Mimpi Yang Berlanjut 3
Mimpi Yang Berlanjut 3
Setelah membereskan perlengkapan dan istirahat siang yang cukup Jay bersiap untuk masuk lebih dalam ke dalam hutan sambil mencari tempat untuk berkemah di dalamnya
Saat kereta menyebrangi sungai kecil menuju ke dalam hutan yang lebih dalam dan mulai terlihat binatang yang menghuni hutan, di sisi jalan banyak kelinci yang bertubuh besar dan memiliki warna yang unik yaitu berwarna hijau dan biru
Sesekali Jay melihat rusa hutan yang memiliki tandung yang besar dengan warna tubuh yang terlihat seperti sapi dengan corak putih dan coklat yang berpadu bersama
Sepanjang jalan tampak hewan-hewan herbivora atau pemakan tumbuhan yang dominan di area hutan ini, dari merak, banteng, rusa, kelinci, dan monyet yang sesekali bergelayutan di antara pohon
Dan yang tak terlukiskan adalah banyaknya pohon buah serta padang safana yang ada di tengah-tengah daerah hutan ini, yang seakan membuat oase seperti di padang gurun, bedanya pasir disini digantikan oleh hutan hijau yang mengelilingi
Jay sangat menikmati perjalannan ini sebab di sepanjang jalan, tak kurang lebih dari 5 jenis macam pohon buah yang ada, seperti apel, jeruk, anggur, kelengkeng, kecapi, belimbing, rambutan, mangga, dan lain-lain yang seharusnya tidak tumbuh bersama karena memiliki siklus panen yang berbeda
Seperti hutan ini memiliki siklus ya sendiri dan tidak tergantung dengan siklus yang pada umumnya di luar hutan
Jay yang seperti anak kecil dengan masing-masing buah di kedua tanganya, di tangan kanan anggur besar yang menggantung lebat dan di sebelah kiri buah belimbing yang besar memancarkan aroma manis
Saat langit perlahan mulai menjadi gelap Jay kembali bergegas untuk mencari tempat berkemah, bagi mereka untuk bermalam di hutan, berjalan selama setengah jam sampai mereka sampai di sebuah lokasi yang dekat dengan aliran sungai
Sambil mencari tanah yang lebih lapang dan mencari lokasi yang agak tertutup angin agar terhindar dari dinginya malam dan dari binatang buas yang ada
Meskipun sepanjang jalan Jay tidak dapat menemukan binatang buas dan selalu merasa agak sedikit salah, karena sebegitu luasnya hutan ini tapi tidak ada binatang buasnya
Dan bahkan ular satu pun tidak dapat dilihat yang seharusnya itu tidak mungkin dengan lingkungan dan vegetasi dari hutan yang seharusnya memungkinkan mereka untuk tinggal dan hidup di dalamnya
Ini semua kembali membuat Jay bertanya dan semakin dia berpikir benar-benar ada sesuatu yang tidak dia ketahui
Dan dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui cenderung kita akan lebih gelisah dan waspada dikarenakan ketidaktahuan kita dalam menebak maksud dan tujuan dari mereka yang kita anggap tidak tahu
Melihat bahwa ada sedikit tanah lapang yang tidak jauh dari tempatnya berhenti adi segera menggerakkan kereta kudanya kesana
Setelah sampai di tempat yang dirasa cocok adi mulai melepas kuda dan mengikatnya di pohon dengan memberi makan rumput dan tumbuhan yang ada di sekitar
kemudian bersiap menyiapkan api untuk memasak dan mendirikan tenda serta mencari kayu bakar disekitar tempat berkemah
Saat jay sibuk menyiapkan segalanya untuk makan dan berkemah Jay merasa ada sesutau yang menarik perhatiannya di sebuah pohon mahoni besar yang ada tepat di pinggi sungai, yang berjarak hanya belasan meter dari tempat ia dan denok mendirikan perkemahan
Jay yang merasa sesuatu menariknya berpikir sejenak dan memutuskan bahwa dia akan menuju pohon mahoni di pinggir sungai sebentar.
Saat Jay berjalan perlahan menuju pohon mahoni besar itu perasaan menarik yang datang ke dirinya menjadi semakin kuat dan semakin besar
Seperti ada magnet yang ada di dalam tubuhnya yang tertarik dengan pohon mahoni besar itu, adi yang telah tiba tepat di depan pohon mahoni tersebut mulai mengamati bentuk pohon tersebut
Memiliki diameter yang besar dan diperkirakan butuh 3-4 orang untuk memeluk pohon tersebut, dan terlihat warna hitam kecoklatan dari kulit pohon tersebut yang saat adi merabanya terasa sangat halus permukaan dari kulit pohon itu.
Hal ini menjadi semakin menarik buat Jay , dia mulai mengitari sambil mengamati dengan seksama ada kah hal yang dapat dia temukan untuk menjelaskan rasa ketertarikan yang besar, yang dia rasakan terhadap pohon itu.
Tapi setelah mengelilinginya dan bahkan mengulangi untuk kedua kalinya, dia tidak dapat menemukan apa yang ia cari, hanya perasaan menarik itu yang tidak dapat hilang dan terasa sangat dekat ketika dia berdiri di depan pohon tersebut.
Jay terdiam untuk sementara dan hanya menatap pohon mahoni itu dari atas ke bawah, seakan sedang mengamati apa ada hal yang tak terlihat, ketika dia mengitarinya sehingga dia tidak bisa menjelaskan perasaan ini.
Hanya waktu yang berjalan secara perlahan tanpa disadari oleh Jay dan memutuskan pergi
Sambil tak lupa Menatap untuk terakhir kali ke arah pohon mahoni besar itu, Jay berjalan perlahan ke arah perkemahan sambil mendesah karena sedikit kecewa.
Hingga tidak terasa saat malam semakin dingin dan bulan semakin meninggi, dengan sesekali kunang-kunang terbang di antara rerumputan di pinggir sungai.
Jay menuju tenda untuk istirahat, dengan tidak lupa Jay menambah kayu bakar keperapian agar api tetap menyala lebih lama selama tidur dan tak lupa membuat pembatas agar api dan arang tidak keluar dari perapian dan menyebabkan kebakaran.
Saat malam menjadi semakin dingin dan saat suara binatang dan jangkrik mulai sepi, saat itu seketika sebuah asap kehijauan, yang terbang keluar dari pohon mahoni besar, melayang menuju tenda Jay .
Seolah-olah memiliki kesadaran sendiri, asap itu datang dengan perlahan dan senyap, sedikit demi sedikit mengitari tenda adi seolah-olah mencoba memperhatikan kondisi dari orang yang berada di dalam tenda.
Memperhatikan bahwa Jay terlihat tidur dengan nyaman, dan seolah-olah tidak akan sadar dengan gangguan yang ada diluar, asap itu perlahan menembus celah yang ada di dalam tenda memasuki tenda dengan begitu halus, sehalus air yang meresap ke dalam tanah.
Jay yang berlatih ilmu kanuragan, selalu menjaga kewaspadaanya meskipun ketika tidur, tetapi yang anehnya malam ini, dia seperti dibuai oleh rasa yang sangat nyaman yang membuatnya untuk terlelap dengan pulas.
Tampa menghawatirkan lingkungan sekitar atau tanpa merasakan kewaspadaan yang seharusnya dia alami saat merasakan bahaya.
Yang ia tahu, dia hanya merasa sangat yaman, yaman sekali seolah-olah dia tertidur di rumah di kampung halamannya, merasa nyaman karena ada kakek yang menjaganya.
Dan perasaan yang kini dia rasakan, hampir sama dengan perasaan yang ia rasakan ketika ia berada di desa Lawang Sewu, atau dengan kata lain kondisi yang ia rasakan dalam pikirannya membuatnya benar-benar merasa seperti di rumah.