Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Tangisan Tian Cheng



Tangisan Tian Cheng

0Sheng Nanxuan yang duduk di sebelah Ibu Gong, berkata dengan wajah yang masam, "Tidak usah pedulikan mereka."     
0

Ibu Gong menyeka air matanya, melihat ke sebuah meja yang di atasnya terletak berbagai makanan, dan tersenyum pahit, "Apa ini keluarga yang seharusnya menghormati orang yang telah tiada? Hari penguburannya saja masih belum diketahui, sudah ribut seperti ini. Kedepannya, tidak usah hiraukan mereka!"     

Begitu mendengar hal ini, Gong Mo memeluk Ibu Gong dan berkata, "Iya, Bu. Ibu jangan sedih."     

"Dari awal ibu sudah tidak sedih. Jika bukan demi ayahmu, siapa yang mau menghiraukan mereka! Tetapi aku pikir, setidaknya mereka akan mengantar dan memberi ayahmu penghormatan terakhir dengan baik, ternyata..."     

"Aku harap ayah mengetahui hal ini, lalu pergi memberitahu kakek dan nenek, agar jangan biarkan kakek dan nenek memberkati mereka"     

"Hah..." Ibu Gong memegang wajahnya dan menyeka air matanya, "Jangan menangis lagi, nanti akan mempengaruhi anak yang ada di dalam kandunganmu. Ayo kita makan saja. Jika mereka tidak makan, kita saja yang makan dengan puas."     

Gong Mo yang melihat ke arah meja yang di atasnya dipenuhi dengan makanan, menghela nafas pelan. Setelah selesai makan, Ibu Gong langsung beranjak pergi, lalu Gong Mo pun bertanya dengan curiga, "Apa tidak perlu dibungkus?"     

Mengenal kepribadian Ibu Gong yang suka berhemat, aneh jika ia tidak menyinggung soal membungkus makanan. Benar-benar aneh.     

"Tidak usah. Ibu ingin sesekali bertingkah." Ibu Gong mengambil tas tangannya, "Ketika seseorang sedang tidak senang, dia akan suka menghamburkan uang. Hari ini ibu sedang tidak senang, jadi ibu akan menyia-nyiakan makanan yang ada di dua meja ini."     

Gong Mo memasang ekspresi seperti menahan tawa, "Ya sudah kalau begitu."     

Mereka bertiga pulang dan saat masih di bawah tangga, mereka tiba-tiba mendengar suara tangis yang tersedu-sedu. Mereka bertiga pun naik dan melihat seorang wanita berjongkok di ambang pintu rumah, dengan kepala yang diletakkan di atas lutut, dan badan yang terus gemetar. Dilihat dari pakaiannya, ia adalah Tian Cheng.     

Gong Mo berteriak memanggilnya, "Cheng Cheng!"     

Tian Cheng mengangkat kepalanya, matanya pun sudah menjadi bengkak akibat menangis, "Bibi Kedua! Kakak Sepupu!"     

Tian Cheng bangkit berdiri, lalu segera bergeser ke samping.     

Ibu Gong mengerucutkan bibirnya sambil mengambil kunci untuk membuka pintu.     

Tian Cheng menyeka air matanya dan sama sekali tidak berniat untuk pergi dari sana.     

Ibu Gong tidak berdaya, ia tidak ingin berargumen dengan seorang anak kecil, dan berkata, "Di luar dingin, masuklah."     

"Terima kasih, Bibi." Kata Tian Cheng buru-buru.     

Sesudah memasuki rumah, Ibu Gong berkata, "Sana, cucilah mukamu terlebih dahulu."     

Tian Cheng mengangguk dan pergi ke kamar mandi.     

Ibu Gong menggelengkan kepalanya dan pergi ke dapur untuk merebus satu pot air panas. Air di dalam termos pun mendidih dengan cepat dan beres hanya dalam waktu dua menit. Ibu Gong membawa air panas itu ke ruang tamu, menuangkan ke dalam beberapa gelas, sementara Tian Cheng yang sudah selesai mencuci wajahnya pun sudah keluar.     

"Minumlah air." Setelah ibu Gong selesai berbicara, ia tiba-tiba teringat, "Kamu belum makan, ya?"     

Begitu mendengarnya, Gong Mo buru-buru berkata pada Sheng Nanxuan, "Pergilah turun dan belikan sesuatu untuk dimakan."     

"Sudah, tidak perlu." Tian Cheng berkata dengan tergesa-gesa, "Aku… aku sudah harus pergi."     

"Sudahlah." Ibu Gong menarik Tian Cheng untuk duduk, "Kamu memanggilku sebagai Bibi Kedua, bibi tentu tidak bisa membiarkanmu pergi kelaparan."     

Ibu Gong paham, si Tian Cheng gadis bodoh ini sudah berlari ke sini pasti karena tidak memiliki tempat lain untuk didatangi. Kalau gadis itu pergi sekarang, apakah ia akan pulang ke rumah? Tentu saja tidak! Siapa yang tahu kemana ia akan berkeliaran? Seorang gadis berusia enam, tujuh belas tahun yang pergi keluar seperti ini, pasti akan rentan celaka.     

Sheng Nanxuan merasa agak tidak sudi. Baru saja orang tua, paman, dan bibi gadis inilah yang membuat Gong Mo dan Ibu Gong marah hingga menangis. Amarah Sheng Nanxuan belum juga reda, bagaimana Gong Mo bisa menyuruhnya membeli makanan untuk gadis itu?!     

Gong Mo pun mendorong-dorong Sheng Nanxuan dan ia pun hanya bisa berdiri dengan putus asa, sambil memperingatkan Tian Cheng, "Jangan membuat bibi dan kakak sepupumu marah!"     

Tian Cheng pun terkejut dan mengangguk dengan cepat.     

Ibu Gong memandang menantunya itu dengan curiga dan setelah Nanxuan keluar, barulah ia bertanya pada Gong Mo, "Ada apa dengan Nanxuan?"     

"Tidak apa-apa." Gong Mo menjawab Ibu Gong dengan canggung.     

Ibu Gong pun berpikir, dan bertanya dengan nada menggoda, "Apa jangan-jangan melihatmu menangis tadi, membuatnya sedih?"     

"Aduh, baguslah jika dia mengkhawatirkanmu, dengan begitu ibu jadi tenang."     

"Maafkan aku..." Kata Tian Cheng dengan berlinang air mata, "Orang tuaku sudah berlaku tidak baik."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.