Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Iri Bukanlah Hal yang Baik



Iri Bukanlah Hal yang Baik

0Setelah Tian Cheng pergi, Gong Mo kembali ke kamar untuk tidur siang.     
0

Sheng Nanxuan masuk ke kamar untuk mengambil komputer, lalu berkata, "Aku keluar dulu." Masih ada beberapa urusan perusahaan yang harus diurus oleh Sheng Nanxuan, jadi ia takut mengganggu Gong Mo yang ingin tidur siang.     

Gong Mo memanggil suaminya itu, "Tunggu sebentar."     

"Ada apa?" Sheng Nanxuan menghentikan langkah kakinya.     

"Kenapa kamu begitu galak pada Tian Cheng?" Gong Mo bertanya kebingungan.     

Sheng Nanxuan terdiam sesaat, lalu duduk di samping Gong Mo, "Iri bukanlah hal yang baik."     

"Hah?" Apa maksud pernyataan Sheng Nanxuan barusan?     

"Tian Cheng iri padaku yang bersikap baik padamu, bagaimana jika sebenarnya Tian Cheng memiliki hati yang jahat?"     

"Hey!" Gong Mo yang akhirnya mengerti maksud Sheng Nanxuan, mengomeli suaminya itu, "Dasar narsis!"     

Gong Mo mengerti maksud perkataan Sheng Nanxuan bahwa di dunia ini memang ada orang-orang seperti itu. Orang yang iri pada hal-hal yang dimiliki oleh orang lain, sehingga orang itu akan berusaha untuk merebutnya. Akan tetapi menurut Gong Mo, Tian Cheng seharusnya bukan tipe orang yang seperti itu.     

"Lebih baik waspada karena kita tidak akan pernah tahu isi hati seseorang." Sheng Nanxuan mengusap-usap kepalanya dan keluar meninggalkan Gong Mo.     

Gong Mo bangun dari tidurnya sesudah tidur selama dua jam. Begitu terbangun, ia mencium aroma makanan yang sedap. Gong Mo yang sudah tidak tahan dengan aroma itu bergegas menuju ke dapur.     

"Bu." Gong Mo bertanya dengan heran, "Bagaimana ibu bisa memasak?"     

Sebelum ibu Gong pergi ke ibu kota, semua minyak dan beras yang ada di rumahnya diberikan pada karyawan yang bekerja di toko ibu Gong yang dulu. Baik itu garam, saus, dan cuka, semuanya sudah dibuang. Lagi pula ibu Gong tidak tahu kapan dirinya akan kembali, jadi ia tidak bisa membiarkan semua bahan makanan itu kadaluarsa di dapurnya dan dipenuhi dengan ulat.     

Jadi jika ingin memasak, ibu Gong perlu membeli semuanya lagi dan itu akan terlalu merepotkan. Jadi selama berada di sini, mereka bertiga selalu makan di luar. Mereka hanya menyalakan kompor untuk menghangatkan susu atau merebus dua butir telur.     

"Setiap hari kita selalu makan di luar, jadi Ibu khawatir akan tidak baik jika terus begitu." Ibu Gong berkata, "Ibu baru saja turun ke lantai bawah untuk membeli sedikit beras dan kebetulan jumlahnya cukup untuk membuat sepanci bubur. Di bawah juga ada toko bakpao, jadi ibu membeli bakpao dan mantau. Selain itu juga ada toko dimsum, jadi ibu membeli daging babi rebus dan hidangan dingin."     

Gong Mo tidak bisa menahan tawanya dan berkata, "Selain bubur, bukankah ibu tetap membeli semuanya dari luar?"     

"Setidaknya ibu sendiri yang membuat bubur ini." Sahut ibu Gong membela diri.     

"Baiklah, menurutku begini juga tidak apa-apa. Bu, aku ingin makan bubur sekarang."     

"Buburnya masih belum siap. Kamu jangan menghambat ibu begini. Pergilah bersantai di sana."     

Gong Mo yang merasa tidak dianggap oleh ibu Gong pergi meninggalkan dapur dan berjalan menuju ke ruang tamu dengan wajah cemberut.     

Saat ini Sheng Nanxuan sedang mengamati pasar saham di depan layar komputernya. Begitu melihat Gong Mo berjalan menghampirinya, Sheng Nanxuan menutup pekerjaannya dan bertanya pada Gong Mo, "Mau menonton film, tidak?"     

"Aku tidak ingin menonton." Jawab Gong Mo sambil menggelengkan kepalanya.     

"Kalau begitu, kita menonton film kartun saja, ya..."     

Sheng Nanxuan menemukan sebuah film kartun yang cocok untuk segala usia. Gong Mo selalu lebih menyukai genre yang satu ini daripada genre lainnya. Meskipun yang Gong Mo tonton merupakan film kartun yang sudah pernah ia lihat, Gong Mo masih tetap akan menonton film itu dengan penuh semangat.     

Belum sempat menonton sampai habis, Gong Mo menerima telepon dari Tian Cheng.     

Terdengar Tian Cheng yang sedang terisak dan berkata, "Kakak Sepupu, aku baru saja bertanya pada ibuku."     

"Apa yang dia katakan?"     

"Sepertinya ibu tidak ingin bercerai."     

"Kalau begitu..." Gong Mo menghela napas dan melanjutkan kata-katanya, "Kalau begitu belajarlah saja dengan giat."     

"Aku sama sekali tidak mengerti." Kata Tian Cheng dengan putus asa, "Ibu menjalani hidup yang begitu tidak bahagia, jadi kenapa ibu masih saja ingin bersama ayah?"     

"Orang dewasa memiliki pertimbangannya sendiri." Ketika Gong Mo berada di perguruan tinggi, ia mendengar dosennya menjelaskan banyak kasus peradilan dan banyak di antaranya merupakan masalah pernikahan antara pria dan wanita. Selain itu, banyak hal yang tidak dapat dijelaskan dengan satu kalimat. Lagi pula orang luar tidak berhak untuk mencampuri masalah pasangan suami istri.     

"Maafkan aku, aku sudah membuat kakak sepupu dan Bibi Kedua khawatir." Kata Tian Cheng.     

"Tidak apa-apa. Kedepannya jika kamu mempunyai masalah, kamu tetap boleh menghubungi kami." Gong Mo terdiam sesaat lalu melanjutkan perkataannya, "Kamu juga boleh menghubungi kakak ipar sepupu. Belajarlah dengan giat agar bisa lulus ujian dan berkuliah di ibu kota, sehingga aku dan Kakak Ipar Sepupu bisa merawatmu."     

"Iya, aku mengerti." Tian Cheng berkata, "Kalau begitu aku tidak akan mengganggu kakak sepupu lebih lama lagi."     

"Tidak masalah. Jaga dirimu baik-baik. Belajar adalah yang utama, mengerti tidak?"     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.