Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Apakah Nanxuan Khawatir?



Apakah Nanxuan Khawatir?

0"Sekarang tidak boleh. Kamu masih belum boleh bergerak." Kata Sheng Nanxuan.     
0

Begitu mendengar perkataan Sheng Nanxuan, seketika itu juga Gong Mo merasa bahwa anak mereka pasti sudah tiada. Gong Mo berpikir bahwa Sheng Nanxuan hanya mencari alasan untuk mengulur waktu dan menutupi kebenaran yang sesungguhnya dari Gong Mo.     

"Biarkan aku melihat anak kita!" Jerit Gong Mo sambil mencoba untuk duduk.     

Sheng Nanxuan menahan Gong Mo agar tidak bangun dari ranjang pasien sambil berkata, "Jangan bergerak!"     

"Ada apa?" Ibu Gong berlari masuk dari luar kamar.     

Ibu Gong baru saja pergi untuk melihat bayi mereka dan begitu kembali, ia justru mendengar Gong Mo menjerit. Melihat Gong Mo yang sudah sadar, Ibu Gong ke samping ranjang pasien dan berkata, "Syukurlah kamu sudah bangun!"     

Gong Mo meraih Ibu Gong dan memanggilnya, "Bu!"     

"Iya, jangan menangis. Ibu ada di sini." Hati Ibu Gong hancur ketika melihat air mata mengalir di mata Gong Mo. Sambil menghibur putrinya itu, Ibu Gong menyeka air mata Gong Mo.     

Gong Mo menggelengkan kepalanya dan menjerit sambil menangis,, "Anakku! Di mana anakku?!"     

"Anak itu ada di dalam inkubator."     

Gong Mo tertegun dan bertanya, "Anakku masih hidup?"     

"Iya..." Ibu Gong tersenyum dan berkata, "Kamu seharusnya lebih berhati-hati! Bisa-bisanya kamu membuat dirimu dan juga anakmu menderita seperti ini! Kamu bahkan juga membuat Nanxuan tidak tidur semalaman."     

"Aku ingin menemui anakku." Kata Gong Mo sambil berusaha bangun dari tempat tidurnya.     

"Tidak usah terburu-buru. Saat ini kamu belum boleh bergerak." Sahut Sheng Nanxuan. Akan tetapi Gong Mo tetap bersikeras untuk bangun. Sheng Nanxuan tiba-tiba mengamuk dan berteriak, "Kamu baru saja keluar dari ICU! Bagaimana bisa kamu terus memberontak seperti ini!?"     

Gong Mo terkejut menatap Sheng Nanxuan yang mengamuk dan tidak berani bergerak lagi.     

Ibu Gong buru-buru menenangkan Sheng Nanxuan dan berkata, "Menantu, jangan marah. Gong Mo hanya khawatir pada anak kalian. Semua ibu pasti akan seperti ini, mereka akan mementingkan anaknya di atas segala-galanya."     

Sheng Nanxuan menarik napas dalam-dalam dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Gong Mo dengan baik, "Bu, tolong jaga Gong Mo. Aku akan meminta dokter untuk membawa anak kami ke sini."     

"Kamu tidak perlu menuruti keinginan istrimu ini!" Ibu Gong buru-buru menghentikan Sheng Nanxuan dan berkata, "Sekarang bayi kalian sangat lemah. Mana boleh dia dipindahkan seperti itu?"     

Sheng Nanxuan memandang Gong Mo dan terdiam.     

Sekarang Gong Mo sudah memiliki anak dan menganggap bahwa anak itu adalah segala-galanya bagi dirinya. Apa itu berarti sekarang Gong Mo jadi tidak memedulikan Sheng Nanxuan lagi?     

Ataukah di dalam hati Gong Mo sejak awal ia memang tidak pernah memikirkan Sheng Nanxuan? Pikiran Sheng Nanxuan menjadi kacau.     

Sheng Nanxuan merasa jika saat itu ia tidak memaksa Gong Mo, istrinya itu tidak mungkin mau menikahinya. Sekarang Gong Mo sudah melahirkan seorang anak, jadi tentu saja dirinya semakin tidak berarti di mata Gong Mo.     

Sheng Nanxuan terus berada di sisi Gong Mo sepanjang malam. Ia bahkan tidak berani mengedipkan matanya, tetapi Gong Mo justru hanya memikirkan anak mereka dan tidak peduli pada Sheng Nanxuan sama sekali.     

"Bukankah kamu belum makan?" Kata ibu Gong pada Sheng Nanxuan, "Kamu juga belum beristirahat. Mo Mo sudah siuman, jadi biar ibu saja yang menjaganya. Lebih baik kamu pergi dan makanlah sesuatu, lalu tidur."     

"Ya..." Sheng Nanxuan berbalik dan meninggalkan kamar.     

Melihat keadaan Sheng Nanxuan yang berantakan, Gong Mo akhirnya tersadar dan merasa bersalah akan apa yang sudah ia lakukan pada suaminya itu. Akan tetapi Gong Mo masih lebih mengkhawatirkan kondisi bayinya. Ia buru-buru menarik Ibu Gong dan bertanya, "Bu, apa anakku benar-benar baik-baik saja?"     

"Dia lahir dua bulan lebih awal dari waktu yang seharusnya, jadi tentu saja ada masalah. Akan tetapi anak itu sudah mendapatkan perawatan intensif. Satu-satunya yang dia butuhkan saat ini adalah keberuntungan yang besar."     

Ketika Gong Mo mendengar perkataan ibunya, ia menutup mulut dengan kedua tangannya dan menangis. Ketika ia menangis sesenggukan, perut Gong Mo mulai terasa sakit.     

"Jangan menangis. Saat ini kamu belum boleh makan, jadi biar ibu ambilkan air untukmu."     

Gong Mo menyeka air matanya dan bertanya, "Apakah Nanxuan khawatir?"     

"Apa mungkin Nanxuan tidak mengkhawatirkanmu? Dia bahkan belum tidur semalaman. Lihat saja matanya yang sudah begitu merah."     

Gong Mo menoleh dan memandang ke arah pintu kamarnya dan merasa semakin bersalah pada suaminya itu.     

"Ini." Ibu Gong datang dengan air dan menyuapi Gong Mo dengan satu sendok kecil air sambil berkata, "Nanti malam kamu sudah bisa makan bubur. Kamu ingin makan bubur apa?"     

"Terserah ibu saja." Kata Gong Mo dengan linglung, "Aku juga tidak tahu ingin makan apa."     

"Kalau begitu ibu akan memasak bubur ikan untukmu agar membantu menyembuhkan lukamu ini."     

"Iya..."     

Setelah menyuapi Gong Mo setengah gelas air, handphone Ibu Gong berbunyi. Ia meletakkan gelas dan mengeluarkan handphone-nya, lalu berkata pada Gong Mo, "Telepon dari Nanxuan."     

Sheng Nanxuan membuat panggilan video. Begitu Ibu Gong terhubung dengan Sheng Nanxuan, wajah Ibu Gong menjadi sumringah dan buru-buru memberikan handphone-nya pada Gong Mo, lalu berkata, "Lihatlah!"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.