Raja Terakhir ( Last King)

Ratu Kencana



Ratu Kencana

0Sinar matahari bersinar terang, menyinari dataran dan hutan yang luas, beraroma kan rumput yang hijau dengan bunyi siul burung bersautan.     
0

Terletak di puncak gunung Semeru, yang terlihat besar dan megah. Dengan puncak yang tertutup awan menambahkan rasa agung yang ada. Tepat di atas puncak Gunung Semeru yang berdataran rata, dengan hamparan rumput hijau yang membentang, di sekitar danau biru yang ada di tengahnya.     

Beratapkan hamparan awan putih di langit dan berlandaskan puncak gunung Semeru, di sinilah berdiri Istanah besar dari umat manusia, Istana yang berjuluk Kraton Mendung atau biasa di sebut Istanah awan.     

Terdapat empat patung besar di luar Tembok Istanah awan, dengan masing-masing berbentuk Hewan Legendaris, sisi barat di huni Naga Hijau, sisi timur di huni Harimau putih, Sisi Utara di huni Burung Garuda, dan sisi selatan di huni Kijang Emas.     

Di belakang Patung hewan legendaris terdapat empat gerbang besar, yang masing-masing- masing terbuat dari Emas bercampur intan dengan luas gerbang seluas 10m² dan tinggi yang mencapai 20m². Menggambarkan kebesaran Serta keagungan, di kelilingi oleh tembok besar merah yang setinggi 45 m² dengan masing" sisi terdapat menara pengawas.     

Berjejer rapi para prajurit yang berjaga, menggunakan baju besi terang berwarna perak dengan tombak panjang setinggi 2 m yang ujung tombaknya bermata tiga.     

Memasuki tembok terdapat hamparan taman cantik di setiap sisi, yang dipisahkan oleh jalan yang terbuat dari marmer putih yang cantik.     

Datang ke teras Istana, terdapat Prajurit penjaga yang memakai baju besi berwarna emas dengan pedang di sisi kiri dan perisai oval yang berada di tangan kanan.     

Memasuki Istanah dengan aula yang besar dan megah yang atapnya di lukis malam yang penuh bintang. Terasa menakjubkan berada tepat dibawahnya, tepat di lantai dua Istanah sebuah ruangan yang di jaga oleh Prajurit yang berbaju besi hitam dengan kedua pedang panjang di kedua sisi kanan dan kiri.     

Menjaga Pintu cantik yang terbuat dari kayu jati berusia ribuan tahun, dengan ukiran khas bunga dan matahari pada ke empat sudut dan tengah pintu.     

Sesosok wanita cantik yang berusia sekitar 30 tahun, dengan menggunakan kaca mata dan rambut yang di kuncir oleh pita yang terbuat dari Jamrud hijau. berwajah kan kulit yang putih Langsat dengan mata yang tajam dan hidung yang mancung, serta bibir yang tipis berlipstikan warna merah pucat. Dengan gaun baju lurus terbuat dari sutra berwarna putih dan mengenakan sepatu yang bersulam motif awan, menambahkan kesan anggun dan cantik.     

Saras namanya Ratu dari ras manusia, yang sedang menulis surat keputusan kepada masing-masing dari 3 kerajaan yang ada di ras manusia, tentang mulainya penseleksian calon Kanjeng dari ras manusia 3 tahun lagi.     

Berdiri dari atas kursinya, dan berjalan menuju jendela samping di sebelah kiri, memandangi hamparan awan putih yang berjalan perlahan melewati gunung Semeru.     

" sudah hampir seratus tahun berlalu, dan umat manusia tidak punya banyak waktu lagi untuk mempersiapkan. Semoga kali ini manusia menjadi pemimpin dari semua Ras, untuk kembali bisa menjadikan manusia kembali jaya seperti 1000 tahun yang lalu haaaaaaaa, rasanya waktu telah berjalan cepat". Menggelengkan kepalanya dan kembali ke kursinya.     

###############################     

" jangan lupa kamu mampir ke rumah Denok, dan bilang nenek udah kangen seminggu ini dia kenapa ga main kerumah? ". Pesan neneknya kepada Adi yang akan keluar rumah.     

" ya nek, tar Adi bilang Denok, lagian Adi juga kangen sama Denok ko udah seminggu ini dia ga main kerumah kita". Jawab Adi tersenyum kepada neneknya.     

" Yaudah nek Adi jalan dulu yah, nanti Adi pulang dari rumah Denok Adi mampir ke pasar buat beliin nenek dawet item kesukaan nenek sama kakek, dah nek". sambil berjalan meninggalkan rumah Adi menuju selatan desa.     

" dasar cah Bagus, cah Bagus masih inget neneknya walaupun udh suka sama perempuan heheh". tertawa nenknya sambil memasuki rumah.     

##########     

Berjalan menuju selatan desa, melewati jalan yang beralasan batu bata yang disusun rapi selebar 4 meter, Adi dengan wajah yang tersenyum bergegas melangkahkan kakinya.     

melewati hamparan kebun Tembakau dan hamparan ladang sayuran di kedua sisi jalan menambahkan rasa damai suasana hati.     

" Tunggu aku Denok, aku udh kangen kamu heheh". adi bergumam berbicara sendiri     

setelah sekitar 5 menit berjalan menyusuri jalan dan melewati gapura kecil keluarga Denok tinggal, adi sampai di halaman yang luas. Dengan pendopo cantik disebelah kanan halaman rumah dan jemuran baju dan tanaman di sebelah kiri, menyambut Adi yang telah datang.     

" Permisi, Denok, Denok, ohhhhhh Denok". panggil Adi di depan halaman rumah denok.     

Menunggu sebentar terdengar suara yang menjawab.     

" iya tunggu sebentar, saya lagi dibelakang". Terdengar suara manis dari dalam rumah.     

" ok aku tunggu di dipan yah, kamu jangan lama'". Jawab Adi kepada Denok.     

" iya aku buatkan minum untuk mu sekalian, jadi sabar sedikit yah". jawab suara Denok dari dalam.     

" Ok Denok manis, heheh" .     

tertawa adi sambil duduk di dipan.     

memandangi halaman yang nyaman Adi menunggu, setelah sekitar 5 menit suara langkah kaki terdengar dari dalam rumah menuju ke depan.     

" Hussssss.... ada siapa tadi yang teriak" panggil panggil Denok manis, baru tahu apa aku ini manis? ". Sambil tersenyum membawa nampan berisi teh dan cemilan gorengan ubi di piring.     

" ini aku Kakanda kamu Denok heheh" . tersenyum manis Adi menggambil nampan dari tangan Denok.     

duduk di samping Adi sambil memperhatikan Adi yang tersenyum manis, seorang anak remaja perempuan berusia 16 tahun, dengan rambut panjang yang tergerai lurus, mata hitam yang dalam dengan alis mata yang lentik, serta bibir yang tipis yang berwarna merah muda.     

Mengenakan baju berwarna kuning dengan motif bordiran awan putih yang cantik, ber rok kan kain halus berwarna kecoklatan dengan motif bunga, tidak dapat menutupi penampilan yang cantik dengan kesegaran yang bersahaja.     

"Denok kenapa kamu hampir seminggu ini ga main kerumah, nenek udah kangen nanyain kamu terus itu?". Adi bertanya sambil memakan ubi goreng yang ada di atas piring.     

" aku seminggu ini ga bisa main ke rumah kamu, soalnya Bapak sama Ibu aku lagi keluar daerah nengok bibiku yang sakit, jadi aku ga bisa keluar harus nemenin si Embul sama Bu Sumi, lagian juga cuma nenek doang kan, yang kangen kalo kamu kan ga kangen hemmm". sindir Denok sambil memalingkan mukanya dari Adi.     

" husss kata siapa aku ga kangen kamu Denok, buktinya sekarang aku kesini nanyain kabar kamu, lagian aku kawatir apa kamu sakit atau kamu kenapa, kok ga ada kabarnya". sambil tersenyum membujuk Denok mencoba menjelaskan.     

" alah, kalo nenek kamu ga nanya dan suruh kamu kesini, kamu juga ga akan Dateng kan!". jawab Denok ketus.     

" ye siapa yang bilang begitu, Jangan berpikir seperti itu, aku dan kamu kan ga sehari atau dua hari kenal Denok, kita udh dari kecil bareng dan akan sampai tua kita akan selalu bareng". sambil memegang tangan Denok mencoba merayu.     

" apa pegang pegang, janur kuning aja belum melengkung yah, jadi jangan pegang" ah, awas- awas lepasin tangan mu itu ihhhh". Menjawab dengan wajah memerah dan malu- malu seperti kucing.     

" alah malu- malu begitu kamu, biasanya juga tukang sosor, hahahaha". Menggenggam semakin erat tangan Denok.     

Tidak berusaha melepaskan atau mencoba membantah, Denok kembali meremas tangan Adi dengan kuat, dan memberikan senyum manis kepadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.