Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Menebak Dengan Maksud yang Buruk



Menebak Dengan Maksud yang Buruk

0Kemudian Ibu Gong memoles sebuah cincin perak yang telah menghitam dan meletakkannya di dalamnya peti.     
0

Cincin itu adalah hadiah pemberian dari Gong Xing pada Ibu Gong saat mereka menikah. Gong Xing juga memiliki satu di jarinya, tetapi ia sudah membawa cincin itu saat pergi bersamanya dua puluh tahun yang lalu. Siapa yang tahu ketika Gong Xing berada di sana, cincin ini jadi merasa kesepian, jadi biarkan cincin itu ikut pergi bersama dengannya saja.     

Selebihnya, Ibu Gong juga menyortir beberapa foto dan bersiap untuk membakarnya untuk Ayah Gong, agar ia tahu bagaimana kondisi Ibu Gong dan Gong Mo.     

Pemakaman dilakukan dengan dipimpin secara langsung oleh Pendeta Tang. Saat berangkat, cuaca gerimis, namun hujan itu berhenti sesudah mereka sampai di taman pemakaman, dan menghembuskan angin dingin.     

Saat peti mati Ayah Gong dimakamkan, Ibu Gong tidak mampu untuk menahan tangis.     

Sejak awal Gong Mo tidak merasa sedih. Bagaimanapun juga, ayahnya telah menghilang selama dua puluh tahun, dan hal ini merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan sejak dulu. Kalaupun Gong Mo memiliki perasaan sedih, perasaan itu sudah lambat laun menghilang selama dua puluh tahun ini.     

Satu-satunya perasaan yang saat ini Gong Mo rasakan adalah suatu perasaan khawatir. Kedepannya Ibu Gong tidak akan terbelenggu oleh ayahnya yang sudah menghilang selama bertahun-tahun dan dapat mengejar kehidupan yang baru.     

Tapi ketika melihat Ibu Gong menangis, Gong Mo juga tidak dapat menahan air matanya.     

Paman Tertua dan yang lainnya tidak merasakan perasaan apapun. Begitu melihat Ibu Gong menangis, walau sudah berusaha untuk meneteskan air mata, mereka tidak dapat menetaskan setitik pun air mata, dan merasa agak aneh.     

Setelah semuanya selesai, Pendeta Tang langsung pergi, sementara Ibu Gong mengajak yang lain ke restoran untuk makan.     

Karena tidak banyak orang, di restoran Ibu Gong hanya memesan satu ruang khusus yang berisi dua meja.     

Ibu Gong sudah menunggu selama dua puluh tahun, jadi setelah upacara berakhir, ia seperti diberitahu untuk tidak perlu menunggu lagi. Ibu Gong tidak bisa menahan rasa kehilangan yang ia rasakan.     

Sebenarnya selama dua puluh tahun terakhir ini, Ibu Gong juga bukannya ingin menunggu, hanya saja ia tidak memiliki tujuan hidup, jadi ia menentukan tujuan hidupnya sendiri.     

Setelah sekarang semuanya berakhir, tujuan ini juga menghilang. Tujuan untuk membesarkan Gong Mo juga sudah menghilang. Ibu Gong benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjalani hidupnya lagi setelah ini.     

Ibu duduk di sana dan menyeka air matanya, sementara Gong Mo menuangkan teh untuk Ibu Gong dan menepuk punggung ibunya dengan lembut.     

Gong Bai menghampiri Ibu Gong dan memanggilnya dengan ekspresi yang cemas, "Bibi Kedua..."     

"Aku baik-baik saja." Ibu Gong menyeka air matanya.     

Gong Fei datang dan menarik Gong Bai. Gong Bai merasa kebingungan dan berkata, "Apa yang kamu lakukan?"     

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Gong Fei memutar bola matanya, berbalik dan berjalan ke samping sambil melirik Sheng Nanxuan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.     

Gong Bai menghampiri Gong Fei, lalu keduanya berdiri mengobrol di depan jendela.     

Bibi Kecil datang, lalu merangkul bahu Ibu Gong. Ia menghibur Ibu Gong dengan berkata, "Sudahlah Kakak Ipar Kedua, jangan menangis lagi. Kakak keduaku dulu sangat memperdulikanmu. Jika Kakak Kedua mengetahuinya di alam sana, dia juga tidak dapat merasa tenang."     

"Kepergian Kakak Kedua juga bukanlah sesuatu yang baru saja terjadi hari ini." Paman Ketiga juga datang dan berkata, "Ipar Kedua, aku rasa sudah cukup kamu menangis."     

Mendengar ucapan Paman Ketiga, Ibu Gong bertanya dengan tidak puas, "Apa maksudmu?"     

"Aku ini tidak bermaksud apa-apa. Bukankah aku ini sedang berusaha menghiburmu?"     

"Jika tidak bisa menghibur, pergilah saja!" Ibu Gong menggebrak meja.     

Paman Ketiga tersedak, berbalik, dan berjalan pergi sambil memaki-maki Ibu Gong, "Aku menghormatimu sebagai Ipar Kedua, jadi aku tidak akan berdebat denganmu!"     

Begitu Bibi Kecil melihatnya, ia menghibur Ibu Gong dan berkata, "Kakak Ipar Kedua, tidak usah berdebat dengannya dan dengarkan saja aku. Kakak Ipar Kedua sudah mendirikan makam untuk Kakak kedua. Sekarang juga sudah berencana untuk merelakan semuanya. Kamu masih muda, jadi masih bisa mencari seseorang untuk dinikahi."     

"Makanan sudah siap. Cepat kemari dan makan bersama-sama." Suara Bibi Tertua terdengar.     

Ibu Gong berdiri dan berjalan ke meja makan bersama dengan yang lainnya.     

Baru saja makan sebentar, Paman Gong yang berada di bawah pengaruh alkohol pun bertanya, "Adik Ipar Kedua, katakan padaku. Apakah kamu akan menikah?"     

Begitu Ibu Gong mendengar perkataan Paman Tertua, ia meletakkan sumpitnya dan bertanya, "Mengapa Kakak Tertua mengatakan hal ini? Aku baru saja mendirikan makam Gong Xing. Bagaimana bisa kalian langsung menanyakan hal seperti ini padaku?"     

"Memangnya aneh jika aku menanyakan hal ini?" Paman Tertua tertawa dan berkata, "Adik Kedua sudah pergi selama dua puluh tahun dan selama itu kamu bahkan tidak berpikir untuk mendirikan makam untuknya. Namun begitu tinggal di ibu kota selama kurang dari setengah tahun, tiba-tiba kamu terpikirkan untuk melakukan pemakaman. Inilah yang membuatku berpikir, apakah kamu menemukan pasangan di luar sana? Jadi karena takut merasa bersalah pada adikku, kamu memilih untuk lebih baik segera pulang dan menyelesaikan semuanya."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.