[BL] RedBlue Academic. END✔

Weding. [END]



Weding. [END]

0  Kini telah tiba hari yang paling di tunggu-tunggu dan hari yang paling menegangkan bagi kedua pasangan Sebastin dan Defian yang akan melaksanakan pernikahan dan di mana hari yang sangat membahagiakan bagi para keluarga, terutama keluarga Alfano dan keluarga Mahesa.     
0

  Pernikahan yang akan di laksanakan Defian dan Sebastin berada di gereja terbesar di kota B yang letaknya tidak terlalu jauh dari kediaman Alfano, dengan jarak kurang lebih sekitar satu kilo meter. Semua dekorasi yang di gunakan dalam pernikahan tersebut berwarna serba putih dan emas, serta terlihat sangat mewah dan megah. Para tamu yang datang di acara pernikahan Sebastin dan Defian kini di buat terkagum-kagum dengan dekorasi pernikahan yang ada di gereja tersub.    

  .....    

  Sebuah jas putih bersih di ambil oleh seseorang dan di kenakan secara perlahan dan hati-hati di tubuhnya. Setelah terpakai dan terpasang di tubuh milik si pemilik jas putih tersebut, kini ia sedikit merapikan dan menyesuaikan posisi jas tersebut di tubuhnya dan sedikit mengusap daerah sekitar leher jas dengan lembut dan penuh sayang. Tiga buah bunga Lili berukuran kecil di taruh di dalam atau bisa di katakan di atas saku jas bagian kiri si pemilik jas dan di tata sedemikian rupa. Sangat indah dan cantik. Pria yang merupakan si pemilik jas kini beralih memperbaiki sedikit posisi dasi kupu-kupu miliknya.    

  Seorang penata rambut, melihat dengan secara detail dan sangat teliti rambut si pria ber jas pitih itu, dan sesekali si penatata rambut menyisir dengan penuh kasih sayang rambut si pria berbaju putih tersebut yang kini sedang duduk di kursi dengan sangat tenang.    

  "Sempurna." Kata si penata rambut.    

  Pria berbaju putih tersebut menatap dirinya di depan cermin dan menilai-nilai penampilannya. Pria tersebut sedikit tersenyum, pertanda ia merasa puas dengan apa yang di kerjakan si penata rambut pada rambut miliknya.    

  Sebastin, "Sempurna."    

  Setelah selesai gantian dan menata rambut miliknya, Sebastin langsung keluar dari ruangan dan menuju ke Kakak, serta kedua orang tuannya dan kedua orang tua Defian untuk menyambut para tamu yang datang di pernikahannya dan Defian. Kedatanggannya membuat semua orang mematung di tempat dan melongo seperti orang bodoh yang tidak bisa melakukan apa-apa. Dunia seakan berjalan sangat lambat, waktu seakan telah berhenti dan membuat semua orang yang berada di dalam gedung mematung tidak bergerak, menyisahkan Sebastin yang berjalan sempurna di keramaian.    

  Semua orang memberikan jalan lewat pada sang pangeran, bunyi sepatu tak, tak miliknya, seakan menggemah di seisi ruangan yang ramai namun terdengar sepi penghuni.    

  Ceklekk... (kamera ponsel)    

  "Kyaaaaa... Aku akan menunjukan ini pada Defian." Akemi kegirangan melihat penampilan saudaranya itu, dan Akemi pun bergegas secepat kilat menuju ruang ganti Defian.    

  Di ruangan ganti yang terlihat cukup luas dan besar ini, kini sedang duduk seorang pria berpakaian serba putih dan di hiasi bunga lili pada saku baju miliknya. Di dalam ruangan, Defian di temani kakak perempuannya dan salah satu sahabatnya Firaz.    

  "Defiaaaannnn...!!!" Teriak Akemi membuat ketiga orang di dalam ruangan tersebut terkejut.    

  Terkejut melihat bahwa Defian tidak sendiri, kini Akemi sedikit salah tingkah, "Hallo kakak."    

  "Hallo juga." Jawab kakak Defian.    

  Firaz, "Hey ada apa?"    

  "Heboh, heboh, heboh. Pokoknya heboh."    

  Kakak Defian, "..."    

  (saya lupa nama kakaknya Defian)    

  "Sebastin sangat, sangat, sangat tampan hari ini. Bahkan semua orang yang berada di dalam gedung mengangak sampai liur mereka tumpah se ember."    

  All, "..."    

  "Setampan apa Sebastin?" Kata Defian penasaran, "kamu punya fotonya?"    

  "Punya, aku tadi memotretnya." Akemi pun menunjukan foto Sebastin pada Defian, namun belum sempat di perlihatkan pada Defian, ponsel milik Akemi sudah di sambar lebih dulu oleh Kakak Defian Arni (sepertinya itu nama kakak Defian).    

  "Jangan di perlihatkan. Biarkan Defian mati penasaran."    

  Defian, "..." :expressionless_face:    

  Firaz, "Itu benar, apa lagi sebentar kamu akan melihatnnya sendiri secara live tepat di depanmu."    

  "Sangat pelit." Ucap Defian cemberut.    

  Akemi duduk di samping Defian sambil memperhatikan perut Defian yang sudah membesar itu. Akemi menyentuh perut Defian dengan penuh kasih sayang dan berbicara-berbicara seperti anak-anak dengan perut Defian.    

  "Halo sayang, yang sehatyah dan jangan menyusahkan ibumu pada saat kamu mulai hidup dan bernapas di dunia luar nanti yah?! Oh ia, tante Akemi hamper lupa. Cepat lahir agar tante Akemi dapat cepat bisa memukul pantat milikmu nah."    

  Defian, "…" ( - _ - ')    

  Arni, "…"    

  Firaz, "…"    

  …..    

  "Terima kasih sudah datang." Mengucap sambil memberi salam sopan pada tamu yang telah datang.    

  Dua orang bertubuh tinggi dengan jas yang sangat elegan di tubuh mereka masing-masing memasuki Gereja tempat yang akan di adakan pesta pernikahan. Semua orang yang baru saja atau berpas-pasan dengan mereka hampir saja di buat pingsan oleh ketampanan yang di miliki kedua pria tersebut. Aurah yang dipancarkan oleh kedua orang tersebut seperti cahaya yang sangat menyilaukan untuk dilihat, tubuh kedua orang itu mengeluarkan kilauan indah yang membuat siapapun terpesona. Sungguh sangatlah tampan.    

  Beberapa orang/tamu atau bisa di katakana siswa dan siswi Red dan Blue Academic yang di undang, yang datang di pesta pernikahan tersebut sampai menggeleng-geleng kepalanya kebingungan dengan keluarga besar Alfano beserta kerabat-kerabat dekat keluarga Alfano yang dipenuhi dengan pria-pria tampan dan cantik-cantik.    

  "Siapa sebenarnya nenek moyang mereka pada zaman dahulu?"    

  "Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan siapa nenek moyang keluarga Alfano?"    

  Pria yang bertanya di awal tadi menatap kedua temannya yang lagi asik menatap kearah pintu Gereja dengan tatapan kagum,    

  "Aku ingin bertanya, mereka makan apa? Mereka melakukan perawatan seperti apa? Sehingga keturunan mereka sangat tampan-tampan seperti itu!"    

  Kedua temannya, "…"    

  Pria tersebut mengeluarkan cermin yang berada di dalam saku jas miliknya dan menatap tampilan dirinya di depan cermin yang berukuran cukup kecil itu, "Lihat diriku, kapan aku bisa menjadi sangat tampan seperti mereka?"    

  "Bunuh dirimu sendiri dan kembali hidup menjadi pria tampan."    

  "..."    

  "Aku rasa, garis tanganmu akan sama seperti Defian!!"    

  Pria itu, "…"    

  "Aw, bukankah itu bagus. Aku saja sering berhayal bisa memiliki pasangan hidup yang tampan dan sempurrna seperti Alfano Mia Sebastin." Ucap salah satu teman pria itu.    

  Pria itu, "…" ( - _ - ):fire: Aku bukan Gay sia*an.    

  (Yang di undang hanyalah teman dekat Defian dan Sebastin. Serta yang tergabung dalam ke anggotaan sekolah seperti Osis, MPM, dan beberapa anggota Komite kedisiplinan yang diketuai oleh Sebastin itu sendiri).    

  Jika ada yang berkata, kenapa tidak undang saja semua siswa dan siswi RedBlue Academic?    

  Jumlah siswa dan siswi tidak akan mampu muat di dalam gereja.    

  "Halo paman Gabriel." Sapa Ran setelah sampai di depan Gabriel.    

  (Ran: Pernah muncul pada saat mengeksekusi Mika dari lokasi kejadian "Cincin penghancur 2").    

  "Datang bersama?" Tanya Gabriel lalu menatap Sarfan Alberth yang berdiri tanpa ekspresi di samping Ran.    

  "Ia kami datang bersama."    

  Nenek Sebastin, "Lalu kapan kalian berdua menggandeng pasangan kalian masing-masing untuk di tunjukan kepada Nenek dan Kakek?!"    

  Ran menggarukan kepalanya yang sama sekali tidak gatal, "Ah itu, kalau sudah ada pasti Ran bawa dan perlihatkan pada nenek dan kakek."    

  Alfano, "Dan kamu Sarfan, turunkan sedikit level pria idamanmu."    

  (Info : Sarfan Alberth adalah seorang Gay).    

  Kembali lagi pada tiga pria tukang rumpi tadi.    

  "Astaga-astaga, coba lihat dulu dua orang yang sedang berbincang-bincang dengan Kakek dan Nenek Alfano Mia Sebastin, tampannya bukan main. Kalau seperti ini, dengan wajah yang pas-pasan sepertiku, mana bisa dapat cewek di sini. Sia*an terlalu tampan."    

  "Eron, dari tadi kamu mengeluh terus... Dari tadi sampai sekarang mengeluh terus kerjanya." Kata teman Eron yang bernama Rusmin.    

  "Berhentilah mengeluh Eron." Kata Rafli.    

  Nenek Sebastin berusaha membujuk Sarfan untuk cepat mendapat pria idamannya segera, di karenakan usianya yang sebentar lagi masuk kepala 30.    

  "Tidak ada pria yang membuatku tertarik."    

  "Bagaimana denganku?" Ucap Ran sambil berperilaku imut.    

  Sarfan menghembuskan napasnya dan pergi meninggalkan Ran.    

  Ran, "…"    

  "Ehh… Jangan pergi begitu saja. Paman, bibi, nenk, kakek, Ran pergi dulu…. Sarfan jangan meninggalkanku sendiri."    

  "Perhatikan jalanmu."    

  Sarfan berhenti di tempat.    

  "Pergilah lebih dulu di kursi depan, aku akan duduk sementara di belakang."    

  Ran merasa sedikit bingung dan kemudian setelah itu di mengerti dengan maksud terselubung dari sahabatnya tersebut.    

  "Ok. Jangan membuat anak orang ketakutan." Bisik Ran setelah mengatakan ok.    

  Sarfan mengambil posisi duduk di barisan ke empat paling belakang dekat dengan jalan perlintasan pengantin.    

  Sarfan, "Bisa kamu geser ke kursi sebelahmu?!"    

  "Oh, ia ia."    

  Eron menatap kedua temannya yang berada di samping dan berbisik, "Kenapa orang ini duduk di samping kita? Aurah ketampanannya sudah menginjak-injak wajah pas-pasan kita."    

  Kedua teman Eron memberi kode pada Eron menggunakan kepala dan matannya, agar Eron melihat ke sampingnya.    

  "Apa! Kenapa kalian berdua melotot padaku?!" Ucap Eron setengah berbisik.    

  "Lihat di sampingmu sia*an." Kata Rusmin.    

  Pada saat Eron berbalik, wajah Sarfan kini berada tepat di depannya.    

  "Halo, halo Kakak." Dengan sopan.    

  (Kakak : kata sopan bagi orang yang lebih tua, yang sering digunakan di tempat saya tinggal).    

  Sarfan mengangkat tangan kiri Eron tepat di depan wajahnya dan kemudian memasukan cincin hijau miliknya di jari manis milik Eron.    

  "Sampai ketemu lagi."     

  Setelah mengatakan itu, Sarfan Alberth pergi meninggalkan ketiga orang itu yang masih belum paham dan mencerna apa yang terjadi barusan. Bahkan Eron sama sekali belum menurunkan tangannya.    

  Eron menatap kedua temannya yang kini menatapnya juga dengan wajah kebingungan.    

  "Kenapa pria itu memberiku cincin?"    

  Kedua temannya hanya menggeleng kepala mereka, tanda mereka juga tidak tahu dengan tindakan pria asing tadi terhadap temannya.    

  Eron membuka cincin hijau tersebut dari jari manisnya.    

  Eron, "...!!! " ( ° _ ° ) Kenapa tidak bisa terlepas? Perasaan ini terlihat tidak sempit di jariku?    

  "Apa yang terjadi? Cincinnya tidak bisa lepas di jarimu?"    

  Eron menganggukan kepalanya dengan ekspresi wajah yang terlihat masam.    

  "Masasih tidak bisa lepas? Kemarikan tanganmu, aku akan membantumu melepaskannya." Tutur Rusmin pada Eron.    

  Gabriel yang melihat kejadian barusan, hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya,     

  "Ternyata ada yang lebih sadis dari anaku, Sebastin."    

  Alfano, "Anak itu pasti sangat kebingungan dengan tindakan Sarfan barusan."    

  Sebastin, "Pria itu harus menyiapkan staminannya untuk berhadapan langsung dengan Kakak Sarfan Alberth."    

  …..    

  Pesta pernikahan telah di mulai. Sebastin kini tengah berdiri gagah di depan pak pendeta untuk menyambut kedatangan Defian di sisinya.    

  Defian berjalan di tengah-tengah keramaian di temani oleh ibu tercintannya sampai sang pangeran mengulurkan tangan untuk mengambil kekasihnya dari tangan ibu tercintannya.    

  Defian meraih tangan Sebastin dengan senyum indah di wajah miliknya.    

  …..    

  Pak Pendeta yang berada di depan mereka kini mulai mengucapkan janji pernikahan,    

  "Saudara Sebastin, apakah anda bersedia menjadikan saudara Defian sebagai pendamping hidupmu, dan saling memiliki, menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kalian."    

  Sebastin, "Ya, aku bersedia."    

  Senyum indah tidak henti-hentinya terpancar di wajah manis Defian saat ini. Defian sama sekali tidak menyangka jika hubungannya akan sampai di althar pernikahan bersama Sebastin, pria tidak terduga yang dia tidak sengaja temui pada pukul 1 malam di pagar pembatas, saat dirinya tidak sengaja terjatuh di atas tanah Red dan melakukan pelanggaran Blue.     

  "Saudara Defian, apakah anda bersedia menjadikan saudara Sebastin sebagai pendamping hidupmu, dan saling memiliki, menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kalian."    

  "Ya, aku bersedia." Jawab Defian tanpa rasa gugup sedikitpun.    

  Kedua mempelai tersebut saling memandang dan bertukar senyum mereka.    

  Para undangan bertepuk tangan dengan sangat meriah.    

  "Silahkan pasang cincin,"    

  "Eh, cincin?" Defian bingung dan menatap Sebastin penuh tanya. Bagaimana tidak, saat ini dia dan Sebastin sudah memakai cincin mereka.    

  Seorang anak perempuan berusia sekitar 10 tahun datang menghampiri mempelai dengan membawa nampan emas yang di alasi sutra berwarna putih, dan terdapat kotak cincin berwarna biru yang sudat terbukan dan memperlihatkan dua buah cincin berwarna putih nan indah di dalamnya.    

  Sebastin pun mengambil salah satu cincin tersebut dan meraih tangan kiri Defian dan memasukannya di jari manis milik istrinya itu.    

  "Giliranmu sayang."    

  "Ok."    

  Defianpun mengambil satu cincin yang tersisa dan memasangkannya pada jari manis milik Sebastin.    

  Si pembawa cincin pun turun dari panggung dan menghampiri Akemi.    

  (si pembawa cincin: Adik Akemi)    

  Setelah selesai, kedua mempelai tersebut saling menukar ciuman di atas sana. Semua orang yang melihat itupun kegirangan, mimisan dan bahkan ada yang sampai jatuh pingsan.    

  Sangat romantis.    

  .    

  Simpan satu pria tampan dan setia seperti Sebastin untuku.    

  .    

  .    

  .    

  TAMAT    

  .    

  Selesai pengetikan pada hari–    

  Sabtu, 22 Februari 2020    

  ...…    

  Jujur saja, selama ini saya sudah sering menulis Novel dengan berbagai judul cerita, mulai dari yang normal dan BL. Tapi ini adalah cerita pertama yang saya tulis sampai Ending, yang lainya putus di tengah jalan.    

  Semoga saya cukup bertanggung jawab atas cerita BLACK ANGEL yang akan saya lanjutkan saat ini. Semoga saja nasipnya tidak sama seperti cerita yang lainnya.    

  Mohon maaf jika ceritanya kurang memuaskan bagi para pembaca.    

  ….    

  SEDIKIT INFO:    

  Cerita ini memiliki Extra BAB.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.