Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Menyiapkan Makam Peringatan Ayahmu



Menyiapkan Makam Peringatan Ayahmu

0Gong Mo mengetuk pintu kamar Ibu Gong dua kali, lalu terdengar suara Ibu Gong berkata, "Masuk."     
0

"Bu..." Gong Mo mendorong pintu dan masuk, lalu melihat Ibunya duduk di atas tempat tidur dengan tangannya yang memegang sebuah bingkai foto.     

Ia berjalan mendekat. Ternyata itu adalah foto keluarga yang sering dilihat Ibu Gong.     

Ibu Gong selalu mengatakan bahwa foto itu diambil saat Gong Mo masih berumur enam bulan, sehingga saat ini foto itu sudah menguning. Di foto itu ia sangat gemuk, sementara ayah dan ibunya masih terlihat sangat muda.     

Ibu adalah wanita yang cantik saat ia masih muda dan ayahnya juga seorang pria tampan yang menawan.     

"Bu." Gong Mo berdiri tak berdaya di sampingnya dan kedua tangannya memegang pundak ibunya.     

Ibu Gong menghela nafas, "Menurutmu, di mana Ayahmu sekarang?"     

"Sebenarnya..."     

"Sebenarnya dia sudah mati atau masih hidup?" Ibu Gong meneteskan air mata kepedihan. "Beberapa tahun ini, aku sering memimpikannya. Aku memimpikannya kembali, masih sama seperti dulu, dan juga memimpikannya saat masih muda dulu, dia benar-benar menyebalkan. Akan tetapi sekarang dia tidak pernah memberikanku mimpi dan mengatakan keadaannya saat ini. Seharusnya dia masih hidup, kan? Kalau sampai dia sudah mati, aku bahkan tidak mengadakan pemakaman untuknya. Dia pasti akan menyalahkanku... "     

"Bu, jangan berpikir sembarangan begitu!" Teriak Gong Mo.     

Gong Mo merasa ayahnya pasti sudah mati. Jika masih hidup, ia tentu akan kembali. Hanya saja ibunya keras kepala dan terus menunggunya, jadi ia tidak rela menghancurkan satu-satunya harapan ibunya itu.     

"Hu... Hu..." Ibu Gong menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan terisak dengan suara yang rendah, "Ini salahku! Ini salahku! Seharusnya aku tidak memperlakukannya seperti ini. Bahkan makamnya saja tidak ada. Ingin pulang pun, dia juga tidak dapat menemukan rumahnya!"     

"Ibu jangan berpikir sembarangan seperti itu." Gong Mo menghIburnya, "Bagaimana kalau kita membuatkan sebuah makam untuk ayah?"     

Ibu Gong mengangkat kepala dan memandangnya.     

Gong Mo buru-buru menjelaskan, "Aku bukan bilang bahwa Ayah sudah tiada, tapi ayah sudah pergi begitu lama. Lebih baik kita lakukan apa yang seharusnya dilakukan. Jika Ayah benar-benar sudah tiada, setidaknya kita membiarkannya pergi dengan tenang. Sebaliknya, jika dia masih hidup dan kembali, biarkan dia melihat, melihat Ibu yang sudah menunggunya bertahun-tahun ini, yang begitu menunggunya dengan sia-sia."     

Ketika Gong Mo mengatakannya, ia juga mulai menangis, "Bu, apa yang kamu pikirkan? Jelas-jelas Ibu dapat menjalani hidup Ibu sendiri, jadi untuk apa Ibu masih mempertahankannya?"     

Ketika ayah Gong pergi, Gong Mo masih terlalu kecil, bahkan bicara pun masih belum lancar. Ditambah lagi, ia tidak memiliki ingatan apapun tentang ayahnya itu. Bisa dibilang, semua perasaan Gong Mo terhadap ayahnya, semua ditanamkan oleh Ibu Gong. Di dalam hatinya, masih Ibu Gong lah yang paling utama.     

Ia sangat merasa sedih untuk ibunya yang tidak dapat melalui tahun-tahun masa mudanya yang berharga dan malah menghabiskannya untuk penantian yang menyakitkan. Jika ayahnya benar-benar kembali, ia juga tidak ingin Ibu Gong dengan mudah menerimanya.     

"Aku juga bukannya ingin menunggu." Ibu Gong menyeka air matanya, "Hanya saja aku belum bertemu seseorang yang begitu baik seperti ayahmu."     

Gong Mo tertegun dan dengan sedih menyalahkan dirinya sendiri, "Ini semua karena aku. Maafkan aku."     

Ibu Gong melakukannya demi dirinya. Ibu Gong takut ayah sambungnya akan memperlakukan Gong Mo dengan buruk, jadi lebih baik tidak sama sekali.     

"Maafkan aku, Bu..."     

"Apa yang kamu bicarakan!?" Ibu Gong memarahinya, "Sudah jangan menangis. Nanti aku akan meluangkan waktu untuk kembali ke Nanjiang sebentar, mencari Pendeta untuk menentukan harinya. Sekarang cepat cari lokasi pemakaman dengan Feng Shui yang baik dan siapkan pakaian dan topi untuk makam peringatan Ayahmu. Kebetulan buku-buku ini sudah diterbitkan, aku akan mengambil buku dan naskahnya untuk dikubur bersama. Jika dia benar-benar sudah tiada, dia juga akan bisa beristirahat dengan tenang."     

Gong Mo memandang ibunya dan melihat bahwa tekad ibunya sudah bulat, jadi ia pun menganggukkan kepalanya, "Baguslah kalau Ibu sudah berpikir begitu. Bagaimana kalau aku meminta Nan Xuan untuk mencari Pendeta? Pertama-tama, kita tentukan harinya terlebih dahulu, kemudian tunggu saat hari itu sudah dekat, barulah kita pulang. Jika Ibu langsung pulang, siapa yang tahu kapan hari itu akan ditentukan dan mau menunggu sampai berapa lama? Bisa-bisa Paman Tertua dan yang lainnya datang mencari Ibu lagi."     

"Ini semua akan merepotkan Nanxuan. Bukankah tidak terlalu baik?"     

....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.