Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Kita Akan Selalu Bersama



Kita Akan Selalu Bersama

0Kartu kredit hitam.     
0

Itu adalah simbol status bagi orang kaya. Bagaimanapun juga, orang yang menggunakan kartu ini adalah orang yang memiliki ketiganya; identitas, kekayaan, dan status.      

"Gunakan kartu ID milikmu dan kamu dapat langsung menggeseknya." Sheng Nanxuan memasukkan kartu itu ke dalam dompet Gong Mo.     

Gong Mo linglung. Awalnya ingin menolak, tetapi setelah mendengarkan apa yang Sheng Nanxuan katakan, ia mulai peduli dengan suatu hal yang lebih penting, "Kapan kamu mengambil kartu ID-ku untuk menggunakannya?"     

"Ketika aku di Nanjiang, bukankah aku mengatakan bahwa aku akan memesan tiket pesawat?"     

Akibatnya, mereka tidak memesan tiket sama sekali, namun Sheng Nanxuan sudah mengambil kartu identitasnya.     

"Kamu dapat menggunakannya jika kamu mau, atau jika kamu tidak ingin menggunakannya, jangan kamu gunakan, tapi juga jangan mengembalikannya kepadaku." Sheng Nanxuan melihat bahwa Gong Mo nampak enggan menggunakannya dan secara khusus berkata, "Bukankah pantas bagi seorang istri untuk menggunakan uang suaminya?"     

"Aku tidak mengatakan tidak." Gong Mo meremas kartu itu dengan erat dan menundukkan kepalanya, sedikit tidak terbiasa dengan Sheng Nanxuan yang bersikap baik pada dirinya.     

Gong Mo melirik ke arah ruang tamu yang indah, berbalik arah dan berjalan ke balkon. Di luar ia melihat ke arah sebuah taman, tanaman di taman itu rimbun dan asri.     

Sheng Nanxuan tiba-tiba muncul di belakangnya dan mengulurkan tangan untuk memeluknya. Gong Mo merasa sedikit kaku, tidak terbiasa berada begitu dekat dengannya.     

Sheng Nanxuan menundukkan kepalanya dan mencium telinganya lalu bertanya, "Apakah kamu suka di sini?"     

Gong Mo mengangguk lalu mengulurkan tangannya untuk melepaskan tangan Sheng Naxuan dari pinggangnya, tetapi ia justru semakin mengencangkan pelukannya. Gong Mo tidak punya pilihan lain selain menyerah lalu meletakkan tangannya di pagar.     

Sheng Nanxuan tersenyum dan mencium lehernya dua kali.     

Gong Mo menekuk lehernya dan sedikit merasa sedikit tidak senang hati.     

Sheng Nanxuan segera melepaskannya, berjalan ke arah Gong Mo, berdiri berdampingan dengannya dan bertanya, "Rumah ini atas namaku, apakah kamu ingin menggantinya dengan namamu?"     

Gong Mo terkejut, "Tidak, tidak perlu."     

Memberikannya kartu dan juga rumah, bukan karena akta nikah, Gong Mo merasa ragu atas pemberian itu.     

Sheng Nanxuan mendengarkan jawabannya, menoleh untuk menatapnya, dan berkata dengan perasaan puas, "Itu benar, kita akan selalu bersama. Tidak masalah siapa yang memiliki rumah, itu semua milik kita bersama."     

Gong Mo menatapnya dengan curiga. Mengapa Sheng Nanxuan memperlakukan dirinya dengan sangat baik, seolah-olah ia sangat peduli padanya.     

Gong Mo tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Sheng Nanxuan, apakah kita sudah lama saling kenal?"     

Sheng Nanxuan berbalik arah untuk melihat ke luar dan menghela napas, "Sudah lama, sejak aku menikah dan memiliki anak."     

"Jawaban seperti itu, sebenarnya apakah kita sudah saling mengenal sejak lama atau tidak? Tiba-tiba Gong Mo teringat saputangan milik Sheng Nanxuan dan buru-buru bertanya, "Terakhir kali kamu memberiku saputangan, kamu mengatakan benda itu harus dikembalikan pada pemilik aslinya."     

Sheng Nanxuan menyipitkan mata padanya, "Aku mengatakan padamu untuk mengembalikan saputangan itu kepada pemiliknya? Kamu pasti salah dengar."     

"Lupakan saja." Gong Mo tidak akan bertanya lebih lanjut lagi.     

Ketika Gong Mo bangun keesokan paginya, Sheng Nanxuan tidak ada di tempat tidur. Gong Mo tidak mencari tahu di mana ia berada karena saat ini Gong Mo tidak enak badan dan perutnya terasa mual.     

Gong Mo merasa ingin muntah.     

Gong Mo bangkit dan bergegas menuju ke toilet.     

Karena belum sampai sehari ia tinggal di tempat ini, ia tidak terbiasa dengan lokasi disini dan hampir menabrak dinding. Tidak mudah untuk menemukan pintunya, ia merasa akan segera muntah dan berjalan dengan semakin cepat agar segera tiba di toilet.     

Ia sangat kesal dan mengumpat mengapa Sheng Nanxuan membeli rumah sebesar ini. Ini membuatnya kesusahan untuk berlari menuju ke suatu tempat dan itu membutuhkan waktu yang lama.     

Gong Mo meludah di wastafel hingga terbatuk-batuk, tetapi tidak ada apa pun yang keluar, hanya sedikit air liur.     

Gong Mo bersandar dalam keadaan lemah ke dinding dan tiba-tiba muncul masalah dipikirannya. Pertama, ketika mual di pagi hari. Kedua, apakah tidak ada kamar mandi di dalam kamar tidur? Mengapa ia harus berlari sejauh ini?     

Gerakan Gong Mo mengejutkan Sheng Nanxuan.     

Sheng Nanxuan bergegas mengikutinya ketika ia mendengar suara muntahan Gong Mo dan mengulurkan tangannya, "Ada apa denganmu?"     

  ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.