[BL] RedBlue Academic. END✔

Terlalu Ekstrim (1)



Terlalu Ekstrim (1)

0  Warning 18 Full Seks    
0

  Terdapat adegan dewasa yang tidak pantas untuk dibaca oleh anak-anak dibawah usia 18 tahun    

  ––————————————————    

  Sebastin memasukan miliknya yang keras dan tebal itu kedalam anus milik istrinya yang sudah cukup terbuka karena telah melakukan persiapan penetrasi sebelumnya.    

  Defian memegang bingkai jendela dengan erat. Tubuhnya terhentak-hentak kedepan dengan sangat cepat, hal itu disesuaikan juga dengan pukulan demi pukulan yang diberikan Sebastin padanya.    

  Satu kaki Defian yang masih berpijak dilantai mulai lemas. Saat ingin merosot ke bawah, sang suami langsung sigap memeluknya erat, agar tidak merosot ke bawah, dengan posisi yang masih menghentakan pinggulnya kuat. Sedangkan Defian, pria manis itu, hanya bisa mendesah dan memangil-manggil nama suaminya.    

  Tatapan mata Defian sesekali mengarah ke bawah, dimana keluarga Sebastin berada.    

  Beberapa saat kemudian Defian dan Sebastin mencapai puncaknya secara bersamaan. Namun itu semua, sama sekali belum berakhir. Sebastin mengangkat kedua kaki Defian dan menopangnya dengan kedua lengan kokoh milikya.    

  "Sebastin, ngghh..."    

  Dan posis Defian saat ini terlihat sangat menggoda, jika dilihat dari luar jendela. Seluruh tubuh bagian depan miliknya telah terpampang sangat jelas. Defian menopang tubuhnya di kaca putih bening itu.    

  Ini sangat memalukan, Defian mengangkang lebar menghadap jendela putih bening itu. Defian tidak mampu berkata-kata lagi dengan seks ekstrim yang dilakukan suaminya.    

  Memang seks ini pernah mereka lakukan beberapa kali di rumah Sebastin. Tapi itu berbeda. Dirumah Sebastin tidak akan ada yang berani melihat mereka bercinta, asisten rumah tangga Sebastin se akan tahu apa yang akan dilakukan tuan rumah mereka. Namun saat ini sangat berbeda, mereka melakukannya di depan keluarga sebastin, yang tidak mungkin akan pergi begitu saja.    

  "Hah, ah! Sebastin... Ah! Ah!"    

  Ditaman, Alfano dan Gabriel sedang asik bermain catur.    

  Putri, ibunda dari Gabriel, "Kamu tidak ke kantor Gabriel?"    

  Gabriel memegang dagu miliknya, tatapanya masih fokus dengan permainan yang sedang ia mainkan, sedikit berpikir, "Anaku sedang berkunjung kemari ibu."    

  Alfano memajukan satu prajuritnya ke depan, "Anak-anak itu sangat betah berada di dalam kamar."    

  Gabriel tertawa, "Benar." Ayah Sebastin pun mengalihkan pandangannya dari papan catur ke jendela kamar milik anaknya yang berada di lantai dua. Gabril sedikit mengernyit, dan setelah itu ia menggeleng-gelengkan kepalanya.    

  Sedangkan orang yang sedang asik melakukan hubungan intim di kamar mulai panik. Siapa lagi kalau bukan Defian Mahesa.    

  "Sebastin, Sebastin berhenti. Ayah... Ayah melihat kemari, melihat kita." Ucap Defian panik, dia mulai memberontak untuk melepaskan dirinya dari kungkuhan sang suami. Namun pria cabul itu sama sekali tidak membiarkannya lolos. Kekuatan hentakan Sebastin malah semakin kuat dan cepat.    

  "Sebastin hentikan!"    

  Sebasti membawa sang istri ke tempat tidur dengan posisi mengangkang lebar tadi.    

  Posisi dimana Sebastin memegang erat lipatan kaki Defian dari belakang. Hal itu terasa sangat perih dan menyakitkan pada saat Sebastin berjalan. Defian memegang leher suaminya dengan erat.    

  Sebastin menaiki tempat tidur dan menaruh istrinya perlahan.     

  Posis Defian kini berubah menjadi menungging. Sebastin memeluk istrinya erat dari belakang, "Ayahku tidak akan bisa melihat aktifitas kita. Bukan saja Ayahku, semua orang tidak akan bisa melihatnya."    

  "Apa maksudmu?"    

  Sebastin mencium dan mengisap, serta menjilat pumggung Defian, "Karena kaca di kamarku khusus."    

  Yah, kaca dikamar Sebastin serta dibeberapa kamar lainnya juga memiliki kaca yang sama. Dimana orang luar tidak dapat melihat apa yang dilakukan orang yang berada didalam, dan sedangkan orang yang berada di dalam, dapat dengan leluasan melihat apa yang dilakukan orang yang berada diluar.    

  Sebastin membalikan tubuh Defian tanpa melepas penyatuan mereka.    

  "Aah..." Defian meringis dengan tindakan Sebastin itu.    

  Wajah Defian sudah memerah padam, sekujur tubuh putih mulusnya telah di penuhi dengan keringat, rambut hitam miliknya sudah sangat berantakan, dan lepek karena keringat.    

  Terlihat sangat menggoda di mata Sang suami.    

  Sebastin mengurung Defian dengan tangan kokoh miliknya.    

  "Aku mungkin sudah gila jika membiarkan orang lain melihat tubuhmu tanpa busana."    

  Sebastin mengangkat Defian di pangkuannya, "Tubuh istriku hanya boleh dilihat olehku, dan orang lain tidak berhak melihatnya."    

  Defian tersenyum cerah ketika mendengar ucapan Sebastin padanya.    

  "Tubuh suamiku, hanya boleh dilihat olehku, dan orang lain tidak berhak melihatnya." Ucap Defian mengkopy paste ucapan dari suami tercintanya.    

  Mereka berdua tertawa bersam.    

  Sebastin membaringkan kembali Defian di tempat tidur.    

  "Ulurkan tanganmu sayang."    

  Tanpa berpikir lama, Defian langsung mengulurkan tangan miliknya ke arah Sebastin.    

  Sebastin meraih tangan Defian dan menariknya ke arah junior miliknya.    

  Defian menggigit bibirnya.    

  Tangan Defian ternyata di arahkan kebawah. Lebih tepatnya di arahkan ke daerah penyatuan mereka berdua.    

  Sebastin memisahkan jari telunjuk dan jari tengah seperti bentuk gunting, atau lebih tepatnya seperti orang yang sedang berfoto dengan kedua jari tangan.    

  Sebastin menaruh jari Defian di batang junior miliknya yang sedikit keluar dan tidak masuk sepenuhnya di dalam anus milik Defian.    

  Junior milik Sebastin kini berada ditengah-tengah belahan antara jari telunjuk dan jari tengah milik Defian.    

  "Apa kamu ingin melihat penyatuan kita?"    

  Defian mengigit bibirnya pelan, dan kemudian menganggukan kepalanya.    

  Sebastin tersenyum, kemudian ia mengangkat tubuh sang istri dan menyandarkannya di kepala tempat tidur. Posis duduk Defian saat ini kurang lebih 45°, dimana dengan posisi seperti itu, Defian dapat melihat areah penyatuan mereka dengan secara leluasan.    

  Pipinya seketika bertambah memerah, karena melihat daerah dimana tubuh miliknya yang saat ini tengah menyatuh dengan tubuh milik Sebastin.    

  Terlihat sangat, sangat .... (Author tidak mampu lagi berkata-kata).    

  "Bagaimana, terlihat sangat indahkan?"    

  Defian menutup wajahnya dengan sebelah tangan miliknya dikarenakan rasa malu yang tidak bisa dia gambarkan sendiri, dan kemudian menganggukan kepalanya lagi.    

  Sebastin menundukan kepalanya, menatap daerah penyatuan dirinya dan Defian.    

  Sebastin tersenyum. Ingin rasanya ia membuat Video seks dirinya dengan Defian dan menyimpannya sebagai barang berharga penuh dengan kenangan manis.    

  Sebastin mengambil tangan Defian yang masih terletak di batang juniornya, dalam keadaan posisi yang masih menggunting. Sebastin mengarahkan dan menjalankan tangan Defian menelusuri area pinggiran anus milik Defian itu sendiri.    

  Wajah Defian terlihat sangat terangsang dengan tindakan yang dilakukan suaminya.    

  "Miliku telah masuk dan memenuhi lubang milikmu. Ini sangat pas, dan tanpa celah sedikitpun. Coba kamu rasakan dengan jarimu, tidak ada sedikitpun celah yang terbuka. Bahkan air pun tidak dapat masuk di dalam anus milikmu." Ucap Sebastin menggoda.    

  Sebastin, pria dingin dan sedikit tertutup itu; bukan hanya cabul dan tergila-gila dengan tubuh milik istrinya sendiri. Tapi juga, semua kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar sangat cabul.    

  Namun semua tindakan yang dilakukan Sebastin, hanya ia tunjukan pada Defian yang merupakan istri tercinta dan tersayangnya.    

  Mendengar ucapan fulgar dari Sebastin, membuat Defian sangat malu dan refleks memeluk Sebastin erat dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher suaminya.    

  Sebastin mengusap punggung dan kepala Defian penuh dengan kasih sayang.    

  "Hari ini, kamu yang harus melayaniku dan memuaskanku." Kata Sebastin.    

  Defian menatap sebastin bingung.    

  Melihat, wajah istrinya yang kebingungan. Sebastin menjelaskan kembali, "Kamu yang harus menggoyangkan pinggulmu di atasku."    

  Defian lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya. Dia sama sekali tidak mampu lagi berbicara, dikarenakan serangan cabul yang selalu diberikan Sebastin padanya.    

  Bersambung ...    

  Minggu, 29 Desember 2019    

  Akan di lanjutkan di Part berikutnya...


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.