Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Kehadiran Raja



Kehadiran Raja

0Ibu Gong masih tidak mau, "Apakah kamu tidak akan melihat-lihat pakaian ini dulu? Tunjukkan pada ibu setelah kamu kenakan."     
0

"Aku tidak ingin melihat-lihat baju lagi." Gong Mo berjalan ke depan dengan perasaan tertekan.     

"Ada apa?" Ibu Gong mengikutinya, "Kenapa kamu marah?     

"Siapa yang marah? Aku hanya sedang merasa lapar." Gong Mo menariknya ke atas lift. "Lantai atas adalah tempat makan. Ayo Bu, kita makan sesuatu untuk mengisi perut."     

Setelah naik ke atas, Gong Mo melihat ke sekelilingnya yang berisi deretan restoran dan membawa Ibu Gong masuk ke sebuah restoran mie.     

"Jangan menahan diri untuk memakan makanan disini, tidak perlu sungkan-sungkan, ibu bisa makan semuanya," katanya, "Mie ini hanya seharga 20 yuan per mangkuk, ibu tidak perlu menahannya."     

Ibu Gong tersenyum dan berkata, "Kamu bisa makan semuanya sendiri satu porsi atau dua porsi. Jangan katakan bahwa semangkuk mie ini hanya seharga dua puluh yuan. Bahkan jika semangkuk mie ini seharga dua ratus yuan, aku tidak akan menahanmu untuk memakan dua porsi sekaligus."     

Gong Mo segera menariknya untuk berbalik, "Kalau begitu mari kita pergi ke restoran di sebelah. Disana harga rata-rata per porsi di sana adalah 200 yuan."     

"Hei, hei," Ibu Gong buru-buru memeluknya, "Tempat ini terlihat sangat berminyak dan tidak sehat. Makanlah yang baik untuk tubuhmu."     

Gong Mo mencibir dan menarik tangan ibunya untuk duduk di sudut ruangan.     

Ketika duduk, Gong Mo merasa bahwa ada orang yang sedang menatap dirinya. Ia melihat ke atas dan melihat sekelompok orang asing duduk tidak jauh.     

Rombongan orang asing itu berjumlah tujuh orang, mereka terlihat seperti orang Eropa atau Amerika, wajah kaukasia terlihat dari penampilan mereka.     

Rombongan orang asing itu duduk di dua meja secara total dan empat dari mereka sedang memandangi sekelompok anak muda yang sedang duduk meja panjang di dekat mereka dan tenggelam pekerjaan mereka.     

Tiga orang lainnya duduk di sisi lainnya. Orang asing yang sedari tadi menatap Gong Mo duduk sendirian di sisinya. Gong Mo melihat umur orang asing itu sekitar empat puluh atau lima puluh tahun.     

Gong Mo menatap pria itu sebentar, berpikir bahwa ia akan malu lalu memalingkan pandangannya. Namun pada akhirnya, ia masih menatap mereka dan terus memperhatikan gerak gerik mereka.     

Gong Mo tidak berdaya. Ia mengira orang-orang asing akan merasa penasaran dengan orang China, jadi mereka akan melihatnya tanpa henti.     

"Momo, mie apa yang ingin kamu makan" Tanya Ibu Gong sambil membolak-balik menu, "Oh, ada makanan ringan. Lihat, ada kue beras ketan favoritmu." "     

"Mari kita pesan satu." kata Gong Mo.     

Pada saat ini, Gong Mo merasakan tatapan mata yang sedari tadi melihat punggungnya menjadi lebih panas. Diam-diam ia menoleh untuk melihat bahwa pria itu masih menatap mereka, tatapannya lebih dalam dan lebih tajam dari yang sebelumnya.     

Tidak, pria itu melihat Ibu Gong.     

Ada apa ini?     

Gong Mo terkejut. Ia menoleh saat Ibu Gong bertanya kepadanya, "Ibu ingin mie daging sapi, bagaimana denganmu?"     

"Aku ingin mie daging sapi juga."     

Ibu Gong mengangguk dan menutup buku menu. Mengangkat kepalanya, Ibu Gong menghadap pria itu dan mau tidak mau ia terlihat terkejut.     

Ibu Gong menundukkan kepalanya dan berbisik kepada Gong Mo, "Ada sekelompok orang asing di belakangmu."     

"Aku melihatnya." Gong Mo berkata dengan geli, "Ada orang asing di mana-mana di ibu kota. Ibu hanya belum pernah melihatnya sebelumnya."     

Ada banyak kelompok orang asing seperti mereka. Mereka akan saling berkumpul satu dengan yang lainnya ketika berada di tempat wisata, dan terkadang mereka menggunakan lift yang sama.     

"Tapi orang asing yang ini terus memandangi kita."     

Gong Mo terkejut, menoleh untuk melihat. Pria itu masih menatap mereka.     

Tidak tidak tidak     

Pria itu terus menatap Ibu Gong dan ia bahkan tidak menyadari bahwa Gong Mo sedang menatapnya.     

Rambutnya sedikit keriting, dengan beberapa helai perak diantara rambutnya yang berwarna hitam. Matanya yang berwarna biru muda terlihat sangat fokus dan dalam; tubuh yang terbungkus jas itu terlihat sangat kuat, dan kakinya yang meringkuk di bawah meja terlihat agak menyedihkan. Tinggi pria itu tidak kurang dari 1,5 meter.     

Meskipun pria itu adalah paman setengah baya, ia memancarkan pesona yang mematikan. Ketampanannya tidak cukup untuk menggambarkan saat ia duduk di sana, dengan aura seorang raja yang datang.     

"Aneh dan menakutkan." Ibu Gong menunduk untuk minum teh.     

Gong Mo menoleh dan menghibur, "Orang asing sangat ingin tahu tentang Tiongkok. Sepertinya mereka harus melihat wajah kita dua kali lebih cermat untuk dapat membedakan wajah-wajah kita."     

  ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.