Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Menyukainya yang Bertingkah Manja



Menyukainya yang Bertingkah Manja

0"Apanya yang tidak baik?" ​​Gong Mo menyeka air matanya dengan tisu, "Aku adalah satu-satunya anak Ibu, dia adalah menantu Ibu. Jadi dia harus menghormati Ibu bersama denganku. Jika dia memperlakukan ibu dengan tidak baik, aku juga tidak akan menginginkannya."     
0

"Kamu!" Ibu Gong tercekat, tetapi memikirkan anaknya yang berbakti, ia juga tidak menyalahkannya. Lagi pula sikap anaknya ini memang sudah benar. Jika Gong Mo tidak berlaku demikian, ibunya sendiri pasti akan merasa kecewa.     

"Istirahatlah dulu." Kata Gong Mo, "Mata Ibu sudah menjadi merah karena terlalu banyak menangis. Bagaimana kalau aku ambilkan es batu untuk mengompres mata Ibu?"     

"Tidak perlu es batu, aku cukup memakai handuk untuk mengompresnya saja. Jika sampai kelihatan oleh Nanxuan, katakan padanya untuk jangan bertanya."     

"Ya, ya, ya." Gong Mo dengan enggan setuju, "Kalau begitu aku akan pergi mencarinya. Dia sedang memasak. Tunggu saat waktu makan tiba, aku akan memanggil Ibu."     

Ibu Gong mengangguk. Sheng Nanxuan jarang memasak, jadi ia pun tidak berkomentar. Jika tidak, Sheng Nanxuan akan terbiasa dengan Gong Mo yang selalu memasak dan bersikap seperti seorang Tuan Besar. Ibu Gong juga tidak mungkin tinggal bersama dengan mereka seumur hidup. Bukankah kalau seperti itu, Gong Mo bisa menderita di masa depan?     

Jika Gong Mo mengetahui pikirannya, ia pasti akan berkata: Ibu terlalu banyak berpikir, jika dia tidak tinggal bersama mereka, Sheng Nanxuan pasti akan menggunakan berbagai macam pelayan.     

Gong Mo rasa hal ini memang cukup merepotkan Sheng Nanxuan. Seorang yang begitu hebat, saat di rumah justru melakukan pekerjaan rumah tangga. Jika diketahui bawahannya, mereka tentu akan ternganga karena terkejut.     

Gong Mo berjalan ke dapur, sementara Sheng Nanxuan sedang membumbui ikan.     

Ia berjalan ke sampingnya dan Sheng Nanxuan pun menyodorkan wajahnya, "Cium aku."     

Gong Mo mengerutkan keningnya, sementara Sheng Nanxuan menatapnya lekat-lekat. Ia sudah bersiap untuk mengatakan sesuatu, tapi memikirkan Sheng Nanxuan yang sudah membuat sup dan beberapa makanan untuknya, ia pun mau tidak mau mencium suaminya itu.     

Sheng Nanxuan yang tersenyum puas, mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung hidung Gong Mo, dan meninggalkan bekas tepung di hidungnya.     

"Aduh!" Gong Mo berseru tidak puas, "Kamu benar-benar menyebalkan!"     

"Hahaha..." Sheng Nanxuan terlihat sangat senang, ia suka melihat istrinya itu bertingkah manja.     

Ia berbalik membuka keran, mengambil air untuk mencucinya, kemudian langsung menyeka sisa air dengan lengan bajunya. Sesudah itu, ia memberitahu Sheng Nanxuan mengenai keinginannya untuk membuatkan makam untuk Ayah Gong.     

Sheng Nanxuan pun bertanya, "Haruskah aku mengutus seseorang untuk mencari ayahmu?"     

Gong Mo tertegun, dia berpikir sejenak dan berkata, "Sudah bertahun-tahun, aku rasa akan sulit. Selain itu, tiket kereta api yang dulu Ayah beli juga tidak menggunakan nama asli. Jika Ayah memang pergi ke suatu tempat, sistem kereta api tidak akan memiliki catatannya. Bahkan jika ada, aku rasa catatan dua puluh tahun yang lalu juga sudah dihapus."     

"Kita berusaha saja sebaik mungkin."     

"Kalau begitu, maaf merepotkanmu." Gong Mo merasa sedikit tidak enak, "Tapi makam peringatan tetap harus disiapkan. Jika Ayah benar-benar sudah tiada, biarlah Ayah bisa segera istirahat dengan tenang. Sebaliknya, jika Ayah masih hidup, biarkan Ayah melihat, seberapa lama Ayah sudah membuat Ibu menunggu."     

"Baiklah. Aku akan mencarikan pendeta yang paling hebat untuk menentukan harinya. Tapi dengan kondisi perutmu sekarang, sepertinya tidak nyaman untuk pulang."     

"Lagi pula aku belum akan melahirkan. Apanya yang tidak nyaman? Pilih saja hari sebelum tahun baru. Masih ada tujuh bulan sebelum tahun baru, jadi tidak masalah. Jika sebelum tahun baru belum ada hari yang tepat, mau tidak mau harus menunggu sesudah melahirkan, baru kita bicarakan ini lagi."     

"Baiklah." Sheng Nanxuan mengangguk setuju.     

Jika ini menyangkut hal lain, Sheng Nanxuan pasti akan langsung memilih untuk melakukannya sesudah anaknya lahir. Akan tetapi, ini hal besar yang berkaitan dengan tempat peristirahatan terakhir ayah mertuanya, jadi ia tidak berani untuk lain di mulut lain di hati.     

Sebagai orang yang sudah melahirkan Gong Mo, hatinya tentu harus memiliki rasa hormat pada Ayah Gong. Lagi pula ia juga berharap ayah mertuanya akan memberkatinya dan Gong Mo agar hidup bersama sampai tua nanti.     

Sheng Nanxuan dengan cepat menemukan Pendeta Yin dan Yang yang tinggal di ibu kota. Ia adalah master sejati yang paham mengenai fitur wajah, seni ramal telapak tangan, nasib, dan Feng Shui. Akan tetapi, harganya juga sangat mahal, dan orang biasa tidak akan mampu membayarnya. Bahkan jika mampu, bisa mengetahui adanya orang seperti ini juga merupakan suatu persoalan.     

Jika Sheng Nanxuan tidak memiliki identitasnya sebagai Dewa Malam, bahkan walaupun ia kaya raya, belum tentu ia dapat menemukannya.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.