Broken Life , Broken Heart

keraguan



keraguan

0Pikiran ku benar benar kacau kali ini.. Setelah mendengar semua kenyataannya membuatku hatiku semakin sakit     
0

Hari ini aku tidak langsung pulang, aku pergi ke pesantren . Untuk kembali memastikan kebenaran.     

Aku terdiam cukup lama di depan gerbang pesantren. Para santri yang dulu pernah di suruh untuk menghakimi ku mereka melihat ke arahku dengan saling berbisik satu sama lain. Membuat langkah ku menjadi ragu     

Kenapa aku harus terus berhubungan dengan orang orang di masalalu ku terus menerus. Membuatku sebenarnya muak     

Setelah berdiam diri cukup lama, aku pun memberanikan masuk langsung ke rumah bu ustadzah yang rumah nya berada di samping pondok     

Saat melihatnya pertama kali,. Jujur saja dadaku terasa amat sesak. Kami berdua saling beradu pandang untuk beberapa saat, sampai suara menangis anak kecil menyadarkan ku.     

Bu ustadzah mengambil anak itu dari arah kamar dan langsung menggendongnya     

Aku menutup kedua mataku     

" assalamu'alaikum " ucap ustadzah , aku tahu ia menyindirku karena aku tidak mengatakan salam     

" assalamu'alaikum " ucapku dengan bergetar     

" waalaikum salam.. Rharha "     

Akupun mengusap kasar wajahku,     

" masuk... Silahkan duduk "     

Akupun menghampiri ustadzah, dan lalu bersimpuh di hadapannya     

" kenapa.... Kenapa bu ustadzah tidak menceritakannya padaku? " aku berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar     

" rharha.. "     

" tentang anak itu. Rharha sudah mengetahui semuanya. Kenapa bu ustadzah tidak mengatakan nya padaku? Kenapa malah menutupinya? "     

Bu ustadzah pun menempatkan anak kecil itu dikursi, lalu membantuku untuk berdiri     

" kita bicarakan semuanya secara baik baik dan tenang ya. Jangan seperti ini. Takutnya jadi salah paham. "     

Akupun duduk di kursi , menangis dengan tersedu sedu     

" jika kamu sudah mengetahui rahasia ini. Itu berarti kamu tahu alasan saya? "     

Akupun tertunduk lemas. Ya alasannya karena aku gila. Dan mereka tidak mau membuat semuanya lebih rumit . Kulirik anak Kecil itu dengan seksama. Dan memang aku merasa tidak asing dengan dia. Sengaja aku lebih mendekatkan diriku dengan anak kecil itu     

" hambali? Anak saya? " tanyaku     

" iya. Rharha.. Kamu mungkin tidak akan mengingat nya . Dahulu kamu mengalami baby blues sangat parah. Bahkan kamu terus terusan menyakiti hambali dengan berbagai cara "     

Bu ustadzah pun melihatkan beberapa luka di tubuh anak kecil itu     

Aku menatap nya dengan tidak percaya, aku yang melakukannya? Pada bayi kecil? Apa aku setega itu?     

" maaf mungkin karena ini anak nya ayah tiri kamu. Kamu menjadi tidak terkendali.. Sehingga kamu melampiaskan semuanya pada anak ini. Saya benar benar tidak tega melihatnya dulu, dan atas kesepakatan bersama saya yang mengadopsi anak ini. Saya tidak akan menuntut apapun dari kamu rharha. Dan saya tidak memberikan batasan jika kamu ingin bertemu dengan hambali. Karena niat saya hanya membantu mu "     

" maaf karena rharha merasa masih sangat membenci anak itu sampai sekarang, bukan karena anak itu, jelas anak itu tidak tahu apa apa. Tapi darah yang mengalir di dalam tubuhnya."     

" Iya saya mengerti rharha.. Memang tidak akan mudah untuk kamu menerima semua nya. Akan terasa berat apalagi jika sudah teringat masalalu kan? "     

Aku mulai merasakan kembali frustasi     

Pikiranku benar benar kacau sekali. Aku tidak bisa berpikir dengan baik.     

Akupun menatap wajah anak itu dan wajah ustadzah     

" Terima kasih karena sudah mau mengurusnya dengan baik ustadzah.. saya berhutang budi pada ustadzah. "     

" Tidak apa apa rharha.. saya mengerti kondisi kesehatan kamu sekarang. Dan ini sudah menjadi kesepakatan kami semua. Bahkan semua nya sudah tertulis di surat perjanjian . Jangan menjadi pikiran ya. Anak ini sudah menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Jangan khawatir. Saya sudah katakan jika kamu ingin menemuinya silahkan. Malah saya merasa senang. "     

Anak itu tiba tiba saja menangis dengan keras lagi. Akupun menatapnya ..     

Dari dulu aku tidak terlalu menyukai anak kecil.aku tidak tahan dengan suara berisik nya saat menangis atau merengek pada ibu mereka. Membuat telinga ku sakit     

Bu ustadzah memberikan anak itu ke pangkuanku     

" Bu ustadzah.. saya gak bisa. Saya gak tahu cara nanganin anak kecil. "     

" Coba saja gendong dan tenang kan dia . "     

" Saya gak mau.. saya gak bisa "     

Bu ustadzah pun pergi ke dapur , ia berkata akan membuatkan susu formula untuk anak itu     

Aku seperti orang linglung , mencoba untuk menenangkan anak ini dengan menggendongnya kesana kemari , namun anak itu tidak bisa diam. aku tatap matanya sambil mengusap air mata di pipinya     

"Shtttt. Jangan nangis lagi ya. Aku gak tahu cara menenangkan anak kecil. Jadi bisakah kita bekerja sama ?, " Tanyaku dengan konyol . Jelas jelas ia tidak akan mengerti apa yang aku bicarakan.     

Akupun memeluknya dan membawa nya keluar dari rumah bu ustadzah. Dan di sana ia mulai sedikit tenang , tidak menangis lagi tapi masih tersedu sedu .     

" Bagus.. kamu diam sekarang .. kamu akan membuat telingaku pecah karena berisik "     

Anak itu menatap ke arahku..     

Kenapa rasanya sangat menyedihkan. Wajah polosnya, tatapan matanya padaku dan juga air mata itu. Kenapa aku jadi ikutan menangis?     

Ya, karena bagaimana pun anak kecil ini keluar dari tubuhku , walaupun aku lupa bagaimana rasanya tapi ia berdiam di perutku selama sembilan bukan? Akan ada ikatan batin     

Tapi maaf, aku tidak bisa bersama denganmu. Kamu mengingatkan ku akan perlakuan jahat seseorang     

Bu ustadzah pun kembali dengan membawa susu formula dan mulai menggendongnya sambil memberikan susu itu di pangkuan nya. Anak Itu kembali menatap ku sebentar lalu tertawa. Menggemaskan memang, tapi anak itu membuatku merasa sangat terpukul dan menderita. Bahkan aku tidak bisa menatap wajahnya lama lama     

" saya akan kesini setiap satubulan sekali... Untuk melihat perkembangan anak kecil ini. Sekali lagi terima kasih bu ustadzah sudah mau membesarkannya. "     

" ya rharha.. Sama sama. "     

Setelah berbasa basi panjang. Akupun pamit pada bu ustadzah untuk pulang, ia memegang tanganku saat aku akan melangkahkan kakiku keluar     

" masih sama izzy? " tanya nya to the point     

Akupun terdiam. Jika aku menjawab iya. Apa ia akan membawaku kembali ketempat itu, tempat dimana aku dihukum? Aku bingung dan juga takut     

Apalagi itu menjadi trauma terbesar untuk izzy.     

" iya... Masih bu ustadzah " jawabku dengan lemah     

Bu ustadzah pun menatap ke arahku     

" mau sampai kapan rharha? Apa cambukan dan hukuman kemarin tidak membuat mu jera sama sekali? "     

" saya tidak tahu bu ustadzah.. Mungkin sampai saya mati, saya akan bersama dengan nya. Nyata nya hukuman kemarin tidak membuat ku jera sama sekali. Malah semakin membuatku semakin ingin bersama nya.. Semakin di pisahkan. Kami semakin bertekad untuk selalu bersama. Saya minta maaf bu ustadzah.. Perasaan saya terlalu kuat untuk nya. Dan saya tidak bisa meninggalkan izzy begitu saja. Apalagi saat mendengar ia sudah mati matian memperjuangkan saya. Rasanya akan sangat tidak adil untuk kami ."     

" rharha... Saya selalu berdoa semoga kamu mendapatkan jodoh yang bisa membawamu kembali ke jalan yang benar. Saya masih merasa sedih dan sakit hati sampai sekarang jika melihat kalian berdua . Kenapa harus kamu dan izzy? "     

" disini saya lebih sakit bu ustadzah. Lebih baik saya hidup bersama dengan izzy dari pada harus bersama keluargaku sendiri. Karena terakhir kali aku memilih kembali ke keluarga ku. Anak itu lahir ke dunia ini.. Lebih mengerikan mana bu ustadzah? Aku dan izzy atau keluarga ku? "     

Bu ustadzah terdiam dan menundukan pandangannya     

" saya permisi dulu bu ustadzah.. Terima kasih untuk waktunya. "     

" ya rharha.. Hati hati.. Maaf karena telah lancang menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya saya tanyakan "     

" tidak apa apa bu ustadzah. Selagi saya bisa menjawabnya"     

Akupun kembali mengucapkan salam dan pergi meninggalkan pesantren ini dengan perasaan campur aduk     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.