Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Bertemu Pendeta



Bertemu Pendeta

0Di depan, kepala pelayan yang memimpin mereka dengan segan berkata pada Sheng Nanxuan, "Anda pasti mampu membayar, kan?"     
0

Kepala Pelayan ternyata tidak mengetahui identitas Sheng Nanxuan. Ia hanya mendengar Tuannya itu mengatakan bahwa hari ini akan datang seorang tamu terhormat bermarga Sheng. Tamu terhormat ini memiliki latar belakang yang sangat berpengaruh dan sepertinya tidak ada seorang pun di negara ini yang berani menyinggung pria bermarga Sheng itu.     

"Ibu sudah merasa senang, kamu berbakti seperti ini pada Ibu." Ibu Gong lekas berkata, "Jangan buang uang untukku lagi dan simpan untuk menjalani hidup kalian sendiri. Ngomong-ngomong...."     

Ibu Gong berbisik, "Pendeta tinggal di tempat yang begitu bagus seperti ini. Apakah biaya yang kamu keluarkan untuk mengundang Pendeta pasti sangat mahal?"     

"Ibu tidak usah memikirkan hal ini." Gong Mo meyakinkan Ibu Gong dan berkata, "Sudah tugas kami untuk berbakti pada Ayah. Ibu jangan berpikir bahwa kami sudah membuang-buang uang. Kami tentu mampu mengeluarkan biaya yang memang mampu kami tanggung. Ada aku, jadi Nanxuan tidak mungkin berlagak mampu membayar, jika dia sebenarnya tidak mampu."     

Begitu mendengar hal ini, Sheng Nanxuan pun bersumpah dengan mengangkat tangannya, "Nyonya memang mengatakan yang sebenarnya."     

Wajah Gong Mo sontak memerah dan ia membelalakan mata menatap Sheng Nanxuan. Suaminya itu tertawa, lalu melanjutkan berjalan ke depan.     

Ibu Gong mendengus dan dengan suara yang pelan berkata kepada Gong Mo, "Kamu sudah berhasil menaklukan suamimu itu."     

Gong Mo yang masih tersipu tidak mengatakan apapun..     

Ibu Gong dan Sheng Nanxuan tidak melanjutkan pembicaraannya lagi. Tidak lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah. Rumah ini juga bergaya sederhana, dan semuanya terlihat dibangun dengan menggunakan struktur kayu yang dipenuhi ukiran.     

Kepala pelayan membuka pintu dan memberi isyarat untuk mempersilakan mereka masuk.     

"Mari kita masuk." Sheng Nanxuan berkata pada Gong Mo dan mengulurkan tangan untuk membantu istrinya itu.     

Mereka bertiga pun masuk dan melihat sebuah ruang pertemuan yang dikelilingi taman dengan gaya arsitektur seperti pada zaman dahulu.     

Mereka bertiga duduk di kursi, sementara kepala pelayan menyuruh seseorang menyiapkan teh untuk para tamu, lalu bertanya kepada Gong Mo, "Nyonya ingin minum apa?"     

"Beri aku teh bunga saja," kata Gong Mo.     

"Baiklah." Kepala Pelayan mengiyakan dan segera memerintahkan pelayan untuk membuatkan teh bunga untuk Gong Mo, lalu berkata pada Sheng Nanxuan, "Tuan Sheng, mohon tunggu sebentar, saya akan segera pergi untuk memanggil Tuan Besar."     

"Tolong, ya..." Kata Sheng Nanxuan sambil menganggukkan kepalanya.     

Setelah kepala pelayan undur diri, tidak lama kemudian ia kembali dengan membawa tiga cangkir teh.     

Gong Mo mengambil cangkir teh, membuka tutupnya sambil memeriksa isi cangkir itu. Setelah ia melihat beberapa kelopak bunga mawar di dalamnya, Gong Mo menunduk untuk menyesap teh bunganya dengan tenang dan percaya diri.     

Setelah menunggu beberapa menit, dari luar terdengar suara derap langkah kaki yang berat, kemudian masuklah seorang pria tua berjanggut putih yang mengenakan setelan pakaian tradisional Cina.     

Merasa bahwa ia merupakan si Pendeta, mereka bertiga pun segera bangkit dari tempat duduknya.     

Pria tua itu pun memandang mereka sejenak, kemudian Sheng Nanxuan maju selangkah dan menunduk untuk memberi salam, "Pendeta Tang."     

"Tuan Sheng?" Tanya Pendeta Tang.     

"Panggil aku Nanxuan saja." Kata Sheng Nanxuan sambil berdiri dengan tegak.     

Pendeta Tang tersenyum sesaat, "Silahkan bicara sambil duduk..."     

Mereka pun duduk sementara Ibu Gong dan Gong Mo sedikit merasa gugup.     

Tidak disangka, ternyata Pendeta Tang adalah orang yang ramah, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan takhayul. Sebaliknya, ia terlihat seperti seorang yang terhormat dan disegani.     

Sheng Nanxuan tersenyum dan berkata, "Aku tidak menyangka Pendeta Tang tinggal di tempat sebagus ini, memang benar-benar seorang yang ahli ilmu alam lain."     

Pendeta Tang menyentuh janggutnya dan berkata sambil tersenyum, "Ini hanya gambar yang bersih."     

Ketika Sheng Nanxuan berbicara, mata Pendeta Tang mengamati wajah Sheng Nanxuan, Gong Mo, dan Ibu Gong secara bergantian, tampak seperti orang yang sedang berpikir.     

Sheng Nanxuan yang mengira bahwa Pendeta Tang sedang membaca wajah mereka bertiga pun, menundukkan kepala dan minum seteguk teh. Tanpa menanyakan hasilnya, ia menoleh ke arah Ibu Gong dan berkata, "Bu, tolong keluarkan informasi tanggal lahir Ayah."     

Ibu Gong segera mengeluarkan kertas merah yang terlipat dari dalam tas dan di atas kertas merah itu tertulis informasi tanggal lahir Ayah Gong. Kertas ini merupakan kertas merah yang khusus dibeli oleh Ibu Gong dua hari yang lalu. Saat itu, Ibu Gong mengambil secarik kertas kecil dari kertas merah yang dibelinya itu, dan menuliskan tanggal lahir Ayah Gong dengan menggunakan pena. Hal ini Ibu Gong lakukan karena menurutnya, para pendeta seperti ini pasti akan menggunakan kertas berwarna merah untuk menulis sesuatu.     

Tuan Tang meliriknya, mencubit jari Ibu Gong dengan pelan, kemudian memanggil pengurus rumah, "Bawa peralatan tulis kaligrafi kemari."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.