Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Hari Kasih Sayang (3)



Hari Kasih Sayang (3)

0Kak Zhang tertegun dan tidak bisa mengingat barang apa yang tertinggal, tetapi ia tidak berani menanyakan urusan mengenai tuan rumahnya.     
0

Saat keduanya hendak berbalik, Gambino sudah menyadari pergerakan mereka. Ia membuang rokoknya dan berlari menghampiri mereka sambil berseru, "Shan Rong!"     

Ibu Gong membeku, lalu berkata dengan enggan pada Kak Zhang, "Tunggu aku sebentar!"     

Ibu Gong mengencangkan syalnya dan bergegas menghampiri Gambino dengan kesal, "Apa yang kamu lakukan?!"     

Gambino menyerahkan bunga yang ada di tangannya pada Ibu Gong dan berkata, "Hari ini adalah Hari Kasih Sayang. Ini untukmu."     

"Aku bahkan bukan kekasihmu!"     

Gambino tertegun dan berkata, "Arti Hari Kasih Sayang bukan seperti itu. Artinya…"     

"Kamu tidak perlu mengatakannya! Aku mengerti, aku mengerti..." Ibu Gong buru-buru berkata, "Akan tetapi aku tidak membutuhkannya! Tidak bisakah kamu untuk tidak datang menggangguku?"     

Tangan Gambino membeku di udara, kemudian ia menghela napas panjang dan berkata, "Shan Rong… Hari ini adalah hari di mana seseorang bisa berani mengungkapkan perasaan mereka pada orang yang disukai."     

Ibu Gong berkata dengan heran, "Bukankah itu April Mop?"     

"..." Gambino tidak mampu berkata-kata.     

"Salah! Bukankah dulu kamu sudah pernah mengungkapkan perasaanmu?"     

"Iya, benar!" Gambino mengangguk dengan cepat. Ternyata Ibu Gong mengingatnya.     

"Tapi aku sudah menolaknya!"     

"..." Gambino merasa jantungnya seperti ditusuk-tusuk oleh pisau.     

"Sudahlah. Kamu pergi saja." Ibu Gong berkata, "Kalau kamu masih tidak pergi juga, aku akan melaporkanmu pada polisi!"     

"Apa benar-benar tidak bisa diterima?" Gambino menatap Ibu Gong dengan penuh harap dan berkata, "Ini… Ini adalah perasaanku. Aku pikir kamu pasti sudah bertahun-tahun tidak menerima mawar merah…"     

"Rupanya kamu mengasihaniku!?" Ibu Gong berseru, "Aku adalah wanita paruh baya yang begitu menarik dan secantik bunga ini, ada kamu yang menyukaiku, jadi tentu saja juga ada orang lain yang menyukaiku! Aku katakan padamu, jangan memandang rendah diriku! Beberapa tahun ini aku menerima begitu banyak bunga. Aku bahkan tidak menghargai pemberian mereka, jadi aku semakin tidak akan menghargai seikat bunga pemberianmu ini!"     

"... Oh." Gambino merasa sangat kecewa.     

Melihat Gambino yang terlihat begitu suram, tiba-tiba Ibu Gong merasa agak tidak tega.     

Ibu Gong teringat di hari Tahun Baru Imlek, saat Gambino berdiri menatap bendera kebangsaan dengan tatapan kosong...     

'Untuk apa si setan asing ini melihat bendera kebangsaanku? Mungkinkah karena dia tidak berhasil mendekatiku, dia jadi ingin meminta bantuan pada bendera kebangsaan?' pikir Ibu Gong di dalam hatinya.     

Ibu Gong merasa imajinasinya sedikit berlebihan. Akan tetapi, atas dasar Gambino yang sudah menghormati bendera kebangsaannya, Ibu Gong masih memberinya muka!     

Ibu Gong mengulurkan tangannya untuk mengambil bunga itu. Gambino tertegun dan menatapnya dengan terkejut, "Rongrong…"     

"Rongrong apanya?!" Ibu Gong berseru, "Kamu memanggilku Rongrong? Aku hanya memberimu muka, agar kamu tidak malu! Aku tidak punya maksud lain. Cepat pergilah!"     

"Baiklah." Gambino tersenyum dan mundur dua langkah, lalu berkata, "Selamat Hari Kasih Sayang."     

"..." Ibu Gong tidak menjawabnya. Gambino melihat bahwa ia tidak membuat Ibu Gong senang barang sedikitpun.     

...     

Sheng Nanxuan dan Gong Mo bermain di taman bermain selama dua jam, kemudian pergi mengendarai mobil ke sebuah jalan kuno.     

Segala sesuatu di jalan ini terlihat antik. Ada banyak mainan kecil yang dijual dan terlihat cukup menarik.     

Keduanya terus berjalan-jalan hingga malam dan seluruh jalan sudah terang benderang.     

Lampu yang ada di sini adalah lampu lentera istana berbentuk segi delapan pada jaman dulu. Pada malam hari, di bawah lampu hanya terlihat siluet paviliun dan tidak terlihat orang yang mengenakan pakaian modis sehingga seperti merasa sedang melakukan perjalanan waktu.     

Sheng Nanxuan mengambil kamera dan memotret Gong Mo berkali-kali sampai membuat Gong Mo sendiri tidak ingin masuk ke lensa kamera, barulah Sheng Nanxuan berkata, "Kalau begitu kita pergi makan malam saja."     

"Iya! Sesudah makan kita segera pulang saja. Bagaimana kalau Xiaohu kelaparan?"     

Sheng Nanxuan tertegun menatap Gong Mo sambil berkata, "Apa di hatimu cuma ada dia?"     

"Hmm... Memang di hatimu tidak ada dia? Dia itu anakmu!"     

"Huh! Anak ini baru saja mencurimu dariku."     

Begitu mendengar Sheng Nanxuan berkata seperti itu, Gong Mo tersipu malu dan malu untuk berdebat dengannya.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.