Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Masa Lalu Gong Mo (2)



Masa Lalu Gong Mo (2)

0Setelah melewati persimpangan jalan, Gong Mo menunjuk ke jalan di sebelah kanan yang lebih terang, "Lewat sini."     
0

Tapi Sheng Nanxuan langsung berlari ke kiri, "Lewat sini"     

Keduanya berlari dan berlari hingga memasuki gang buntu yang gelap gulita.     

Melihat tidak ada jalan di depan, Sheng Nanxuan berhenti dan bersandar ke dinding untuk bernapas.     

Gong Mo jatuh terduduk di tanah, terengah-engah sambil menangis.     

"Kenapa kamu menangis?" tanya Sheng Nanxuan.     

"Tidak ada jalan!" teriak Gong Mo, lalu mengulurkan tangan dan menekan pergelangan kaki kirinya, "Kakiku sakit!"     

Baru saja mengatakannya, Song Zije telah datang menyusul bersama orang-orang untuk mengejar mereka.     

Gong Mo dengan cepat bangkit dari tanah dan tertatih-tatih berlindung di belakang Sheng Nanxuan.     

Song Zijie dan sekelompok orang itu juga sudah lelah berlari. Mereka meletakkan kedua tangannya di lutut sambil terengah-engah, kemudian menunjuk ke arah mereka, "Lari! Ayo lari! Haha! Bukankah ini Tuan Muda Kedua keluarga Sheng? Ingin merebut wanitaku rupanya."     

"Tidak berani." kata Sheng Nanxuan.     

Song Zijie tertawa terbahak-bahak, "Ini baru benar!"     

Song Zijie pun tidak takut karena dirinya membawa banyak orang bersamanya, jadi ia langsung berjalan menghampiri Sheng Nanxuan dan melirik Gong Mo yang bersembunyi di belakangnya.     

Gong Mo masih berusia 16 tahun pada saat itu. Benar-benar usia seorang primadona muda yang menawan. Tidak sedikit pria yang tertarik padanya, bahkan tidak terkecuali Sheng Nanxuan.     

Serigala seperti Song Zijie semakin mengingininya.     

Ia mengulurkan tangan dan menepuk bahu Sheng Nanxuan, "Saudaraku, ketika aku selesai bermain dengannya, aku akan memberikannya untukmu."     

Tiba-tiba Sheng Nanxuan meraih pergelangan tangan Song Zijie dan memutarnya.     

Dengan satu suara yang terdengar dari tangannya, jeritan Song Zijie terdengar seperti babi yang tersembelih.     

Gong Mo tertegun dan menatapnya dengan mata terbelalak.     

Sheng Nanxuan menendang Song Zijie dengan satu tendangan dan membuat anak buah Song Zijie tercengang.     

Sheng Nanxuan menyambut mereka dan menghajarnya.     

Gong Mo begitu ketakutan. Ia bahkan tidak memiliki handphone dan tidak bisa melapor polisi, jadi ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.     

Sheng Nanxuan hanya seorang diri, sementara pihak lawan adalah sekelompok besar orang.     

Gong Mo mengira Sheng Nanxuan akan kalah, lalu mereka berdua akan sama-sama jatuh ke dalam cengkraman orang-orang ini.     

Sheng Nanxuan adalah seorang laki-laki dan paling-paling hanya akan dipukuli, tetapi Gong Mo pasti akan merasa begitu sengsara. Ia pasti akan dihancurkan oleh orang-orang itu.     

Gong Mo mulai menyeka air matanya ketika memikirkan kemalangan yang akan ia hadapi.     

Tetapi hasilnya benar-benar di luar dugaannya.     

Ia melihat Sheng Nanxuan menjatuhkan lawannya satu demi satu.     

Sekelompok besar lawan hancur berantakan seperti kartu domino, sementara Sheng Nanxuan masih berdiri di depan dengan tegap.     

Pada saat Gong Mo melihat punggungnya, tiba-tiba ia merasa Sheng Nanxuan sangat tampan.     

"Enyah!" bentak Sheng Nanxuan. "Ke depannya, menjauh dari dia!"     

Gong Mo merasa Sheng Nanxuan semakin terlihat tampan.     

Song Zijie bangkit dan melarikan diri bersama anak buahnya.     

Sheng Nanxuan berbalik dan menatap Gong Mo yang bersandar di dinding, lalu berjalan mendekatinya perlahan-lahan.     

Meskipun tadi Gong Mo merasa Sheng Nanxuan sangat tampan, tapi ia masih merasa sedikit takut. Ia pun mundur untuk menghindarinya.     

"Ah!" Gong Mo berteriak kesakitan dan terjatuh ke atas tanah.     

"Ada apa?" ​​Sheng Nanxuan bergegas ke sisinya.     

Gong Mo menyentuh pergelangan kakinya. Pada saat rasa sakit yang menusuk datang, ia segera menarik tangannya.     

Ia menangis kesakitan, "Sepertinya terkilir."     

Sheng Nanxuan memeriksanya dan berkata, "Tidak melukai tulang."     

"Tapi sakit sekali." Gong Mo berkata sambil terisak.     

"Tentu saja sakit. Tapi bisakah kamu berhenti menangis?"     

"Aku sakit!" Gong Mo meraung keras. Ia merasa begitu kesakitan, jadi kenapa tidak boleh menangis?     

Sheng Nanxuan tercekat. Tiba-tiba ia merasa bahwa perkataan Gong Mo sangat masuk akal, jadi ia mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri, kemudian berjongkok di depannya, "Naiklah."     

Gong Mo tertegun, "Apa yang kamu lakukan?"     

"Biar kugendong."     

"Tidak, tidak perlu." Gong Mo buru-buru menggelengkan kepalanya.     

Gong Mo belum pernah berhubungan sedekat ini dengan seorang laki-laki sebelumnya, jadi tentu saja ia tidak mau.     

"Kalau begitu aku pergi, ya? Kamu di sini saja sendirian!" Sheng Nanxuan berdiri dan langsung berjalan pergi.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.