi ini adalah tulisan Sheng Nanxuan?'     

'Apa tulisannya seindah ini?'     

'Selain itu, puisi ini begitu indah. Apa jangan-jangan ini juga merupakan karyanya?' Gong Mo terus bertanya-tanya dalam hatinya.     

Gong Mo menutupnya dan menyadari bahwa tidak ada nama yang tertulis di buku itu. Ia pun membuka kertas ujian, lalu melihat nama dan nomor siswa yang tertulis di sana. Benar saja, tulisannya sama dengan tulisan puisi itu.     

Gong Mo melihatnya sejenak, lalu meremasnya dengan kesal menjadi satu. Sesudah itu, ia mengambil pena itu dan berjalan menghampiri Sheng Nanxuan.     

Sheng Nanxuan menatapnya dengan tatapan kosong, sementara seluruh kelas juga diam-diam memperhatikan mereka.     

Gong Mo berjalan ke meja Sheng Nanxuan dan melempar barang-barang di tangannya ke tempat sampah.     

Sheng Nanxuan duduk di baris terakhir yang merupakan sudut paling ujung dari kelas mereka dan tempat sampah tepat berada di belakangnya.     

Gong Mo berbalik dan kembali.     

Sheng Nanxuan melihat bagian dalam tempat sampah tanpa bergerak sedikit pun. Ia baru mengambilnya sebelum kelas dimulai dan ketika semua orang sedang tidak memperhatikan.     

Sepulang sekolah di sore hari, Gong Mo sedang menunggu Tang Xinxin di gerbang sekolah. Tang Xinxin pergi ke parkiran sepeda untuk mengambil sepedanya.     

Sheng Nanxuan berjalan keluar dari gerbang sekolah. Begitu melihat Gong Mo, ia segera menghampirinya dan sengan hati-hati memanggilnya, "Gong Mo!"     

Ketika Gong Mo mendengar suaranya, dalam sekejap Gong Mo menoleh dan menatapnya dengan kesal.     

Sheng Nanxuan mengatupkan bibirnya. Ia tahu bahwa dirinya sudah bertindak terlalu jauh hari ini, jadi ia pun berkata dengan suara yang pelan, "Maaf."     

Air mata Gong Mo tiba-tiba mengalir dari sudut matanya.     

'Di… Dia sudah menindasku seperti itu. Apa dengan mengucapkan "Maaf" semuanya selesai?'     

Sheng Nanxuan tiba-tiba membuka tas sekolahnya, mengeluarkan sebuah buku, dan menjejalkannya pada tangan Gong Mo, lalu berbalik dan berlari ke dalam kerumunan.     

Gong Mo tercengang. Ia menunduk dan menatap buku kumpulan puisi Xi Murong yang ada di tangannya.     

"Momo!" Tang Xinxin memanggilnya.     

Gong Mo buru-buru menyeka air matanya dan memasukkan buku itu ke dalam tasnya, lalu berbalik memandangnya.     

Tang Xinxin mendekat sambil mendorong sepedanya, lalu menaikinya dan berkata sambil tersenyum, "Ayo naik…!"     

Gong Mo duduk di kursi belakang sambil memegang pinggang Tang Xinxin.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.