Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Wanita Mana yang Tidak Berharap Suaminya Memperdulikan Istrinya?



Wanita Mana yang Tidak Berharap Suaminya Memperdulikan Istrinya?

0Begitu Bibi Kecil melihat reaksi Gong Mo, ia merasa tidak senang dan berkata, "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu kira bibi akan mencelakaimu? Dasar! Perutmu ini benar-benar sudah besar, sebentar lagi pasti akan melahirkan!"     
0

"Bibi belum pernah hamil sepertimu. Belum genap enam bulan, anakmu sudah seperti mau lahir saja!" Gong Mo merasa ada maksud terselubung di balik perkataan bibi kecilnya dan hal itu benar-benar membuat Gong Mo merasa sangat kesal!     

"Oh, iya! Chengcheng sudah besar, ya? Bibi lupa!" Bibi Kecil menatap dengan licik, lalu berbalik, dan berjalan turun.     

Bibi Tertua juga berjalan mengikuti Bibi Kecil, keduanya bersama-sama berjalan memasuki rumah Keluarga Gong.     

Ketika Gong Mo melihatnya, ia menarik Sheng Nanxuan dan berbisik, "Ayo kita lihat ke dalam."     

Sheng Nanxuan pun mengangguk dan mengerti bahwa istrinya itu sedang mengkhawatirkan Ibu Gong.     

Begitu keduanya memasuki pintu, mereka mendengar suara Bibi Tertua.     

"Adik Ipar, baru sebentar pergi ke ibu kota, kamu sudah kaya saja! Bahkan sampai memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan rumah. Orang miskin seperti kami, mana berani menikmati hal-hal seperti ini..."     

Ibu Gong yang sedang memegang sprei di tangannya, langsung mengibas-ngibaskan sprei itu di depan Bibi Tertua.     

Bibi Tertua pun tersedak dua kali dan buru-buru melangkah mundur, "Adik ipar, apa yang kamu lakukan?"     

"Aku sibuk membereskan tempat tidur, rupanya kamu tidak lihat, ya?" Kata Ibu Gong dengan wajah yang serius, "Apa yang sebenarnya kalian lakukan? Aku ini baru saja kembali. Masih banyak hal yang harus aku lakukan, jadi aku tidak punya waktu untuk menyapa kalian."     

"Mengapa kamu berkata seperti itu pada keluargamu ini?" Bibi Tertua berkata sambil tersenyum, "Kami datang untuk melihat apakah ada yang perlu kami bantu."     

"Kalau begitu tolong bantu buang sampah saja."     

Bibi Tertua tertegun dan saling melirik satu sama lain pada Bibi Kecil.     

Bibi Kecil pun terpikir untuk menunjuk petugas kebersihan dan berkata, "Mereka akan pergi sebentar lagi, jadi biarkan mereka saja yang membuangnya."     

Bibi Tertua berkata, "Kalian baru saja kembali, pasti belum membeli makanan, kan? Sudah beberapa bulan pergi dari sini, minyak, garam, kayu bakar,dan juga beras pasti sudah tidak dapat digunakan. Lebih baik makan di rumahku saja malam ini."     

Ibu Gong memandang Bibi Tertua dengan curiga dan tatapan Ibu Gong seolah berkata, Kamu bisa sebaik ini?     

"Hei, hei, hei! Kita semua adalah keluarga, bukan? Gong Bai bahkan secara khusus mengatakan padaku dan memintaku untuk merawat kalian dengan baik. Gong Bai bilang, adik ipar sudah tua, dan juga akan semakin repot karena Gong Mo sedang hamil."     

'Kamu lah yang sudah tua!' Ibu Gong mengeluh dan merasa tidak puas di dalam hati. 'Aku ini baru berusia 44 tahun. Jika dibulatkan, maka saat ini aku berumur 40 tahun. Lebih tepatnya, aku ini adalah pohon yang masih berbunga.'     

"Baiklah, kami akan segera ke sana." Ibu Gong berkata sambil tersenyum.     

"Kalau begitu kami duluan, kami mau menyiapkan makanan terlebih dulu. Cepat datang, ya..." Setelah Bibi Tertua selesai berbicara, ia menarik Bibi kecil pergi..     

Ada yang Gong Mo ingin katakan pada Ibu Gong, tetapi karena petugas kebersihan masih ada di sana, lagi-lagi ia tidak mengatakan apapun.     

Setelah petugas kebersihan pergi, barulah Gong Mo bertanya pada Ibu Gong, "Apa kita benar-benar akan makan di rumah Paman Tertua?"     

"Meskipun mereka agak keterlaluan, setidaknya mereka adalah keluarga kita. Apakah mereka akan berani meracuni kita?"     

"Terakhir kali, ibu bertengkar begitu hebat dengan mereka." bisik Gong Mo. Ia bahkan mengira hingga mati pun Gong Mo tidak akan datang lagi ke sana.     

"Ketika Ibu baru menikah dengan ayahmu, ibu juga pernah bertengkar dengan bibi tertuamu." Kata ibu Gong dengan santai.     

"Hah?" Gong Mo terkejut.     

"Bahkan ayahmu marah sampai mengangkat bangku untuk berkelahi dengan paman tertuamu."     

Mata Gong Mo terbelalak, kali ini ia bahkan lebih terkejut dari sebelumnya.     

Ibu Gong tertawa geli, "Akibatnya, paman tertuamu yang tidak berguna itu malah berbalik dan melarikan diri! Hahaha... Memang ayahmu adalah suami yang baik, ia tahu bagaimana melindungi ibu, bahkan dari keluarganya sekalipun. Tidak seperti paman tertuamu yang begitu pengecut seperti itu. Begitu melihat paman tertua lari, bibi tertuamu kesal bukan main dan tidak bertengkar lagi dengan ibu, dia berbalik dan mengusir paman tertuamu."     

"Pft… " Gong Mo tertawa geli begitu mendengar cerita ibunya itu.     

"Jika dibandingkan, perbedaannya benar-benar terlalu kontras. Mana ada wanita yang tidak berharap suaminya memperdulikan istrinya, kan? Jika membandingkan antara paman tertuamu dengan ayahmu, tentu saja bibi tertuamu kesal bukan main. Sesudah itu, ibu selalu mengalah pada bibi tertua. Ibu merasa kasihan pada bibi tertua yang tidak dipedulikan oleh suaminya."     

"Pft.." Gong Mo berusaha keras menahan tawanya. Setelah beberapa saat, dia berhenti tertawa, menghela napas, dan berkata, "Sayangnya ketika mereka menindas kita, mereka terbilang cukup sopan."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.