[BL] RedBlue Academic. END✔

Sangat Perhatian



Sangat Perhatian

0  Kurang lebih seminggu lagi ulangan semester untuk kenaikan kelas akan di mulai, semua siswa dan siswi kini tengah sibuk belajar materi-materi yang di berikan guru-guru mereka di perpustakaan sekolah, begitu juga dengan Akemi dan Firaz yang tengah sibuk dan fokus pada buku mereka masing-masing di perpustakaan.    
0

  Lain halnya dengan Defian yang saat ini tengah terkurung di dalam kamarnya dan Sebastin.    

  "Sebastin aku harus ke perpustakaan hari ini."    

  "Tidak di izinkan."    

  "Ayolah~" Rengek Defian.    

  Sebastin menaruh bukunya di atas meja dan menatap istrinya yang kini sedang menatap dirinya dengan tatapan memohon.     

  Sebastin menghembuskan napas, "Tidak." Ia pun kembali membaca buku miliknya.    

  "Sebastin"    

  "Defian, lihat perutmu. Itu sudah sangat membesar, dan untuk apa kamu ke perpustakaan hari ini? bukannya kalian di berikan 1 minggu untuk hari tenang sebelum melaksanakan ujian kenaikan kelas?"    

  Defian menggarukan kepalanya, "Ia, tapi ... Tapi aku harus lebih banyak belajar untuk naik kelas dan mendapatkan nilai yang baik."    

  "Aku yang akan mengajarimu." Sebastin membelai lembut kepala istrinya.    

  "Oh aku lupa, ternyata suamiku sangat cerdas. Hehehe." Setelah mengungkapkan itu, Defian pun memeluk Sebastin. Namun pada saat ingin memeluk Sebastin, Defian sedikit mengalami kesulitan karena perutnya menghalangi dirinya untuk dapat memeluk Sebastin.    

  Defian, "..." ( – _ –'' )    

  Sebastin tersenyum, "Jangan memelukku dari depan. Kemari biar aku saja yang memelukmu."    

  Defian, "..." :unamused_face:    

  .....    

  Sebastin, "Pelajaran apa yang ingin kamu pelajari terlebih dahulu?"    

  "Kimia. Aku sedikit lemah di pelajaran itu."    

  Kedua pria tersebut mulai melakukan aktifitas belajar dan mengajar mereka sampai kurang lebih jam 11 malam.    

  Jam 11 malam, Sebastin menghentikan aktifitas mengajarnya dan mengatakan pada sang istri untuk beristirahat dan tidur. Awalnya Defian menolak dan masih ingin belajar, namun lagi-lagi Sebastin menyebut orang hamil tidak boleh terlalu kecapean dan terlambat tidur. Akhirnya Defian menyudahi aktifitas belajarnya dan menuju suaminya yang sedang berbaring manis di atas ranjang.    

  "Kemari," Sebastin memeluk Defian dari belakang.    

  "Aku sudah memberi tahu orangtua Akemi, untuk mengizinkanmu ujian di rumah."    

  "Hmm... Kenapa?"    

  "Ruangan kelasmu berada di lantai tiga. Aku takut kamu kelelahan."    

  Defian tersenyum, "Kamu sangat baik."    

  "Tentu saja, demi istriku."    

  "Sebastin,"    

  "Hmm?"    

  "Bagaimana respon Akemi pada saat kamu memberitahunya?"    

  Sebastin tersenyum, "Dia terlihat bodoh."    

  "Ah sayang sekali, aku tidak bisa melihatnya."    

  Beberapa minggu yang lalu, Sebastin telah memberitahu Akemi mengenai hubungan keluarga di antara mereka. Pada saat di beritahu, awalnya Akemi sama sekali tidak percaya, namun karena ia berpikir bahwa Sebastin bukan tipe orang yang suka bercanda atau lain sebagainya. Akemi pun langsung mempercayainya.    

  Dan malam harinya, pertemuan keluarga Akemi dan Sebastin.    

  Mereka semua membahas lebih detail mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di masa lalu sehingga membuat Mia dan Ana harus berpisah selama bertahun-tahun.    

  Sebastin, "Ayo tidur ini sudah malam."    

  "Ok.ok"    

  Satu minggu kini telah berlalu dan sekarang telah memasuki hari pertama ulangan semester untuk kenaikan kelas. Siswa dan siswi masing-masing sekolah kini telah berseragam rapi dan lengkap untuk menyambut hari pertama ulangan semester kenaikan kelas. Sedangkan Defian tidak perlu repot-repot untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam sekolah mereka, di karenakan Defian melakukan Ulangan semester di rumah bersama dengan Sebastin yang juga memutuskan ulangan Semester kenaikan kelasnya di rumah.    

  Setelah ulangan semester kenaikan kelas selesai, Sebastin langsung membereskan beberapa potong pakaian milik Defian dan beberapa keperluan lainya ke dalam koper.    

  Selama usia kehamilan Defian yang sudah mencapai kurang lebih 7 bulan, Sebastin akan membawa Defian ke rumah besar Alfano dan selain itu juga di karenakan minggu berikutnya mereka berdua akan melangsungkan pernikahan mereka yang di adakan di gereja yang letaknya tidak terlalu berjauhan dengan rumah besar Alfano.    

  Di sepanjang perjalanan Sebastin dan Defian menuju ke rumah besar. Sepanjang jalan itu pula Defian selalu bertanya pada sang suami mengenai pernikahan mereka.    

  "Apa bajunya masi pas denganku?"    

  "Tentu saja pas sayang."    

  "Tapi itu khan di ukur seminggu yang lalu di tubuhku. Bagaimana kalau minggu depan tiba-tiba saja kekecilan dan tidak muat lagi?"    

  "Jangan khawatir, pasti muat sayang."    

  Defian mengangguk-anggukan kepalanya, "Baiklah aku percayakan semuanya padamu."    

  Sebastin mengusap kepala Defian menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan yang lain memegang setir mobil, "Pernikahannya seminggu lagi sayang, kenapa kamu sudah gugup sekarang?" Ucapnya sambil tersenyum.    

  "Siapa yang gugup!" Defian menegaskan suaranya, seolah-olah dirinya saat ini tidak mengalami rasa gugup sama sekali.     

  "Kalau begitu jangan terus meremas-remas tanganmu." Kata Sebastin sambil menahan tawanya.    

  Mendengar ucapan barusan, Defianpun mengalihkan pandangannya pada tangan miliknya sendiri.    

  Defian, "..."     

  Tertangkap basah itu sangat memalukan.    

  Sebastin tersenyum dan mengusap sayang kepala Defian.    

  Sesampai di rumah besar Alfano, mereka berdua sudah di sambut di depan pintu oleh asisten rumah tangga dan para tetua. Mereka berdua di sambut seperti seorang tamu yang sangat penting dan harus di hormati.    

  Putri, "Ayo kemari cucuku sayang."    

  Defian datang menghampiri neneknya dan memeluk erat neneknya itu, "Nenek Defian kangen~"    

  "Nenek juga kangen Defian."    

  Satu meter dari Defian, Alfano menyambut cucu tersayangnya degan sebuah pelukan, "Jangan terlalu melakukan olahraga dengan istrimu. Perhatikan juga kesehatan anak kalian yang belum lahir itu."     

  "Siap, kek."    

  ":expressionless_face: jangan hanya mengatakan siap-siap. Kakek yakin semalam kamu pasti melakukannya lagi dengan istrimu."    

  Sebastin, "..."    

  Putri, "Ayo semuanya masuk, udara di luar cukup dingin."    

  Setelah berbincang-bincang sebentar dengan para tetua, mereka berduapun menuju ke kamar mereka yang berada di lantai dua kediaman Alfano.    

  "Kemari, istirahatlah dulu." Panggil Sebastin pada sang istri yang tengah sibuk membongkar-bongkar isi koper yang di bawakan suaminya.    

  "Umm" Defian menghentikan aktifitasnya dan berjalan menuju ke Sebastin yang kini tengah duduk di tempat tidur.    

  . . . . .    

  Sore harinya, para tetua beserta Sebastin dan Defian kini tengah menikmati udara sore di taman belakang yang penuh dengan pemandangan hijau dan ratusan jenis bunga yang tertanam indah dan rapi, serta di temani dengan segelas teh hangat.    

  "Nenek, Defian khan seminggu lagi nikah tuh, kok di rumah ini belum ada persiapan sama sekali untuk pernikahan Defian?"    

  Nenek, "Siapa bilang belum ada persiapan?"    

  "Buktinya sekarang! Defian sama sekali tidak melihat adanya penataan-penataan sepesial."    

  "Sudah ada sayang, tapi di tatat di bagian gedung Alfano bagian Barat, sedikit berdekatan dengan Gereja." Kata Sebastin sambil fokus bermain catur bersama kakeknya.    

  Sebastin, "Skak mat."     

  Kakek, "Hah, sangat menyebalkan. Kalah lagi."    

  "Kakek kalah lagi untuk yang ke 23 kali."    

  "Sangat menyebalkan bermain catur denganmu. Kakek ingin bermain catur sama menantu kakek saja (Defian)." Ucapnya sambil mengangkat papan catur.    

  Sebastin, "..." Defian sama sekali tidak tahu bagaimana cara dan tehnik bermain catur. Sangat politik, mencari orang yang lebih bodoh agar dapat menang dala permainan catur. ( – _ – '')    

  .    

  Bersambung . . .    

  Selesai pengetikan pada hari–    

  Sabtu, 15 Februari 2020.    

  ( .... )    

  Berencana dibuat jadi PDF sebagai koleksi:face_blowing_a_kiss:


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.