Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Kalian adalah Tetuanya Momo



Kalian adalah Tetuanya Momo

0

"Apakah kamu benar-benar ingin menikah?" Bibi Tertua bertanya kepada Gong Mo, "Di mana calon suamimu?"

0

"Dia pulang. Dia akan menemuimu besok." Jawab Gong Mo.

"Kenapa sepertinya pernikahan kalian mendesak sekali? Sebelumnya kami tidak mendengar kabar apapun!" Ucap Paman Ketiga dengan nada mencela.

Kemudian Gong Mo menjelaskan, "Aku juga tidak menyangka untuk menikah secepat ini, tetapi dia akan segera bekerja di Ibu Kota. Aku akan pergi bersamanya. Aku tidak tahu kapan akan pulang, jadi kami menikah terlebih dahulu. Setelah sampai di sana bisa lebih mudah. Jika ekonomi dia berkembang dengan baik, jika ingin membeli rumah atau yang lainnya, aku juga bisa mendapatkan bagianku."

Gong Mo tidak bisa menahan senyumannya ketika mengatakan kalimat bagian akhir.

Setelah Gong Mo menjawab seperti itu, Bibi Kecil terkekeh, "Baiklah. Kita ini keluarga, kenapa berkata muluk-muluk sekali? Kami mengerti apa yang kamu katakan."

Gong Mo bertanya dengan curiga, "Memangnya apa yang aku katakan? Aku yang tidak mengerti perkataan Bibi Kecil."

"Apa yang tidak kamu mengerti? Bukankah kamu terburu-buru untuk menikah karena takut orang lain tahu perutmu membesar?" Ucap Bibi Tertua sambil tersenyum.

Ekspresi wajah Gong Mo seketika langsung berubah, Ibu Gong pun juga merasa tidak senang. Kemudian ia berseru, "Kita ini satu keluarga, tolong jaga bicara kalian!"

"Bagaimana mungkin perkataan kami tidak dijaga?" Ucap Paman Tertua, "Adik Kedua, kami juga melakukannya demi kebaikanmu. Momo masih muda dan dia juga mudah ditipu. Tapi kamu sudah sangat tua, kamu harus memiliki hati yang baik, jangan sampai dia bertemu dengan lelaki kampungan."

Ibu Gong sangat marah. Siapa yang tua? Memangnya pria ini kira dirinya sama dengan istrinya yang berbedak murahan itu? Aku ini masih paruh baya, bukan tua! Batin Ibu Gong.

Kali ini, Paman Ketiga berkata, "Benar! Meskipun kalian tidak kaya, tapi setidaknya kalian punya rumah. Rumah ini lebih dari 100 meter persegi. Mana ada anak muda yang baru saja lulus mampu membelinya?"

"Jika Momo menikah, bukankah rumah ini menjadi milik Momo?" Bibi ketiga menjawab, "Menurutku, meskipun kamu hamil, jangan dilahirkan. Orang lain mengira perutnya buncit, karena dia dijebak!"

"Wanita di era baru tidak bisa sebodoh itu! Kebahagiaan seumur hidup yang paling penting, atau kebahagiaan saat ini yang penting? Lebih baik menggugurkan anak itu daripada membiarkan prianya bahagia! Jangan harap bisa menipu Momo kami!"

"Cukup!" Teriak Ibu Gong dengan keras, "Apa yang kalian bicarakan? Kalian harap tidak ada yang mau dengan Momo kan? Siapa bilang dia hamil?"

"Kalau tidak hamil, kenapa buru-buru sekali ingin menikah?" Tanya Paman Kedua.

"Aku yang menginginkannya!" Ibu Gong berkata dengan geram, "Apa kamu tidak melihat wanita sisa di jalanan? Setelah lulus tidak menikah, dan baru menikah sepuluh tahun kemudian! Aku ingin punya cucu lebih awal. Tentu saja, aku akan menyuruh Momo menikah. Tahun depan aku bisa menggendong cucu yang sehat dan akan aku tunjukkan ke kalian! Supaya kalian iri melihat kami!"

"Bu…" Gong Mo menarik Ibunya, "Jangan marah, aku baik-baik saja."

Ibu Gong menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan sedih, "Kalian keterlaluan! Kalian ini tetuanya Momo. Apa ada tetua yang seperti kalian ini?"

"Kami juga khawatir dengan Momo…" Ucap Bibi Tertua, "Baiklah, baiklah. Kami tidak mengatakannya lagi. Besok kami bisa bertemu dengan menantu kami, kan? Kapan resepsi pernikahannya?"

"Akhir bulan!" Ibu Gong berkata dengan marah, "Siapkan saja angpao kalian! Momo menikah, kalian tidak akan pelit kan?"

Beberapa wajah orang ini sedikit berubah dan berkata dengan senyum kering, "Lihat apa yang kamu katakan... tentu saja ada angpao besar untuk Momo."

"Tapi, kamu juga tahu Xiao Jin kami baru saja masuk kuliah."

"Chengcheng masih duduk di bangku SMA…"

"Feifei belum populer. Dia butuh banyak uang…"

"Aku mengerti." Ibu Gong menyela mereka, "Bagaimanapun juga, aku ini tidak kaya, kalian juga tahu hal itu. Momo akan pergi ke Ibu Kota, di sana biaya hidupnya sangat tinggi, dan Momo juga butuh uang untuk hidup di sana selama dia masih belum mendapatkan pekerjaan di sana. Kami juga akan berhemat, jadi kalian tidak perlu memberikan terlalu banyak."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.