Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Dia tidak Suka Melihat Kita Memamerkan Kemesraan



Dia tidak Suka Melihat Kita Memamerkan Kemesraan

0"Ijin cuti!?" Ibu Gong terkejut dan berkata, "Cuti berapa lama? Bukankah sebelumnya kalian bilang bahwa kalian akan memanggil pengasuh bayi? Kalau begitu manfaatkan kesempatan cutimu ini untuk mencari pengasuh. Nanti saat sudah keluar dari rumah sakit, pengasuh itu bisa langsung di suruh masuk bekerja."     
0

"Aku sudah meminta bantuan seseorang untuk mencarikannya. Pengasuh itu sudah bisa datang bekerja kapan saja."     

"Seperti apa orangnya?" Ibu Gong bertanya dengan khawatir, "Orang yang mengurus bayi boleh sembarangan."     

"Bu, jangan khawatir." Gong Mo tidak bisa menahan dan berkata, "Jika Nanxuan mengurus sesuatu, tentu tidak mungkin terjadi kesalahan."     

Bukankah orang yang berani membuat kesalahan saat disuruh melakukan sesuatu untuk Nanxuan akan mati dengan mengenaskan?     

Ketika Sheng Nanxuan mendengarnya, sebuah senyum mengembang di bibirnya dan matanya menatap Gong Mo dengan lembut. Sheng Nanxuan benar-benar merasa puas karena istrinya itu sangat mempercayai dirinya.     

Ibu Gong merasa malas melihat mereka berdua dan berkata, "Ya, ya, ya! Terserah apa katamu saja! Dasar! Begini saja sudah memamerkan kemesraan!"     

Kalimat terakhir Ibu Gong katakan dengan suara yang sangat pelan. Meskipun begitu Sheng Nanxuan mendengarnya.     

Sheng Nanxuan tidak mampu menahan tawanya sambil menjulurkan tangannya untuk membelai kepala Gong Mo.     

Melihat putri dan menantunya bermesraan, Ibu Gong merasa dirinya bak obat nyamuk! Ia berbalik sambil berkata, "Ibu akan pergi ke supermarket untuk membeli sesuatu."     

Setelah melihat Ibu Gong pergi, Gong Mo berkata pada Sheng Nanxuan dengan linglung, "Sepertinya ibu marah."     

"Ibu bukannya marah. Ibu tidak suka melihat kita memamerkan kemesraan."     

Gong Mo tidak mampu berkata-kata, "..."     

Sementara Sheng Nanxuan tersenyum dan berkata, "Kita harus lebih banyak memamerkan kemesraan. Mungkin saja suatu hari nanti ibu akan merasa tidak tahan lagi dan ingin membalas dendam pada kita dengan mencari pasangan."     

Begitu mendengar perkataan suaminya, Gong Mo tidak mampu menahan tawanya dan berkata, "Jika ibu benar-benar ingin mencari pasangan, maka aku sudah bisa tenang."     

Libur Tahun Baru telah berakhir dan perusahaan-perusahaan besar sudah mulai masuk kerja.     

Su Mo bangun pagi-pagi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian formal. Sementara Sheng Donglin yang sudah siap lebih awal, sedang sarapan di ruang makan.     

Su Mo berjalan menuju ruang makan, meletakkan tasnya di kursi kosong, dan duduk di samping Sheng Donglin.     

Saat pelayan membawakan sarapannya, Su Mo melirik ke arah sang pelayan dan berkata, "Mengapa dagingnya begitu berminyak? Aku tidak mau! Berikan aku salad."     

Mata Sheng Donglin yang awalnya sedang melihat koran, kini tertuju pada Su Mo, "Lagi-lagi kamu diet?! Kamu tidak gemuk."     

"Semakin tidak gemuk, semakin harus menjaga!" Su Mo tersenyum dengan menawan sambil mencondongkan tubuhnya untuk meraih lengan Sheng Donglin dan berkata, "Nanti antar aku ke kantor, ya?"     

"Oke." Sahut Sheng Donglin, lalu mencium bibir Su Mo.     

Su Mo tersenyum, lalu bangkit berdiri dan duduk di pangkuan Sheng Donglin.     

Sheng Donglin melempar korannya dan memeluk Su Mo, menggigit daging bacon di mulutnya, lalu menyuapi Su Mo dari mulut ke mulut.     

Setelah memakannya, Su Mo tertawa dan berkata, "Kamu begitu nakal! Jelas-jelas tahu Su Mo ini takut menjadi gemuk."     

"Aku menyukaimu yang berisi." Kata Sheng Donglin sambil terus-menerus meremas pantat Su Mo.     

Pelayan yang datang sambil membawa salad, tersipu ketika melihat perilaku keduanya. Wajah pelayan itu memerah. Ia segera meletakkan salad Su Mo dan bergegas pergi.     

Setelah beberapa saat, keduanya merasa bosan. Tubuh Sheng Donglin terasa panas oleh gairah. Ia mendorong Su Mo ke meja makan, lalu melepas stoking dan celana dalam Su Mo.     

"Ah..." Su Mo mengerang di atas meja.     

"Momo... Momo..." Sheng Donglin bergerak maju dengan penuh gairah di belakang tubuh Su Mo.     

"Eh..." Setengah jam kemudian, Sheng Donglin melepaskan Su Mo, dan menekan seluruh tubuhnya di punggung Su Mo, memeluknya erat-erat, dan berteriak dengan suaranya yang parau, "Momo..."     

Seketika tubuh Su Mo terasa merinding kedinginan.     

Tiba-tiba Su Mo merasa bahwa kekasihnya ini seperti bukan sedang memanggil dirinya     

'Momo…' Batin Su Mo.     

Su Mo teringat bahwa ada seseorang yang namanya terdengar persis sama dengan miliknya dan berpikir, 'Dia tidak sedang memanggil Gong Mo, bukan?'     

Su Mo menggertakkan gigi dan matanya dipenuhi dengan kebencian. Ia mengaitkan tangannya ke belakang leher Sheng Donglin dan berkata, "Donglin, aku mencintaimu."     

Sheng Donglin bangkit berdiri, beranjak dari tubuh Su Mo, dan menepuk pinggul Su Mo dengan tangannya sambil berkata, "Ya sudah. Cepatlah berberes! Kamu sudah terlambat."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.