Raja Terakhir ( Last King)

Keluarga Hangat



Keluarga Hangat

0" kakek aku berhasil, akhirnya aku bisa mulai masuk tahap jasmani". Adi tersenyum sambil berbicara kepada kakeknya, untuk mengungkapkan rasa pencapaiannya.     
0

" ya kamu berhasil le". sapaan sayang kakeknya kepada Adi. " Adi kamu harus ingat, jalan yang dilalui oleh seorang Penjaga adalah jalan yang tidak mudah. Banyak orang yang gagal, selama proses Mereka menjadi Penjaga dan hanya segelintir dari mereka yang mempunyai tekat dan usaha yang gigih yang mampu berhasil. kakek berharap kepada kamu, untuk terus berusaha dan jangan setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. Terutama ilmu Kanuragan ini, karena akibatnya akan fatal. Dan sekali mereka menentukan untuk menjadi Penjaga, hanya akan ada dua pilihan nyaitu berhasil atau gagal".     

" kenapa hanya ada dua pilihan ke? ". tanya Adi serius kepada kakeknya.     

" kenapa kakek bilang hanya ada dua pilihan, karena sekali mereka menempuh ilmu kanuragan, disitu juga nasib mereka sebagai manusia biasa akan tergantikan. Nyaitu menjadi seorang Penjaga jika mereka berhasil dan menjadi tersesat ketika mereka gagal. Berhasil tolak ukurnya hati, jiwa, serta raga mereka menjadi satu yang disebut " Melebur" dengan kehendak alam. Dan nafsu sudah bukan lagi lawan mereka, karena mereka sudah bisa mengontrolnya. Sedangkan jika mereka gagal mereka akan menjadi budak nafsu, yang disebut "Gilani" yang akan menggerogoti diri Mereka dengan keangkuhan, takabur, dan keserakahan dalam pikiran dan tindakannya. Jadi kakek berharap kamu tidak boleh menyerah, dan terus berusaha sebaik yang kamu bisa, karena ini jalan yang kamu pilih". jawab kakek Adi dengan wajah serius.     

" iya kek, Adi akan ingat nasehat kakek dan Adi juga berharap kepada kakek untuk selalu membimbing dan mengingatkan adi, jika Adi mulai salah mengambil jalan dalam perbuatan yang Adi lakukan". jawab Adi dengan suara yang mantap dan serius.     

" bagus itu yang kakek harap dan ingat dari apa yang kamu katakan". tersenyum puas dengan jawaban adi, kakeknya menghela nafas.     

" ayo-ayo sudah waktunya bagi kalian untuk makan siang, tidak selalu baik lupa waktu dengan apa yang kalian lakukan". panggilan seorang wanita paruh baya dengan tatapan lembut, yang membuat hati orang yang melihatnya menjadi nyaman.     

" nenek-nenek Adi udah laper dari tadi, Adi udah ga sabar pengen makan masakan nenek". jawab Adi sambil berlari menuju kedalam rumah, untuk menemui neneknya.     

" haaaa( menghela nafas) kalo sudah neneknya manggil soal makan, kakeknya di lupain, le le tole". bergumam kakek Adi mengikuti Adi masuk ke dalam rumah. Melewati lorong yang pendek dengan pot-pot bunga yang menghiasi pinggiran lorong, yang menghubungkan halaman belakang dengan bangunan utama rumah. memasuki rumah, menatap ruangan yang cukup besar dengan ukuran 5×6 M2, dengan meja makan yang panjang yang terbuat dari potongan lurus pohon mahoni yang berbentuk oval. tersenyum wanita separuh baya dengan mengenakan baju berwarna hijau tua, dengan lilitan ikat pinggang yang disebut stagen, khas daerah setempat. dengan rok panjang yang terbuat dari kain yang di tulis tinta malam. Adi menatap sosok neneknya yang tersenyum lembut.     

" sana cuci tangan dan muka mu dulu di kamar mandi, dan lap keringat mu sebelum makan masakan nenek" perintah neneknya kepada Adi.     

" baik nek, tunggu Adi sebentar cuci tangan dan muka ok". jawab Adi dengan riang menuju kamar mandi.     

" masak opo mbok? kayaknya harum sekali, Akung bisa nyium dari luar" . tanya kakek Adi kepada istrinya".     

" mbok masak sayur asem, sambel ulek, lalapan, ikan asin, tempe, dan ikan kembung goreng kesukaan Akung dan Adi". jawab sayang nenek Adi kepada suaminya.     

" wah bisa habis sebakul ini nasi sama Adi, hahahaha sudah disiapkan tambahan nasinya mbok, tar takutnya kurang Adi" . Jawab kakek Adi sambil tertawa kepada istirnya.     

" Oalah adi apa Akung yang ngabisin nasi, rasanya semalem mbok liat ada yang ngambilnya nasi sabakul di dapur pas malem- malem". tersenyum menyindir kakek Adi.     

" hus, siapa yang kamu liat itu, semalem apa kamu ngelindur mbok, makanya kalo tidur itu jangan malem-malem inget umur kita mbok". Jawab kakek Adi berkelit .     

" nenek, kakek ayo buru makan Adi udah bersih nih". panggil Adi yang telah kembali sehabis cuci tangan di kamar mandi.     

" ayo nenek udah ambilin nasi buat kamu, sekarang kamu mau makan pake apa, biar nenek ambilin". tanya nenek Adi.     

" loh kok Adi duluan, bukannya kakek duluan ya nek? ". tanya Adi bingung pada neneknya.     

" ya mbok kenapa Adi duluan, bukanya Akung dulu?" , tanya kakek Adi bingung.     

" apa kamu udah cuci tangan sama muka mu yang berkeringat itu, ha!!! ". jawab sinis nenek Adi kepada suaminya.     

" Oalah mbok mbok ga usah marah begitu, maklum aku sudah sepuh jadi pikun hahahaha, ya sudah aku ke kamar mandi dulu, Adi kamu makanya duluan aja, kakek nanti nyusul". jawab kakek Adi kepada istrinya dan Adi.     

" kek Adi nunggu kakek aja, paling ga ada lima menit". jawab Adi     

" Oalah cak bagus ya mesti begitu, hormati kakeknya dulu hahaha". sambil terkekeh jawab kakeknya menuju kamar mandi.     

###########     

Embun masih belum kering dari telapak daun, matahari baru bangun di ufuk timur, terdengar suara lari yang konstan membuat banyak hati bertanya.     

Masih subuh saat Adi memulai latihan fisiknya, menjadi seorang Penjaga adalah perjalanan yang panjang. seperti hari ini untuk dapat naik ke tahap selanjutnya dari Ilmu Kanuragannya Adi wajib mengisi tubuhnya dengan makanan fisik dan rohani.     

"sudah kamu selesaikan lari pagi mengelilingi desa le? ". tanya kakek Adi kepadanya.     

" belum kek, Adi masih kurang dua putaran lagi, kalau sudah selesai Adi panggil kakek". jawabnya kepada kakeknya.     

" yasudah lanjutkan, dan ingat jangan sampai matahari terbit, sebelum kamu dapat menyelesaikan lari mu". tegur kakeknya mengingatkan.     

" ya kek, Adi tahu....." ( sambil berlari meninggalkan rumahnya melanjutkan mengelilingi desa).     

dengan lingkar desa seluas 10 km² memang bukan pekerjaan yang mudah untuk anak remaja seusianya, yang harus berlari 5 putaran keliling desa, beruntung baginya kakeknya hanya memintanya mengitari lingkar dalam desanya, dan bukan lingkar keseluruhan desa. Tapi itulah syarat yang harus dilakukan Adi, untuk dapat mencapai batasan dari ilmu Kanuragan turun temurun, yang akan di wariskan kakeknya kepadanya.     

Tidak ada jalan pintas dalam mendapatkan sesuatu yang berharga dan tahan lama. Itu yang ingin disampaikan kakeknya kepada Adi, bahwa tidak ada yang bertahan lama, jika pondasinya tidak kuat.     

Dan ukuran desa Adi memang menjadi salah satu desa yang luas wilayahnya, dengan lingkar keseluruhan adalah 10 Km², dan lingkar dalam hanya 4 km² yang digunakan untuk tempat tinggal warga sekitar yang berkisar 125 KK keluarga di desanya. Dan memiliki warga sekitar 400 an warga desa yang baik muda dan tua hidup damai berdampingan.     

hu..hu...hu...hu.... terdengar suara nafas yang sesak dan langkah kaki yang semakin berat, Adi mulai merasa tubuhnya sudah tidak mampu lagi, hanya tekat untuk bisa menjadi Penjaga yang masih menyisakan harapannya.     

" aku terlalu lelah dan rasanya kaki ku seperti terikat tali yang berat, apa ini saja batas ku? atau hanya ini saja kemampuan ku?, bukanya kemarin aku menembus lapisan jasmani dan fisiknya menjadi 3 X ukuran kekuatan orang normal", sambil berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri, Adi mencoba melanjutkan larinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.