Raja Terakhir ( Last King)

Pasar



Pasar

0Mengingat kembali kejadian tadi dirumah Denok, Adi tidak bisa menahan merinding di bagian belakang tubuhnya, membayangkan dia memeluk bi Sumi.     
0

" sialan si gembul, ngerusak momen romantis aja". ahhhhhh menghela nafas sambil berjalan     

Berjalan sepanjang jalan ke arah Utara sambil melihat kembali hamparan kebun buah-buahan warga, Adi kembali takjub akan betapa suburnya tanah di desanya.     

Melihat buah Gowok, Duwet, Mangga,Jeruk, dan Salak yang berjejer rapi di luasnya tanah perkebunan, membuat hatinya gatal untuk mencicipi.     

kembali mengingat masa kecilnya yang riang, dengan bebas memakan buah" an yang ada, dengan hanya meminta kepada penduduk desa yang ramah, kembali menghangatkan hatinya tentang memori yang sudah berlalu.     

Andai waktu bisa berputar kembali. Dia pasti tidak akan ragu untuk melarang kedua orang tuanya dan adik perempuannya untuk pergi, tapi sayang itu tidak bisa di lakukan dan hanya akan menjadi angan-angannya. ( setidaknya untuk saat ini sampai dia akan menemukan rahasia ).     

berjalan sekitar 10 menit sampai terlihat atap pasar yang runcing di kedua sisi, seperti tanduk kerbau yang runcing. Adi bisa melihat banyak orang yang sibuk lalu lalang serta tawar menawar, menjajakan dan membuat kesepakatan di pasar.     

walaupun desa Lawang Sewu tergolong kecil, tetapi itu tidak menyurutkan para pedagang yang datang dan singgah, dari Hulu Sungai Bengawan untuk masuk berdagang di sepanjang hilirnya, termasuk desa Lawang Sewu yang merupakan tempat strategis bagi para pedagang untuk singgah, karena lokasinya yang menjadi salah satu gerbang utama ke dalam pedalaman kerajaan Java.     

Melihat lambang buah salak di tengah gapura pasar, mengingatkan Adi kembali betapa terkenalnya pasar ini karena salak kasnya, yang disebut salak pondok.     

ya daging yang tebal dan warna yang putih dengan rasa manis yang alami, menjadi ciri khas dari pasar cisalak ini.     

mencari ke sekeliling pasar untuk menemukan penjual dawet, Adi berjalan perlahan sambil melihat-lihat barang dagangan pelanggan. Melihat apakah ada hal yang baru yang bisa membuatnya tertarik untuk membeli.     

Berjalan semakin memasuki pasar Adi mulai melihat lebih teliti. Tepat di pojok sebuah kios buah Adi melihat penjual dawet.     

" Bang Petruk masih ada dawetnya?".     

" oh den Adi, masih ada sedikit nih den, kenapa Aden mau?".     

"iyalah mau, makanya saya nanya Abang". sambil tersenyum menjawab.     

" mau beli berapa den?"     

" bikinin jadi dua mangkuk ya"     

" sip den tunggu sebentar"     

Sambil melihat" Adi menatap warga yang lalu lalang membeli kebutuhan di pasar.     

" nih den semuanya jadi 2 Koin Besi"     

" Eh ga salah bukanya seharusnya 4 yah?" tanya Adi heran.     

" ga papa den, diskon buat Aden lagian juga Bang Pentruk mau pulang den".     

" yaudah makasih deh kalo gitu".     

Berjalan meninggalkan tempat penjual dawet Adi datang ke arah tengah pasar, melihat stan penjualan ayam kampung Adi mampir melihat.     

" Pak Ogah, beli potongan satu dan tolong bersihin sama jeroannya yah".     

" sip den tunggu sebentar yah". setelah menunggu sebentar     

" ini den,semuanya jadi 20 koin besi".     

" ok makasih Pak Ogah". tersenyum berjalan meninggalkan pasar menuju rumah.     

#######     

Goa Bolong     

Sudah sebulan waktu berlalu dengan cepat, menyisakan cerita-cerita kecil yang ada.     

Adi melakukan rutinitas biasa, bangun sebelum matahari terbit, melakukan meditasi dan berlatih Kanuragan di malam hari.     

Hubungannya dengan Denok semakin menjadi dalam, hampir setiap beberapa hari sekali dia pergi kerumah Denok untuk berkunjung.     

Sayangnya Seminggu yang lalu orang tua Denok telah kembali, karena merasa malu terlalu sering main Adi menjadi mengurangi kunjungannya ke rumah Denok.     

Seperti hari ini Adi melakukan ritual Kanuragan, menyucikan Kembali Roh dan fisiknya di sungai Bengawan.     

Berendam di dalam air dan memusatkan pikiran dan rohnya ke dalam alam. Hingga waktu mulai menunjukan senja, baru kemudian kakeknya menyudahi latihannya.     

" ayo bangun Le, sekarang sudah selesai untuk hari ini dan ada hal penting yang kakek sampaikan kepada kamu".     

Melangkahkan kakinya menuju pinggir sungai, adi mendatangi kakeknya. Setelah mengeringkan badannya dan terasa Yaman dengan posisi duduknya, Adi dengan patuh mendengar kakeknya berbicara.     

" le sekarang, pondasi kamu sebagai Penjaga Dasar sudah stabil dan kini saatnya kamu untuk mengolah nafsumu. Tiga hari dari sekarang terhitung malam ini, kamu harus puasa Mutih, nyaitu puasa untuk memakan yang segalanya Putih. Sebagai contoh kamu hanya Boleh makan nasi putih, singkong putih, tahu putih, dan air putih untuk kamu minum. Dan kamu harus melakukan puasa ini selama 3 hari, makan sebelum matahari terbit dan buka ketika matahari terbenam dan ingat kamu cuma boleh buka ketika matahari terbenam selama satu jam, sementara sisanya kamu harus melanjutkan puasa selama 3 hari. Sanggup kamu le"? .     

" Adi sanggup ke, Adi ga akan setengah dalam menjalankan puasa ini", Dengan raut wajah serius Adi menjawab.     

" Bagus setalah kamu puasa 3 hari, kita akan pergi untuk bertapa menguji nafsumu di Goa Bolong, di belakang bukit desa.     

Matahari kembali bersinar dengan penuh kehangatan, menyinari mimpi-mimpi makhluk hidup yang bernafas dengan lembut.     

Terletak tidak jauh dari desa Lawang Sewu, sebuah Goa besar dengan mulut yang penuh Semak belukar.     

Menampakan keterbengkalaian, memperlihatkan kesuraman dalam fisual.     

Dengan dinding yang dingin dan beratapkan stalaktit yang berwarna putih susu, terdapat 3 ruang berbentuk kamar normal yang menyediakan kesepian dan ketentraman.     

Duduk di ruang paling ujung dengan cara bersemedi, Adi mulai mengingat ujian masuk dan fatamorgana dari Goa Bolong.     

Teringat saat melihat Goa yang tak terurus dari luar, serasa sebuah tempat yang benar-benar tidak bisa di percaya.     

Penuh dengan semak belukar dan terdapat banyak sarang laba yang menutupinya, tetapi setelah masuk. Terdapat Goa bersih yang alami penuh dengan sinar matahari yang akan dirasa.     

Sulit dipercaya bahwa apa yang di lihat bukan apa yang sebenarnya.     

Dia teringat kata kakeknya, ada dua ujian yang akan di uji di Goa Bolong. Pertama adalah ujian niat dan kedua adalah ujian rasa.     

Niat terlihat dari kesungguhan yang salah satunya tercermin dalam fatamorgana pemandangan.     

Dan yang kedua Rasa nyaitu ujian dalam menghadapi godaan panca Indra, yang di dalamnya tentang 5 panca Indra manusia.     

Satu ujian niat telah berlalu,     

Dua ujian rasa yang akan di tempuh.     

Bertaburkan kegelapan dan kesunyian ujian kedua Adi di Goa Bolong berlanjut.     

Mulai dengan menghilangkan Indra pendengarannya, dilanjut penglihatan, Rasa, sentuhan, Hingga Pikirannya Adi mulai terlelap jatuh ke dimensi baru.     

Melihat dirinya sendiri Adi merasa agak canggung, Ilmu Merogoh Sukmonya telah berhasil.     

Setelah Cukup dengan apa yang dirasa Canggung dan asing, Adi mulai membiasakan yang dia alami.     

Berjalan ke arah lebih dalam Goa, Adi mulai mengikuti nalurinya untuk menuju kesana. Seakan ada yang memanggil dan membimbingnya.     

Berjalan selama sekitar 10 menit, sampai dia bisa melihat sebuah ruangan Putih yang ada di depannya, masuk ke dalam dia disambut ruangan yang semuanya serba putih dan tidak ada noda hitam setitik pun.     

Berdengung" pikirannya tentang banyak pikiran yang tiba-tiba membuat kepalanya terasa pusing, semakin lama semakin banyak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.