Raja Terakhir ( Last King)

Tunas



Tunas

0hampir 10 menit sebelum matahari mulai keluar dan sosok Adi mulai terlihat di pintu gapura desanya.     
0

" akhirnya gerbang surga terlihat, haaaa..... ( berteriak sambil berlari menambah kecepatan yang ada).     

" sial kalo cuma segini kecepatannya ga akan sampai tepat waktu, ( melihat kebelakang untuk menyadari bayangan dirinya yang mulai nampak, akibat sinar matahari yang mulai terlihat di timur desa) ayoooooo terusss aahhhhh".     

Kurang dari 2m sebelum Gapura desanya terdengar suara " gedebuk" suara jatuh benda yang berat.     

" akhirnya gerbang surga terlihat, haaaa..... ( berteriak sambil berlari menambah kecepatan yang ada).     

" sial kalo cuma segini kecepatannya ga akan sampai tepat waktu, ( melihat kebelakang untuk menyadari bayangan dirinya yang mulai nampak, akibat sinar matahari yang mulai terlihat di timur desa) ayoooooo terusss aahhhhh".     

Kurang dari 2m sebelum Gapura desanya terdengar suara " gedebuk" suara jatuh benda yang berat.     

" ahhhhhhhh akhirnya sampaiiiiiiii, aduhhhhhhh sialan kaki ku"( meringis menahan sakit akibat melompat untuk sampai ke batas gapura desanya).     

" bagus kamu istirahat 10 menit, sebelum kita pulang ke rumah dan lanjutkan latihan sampai siang di halaman belakang". komentar kakeknya saat melihat Adi yang kelelahan terkapar di tanah seusai berlari.     

Setelah beristirahat, Adi kembali berjalan dengan lelah menuju rumahnya, yang ada di ujung barat desanya.     

" sekarang tarik nafasmu dan hembuskan secara perlahan dan teratur, jangan terburu" ikuti suara ritme jantung mu". pesan kakeknya kepada Adi.     

Dengan duduk bersila dan menyatukan tangan di depan dadanya, dan memejamkan mata sambil mendengar instruksi kakeknya, Adi memulai latihan Kanuragannya.     

mengatur nafas dan membangkitkan semangat, adalah tahap awal dari dasar mengolah Kanuragan. menyelaraskan pikiran dan menjadi satu dengan tubuh, adalah syarat mutlak membentuk konsentrasi dalam bermeditasi.     

setelah menyelaraskan nafas dan detak jantung, Adi mulai merasa pikirannya kosong, memasuki keadaan mendalam Adi mencoba tetap fokus pada penyatuan rasa pikirannya.     

Ketika matahari mulai sejajar di atas kepala Adi, terdengar suara kakeknya.     

" hembuskan nafas mu secara perlahan dan buka matamu secara perlahan juga". Instruksi kakeknya kepada Adi.     

Menghembuskan awan putih dari mulutnya, Adi mulai membuka perlahan matanya.     

" Bagus, sekarang kita sudahi latihan siang ini, konsolidasi roh mu Dangan fisik mu nanti tengah malam adalah waktu yang paling tepat. Dan saat kamu sudah bisa mensejajaran pikiran dan roh mu disitu kita mulai memurnikan niat Kanuragan mu". penjelasan kakeknya kepada Adi.     

" Baik ke". jawab Adi singkat dengan mata berbinar menantikan waktu malam tiba.     

#########     

Malam semakin dalam, hanya terdengar suara jangkrik dan kodok yang bersautan di tengah lapang. Berbalut kabut yang tipis disertai dengan cahaya bulan yang lembut, angin malam yang menusuk datang menghampiri.     

terletak di sudut barat desa Lawang Sewu, terdapat aliran sungai yang bersih dan jernih, bersumber dari aliran sungai kehidupan Elo di pusat benua Pengger. Sungai Bengawan berdiameter lebar 5m dengan kedalaman belasan meter, menjadi penghidupan dan penghijauan bagi masyarakat yang di lintasnya.     

Tak terkecuali desa Lawang Sewu yang merupakan Hulu dari sungai Bengawan.     

Duduk di atas batu besar kali yang datar, Adi di baptis oleh aliran air yang mengalir lewat kendi yang dikucurkan kakeknya dari atas batu. Menusuk ketulang rasa hawa dingin saat aliran air membasahi sekujur tubuhnya, beraroma kan 7 jenis wewangian kembang, nyaitu Kemangi, Cempaka, Sedap malam, Melati, Mawar, Anggrek, dan Akasia. Berbaur menjadi satu dengan aura malam, Adi mengalami Pensucian tahapan Kanuragan.     

" Konsentrasikan pikiran dan jangan hal-hal kecil mengganggu pikiran mu, karena sekarang kakek akan memasukan tenaga dalam ketubuh mu, untuk dapat membangun dan membersihkan aliran darah dan tulang mu". Berkata kakeknya kepada Adi.     

Membentuk simbol abstrak dalam menarik tenaga dalam dan memusatkan mata yang tertuju kepada badan cucunya, kakek Adi memusatkan nafas dan tenaganya untuk dapat menyalurkan, aliran tenaga dalam ke dalam tubuh Adi.     

"tok, tok, tok, tok,tok" terdengar suara totokan yang berulang akibat adanya pukulan dari kedua telapak tangan terhadap badan. Semakin lama semakin cepat, berawal dari kepala sampai pada akhirnya berhenti dengan mengerahkan kekuatan kedua tangan di pinggang Adi.     

" Ouuuuuchhh, menggerang menahan aliran panas yang masuk ke tubuhnya, disertai rasa sakit yang merayap di sekujur tubuhnya, Adi mencoba bertahan dengan cara mengatupkan rapat giginya.     

"Tahan ini hanya sementara, rileks kan pikiran mu dan tubuhmu, sekarang pusat kan panas yang kamu rasakan di tubuhmu, dan arahkan mereka tepat di sekitar pusarmu". terdengar instruksi dari kakeknya saat Adi mencoba bertahan.     

mencoba mengarahkan rasa panas di sekujur tubuhnya, Adi perlahan dengan pasti menggiring rasa panas yang disertai sakit ke sekitar pusarnya.     

Setelah hampir satu jam dalam perjuangan mental dan fisik yang dirasa, hembusan aliran awan yang hitam keluar dari mulut Adi.     

" huuuuuussssssss, ha ha ha ha" nyaman sekali ke rasanya, tubuh Adi terasa segar dan seperti semua beban dan rasa sakit yang Adi alami, digantikan oleh rasa hangat seperti berendam di dalam air hangat". adi Berkata dengan gembira kepada kakeknya.     

" Bagus sekarang tenaga dalam sudah terkunci di tubuhmu, tinggal kamu olah dan perhatikan pertumbuhannya, dan sekarang kamu berendam di aliran sungai Bengawan sampai waktu matahari terbit baru kamu boleh keluar". Memberikan instruksi yang serius dan jelas kakeknya berbicara kepada Adi.     

" Baik ke, Adi akan berendam dulu". Menyatukan kakinya dibawah air, Adi berendam di pinggir Sungai Bengawan, berposisikan duduk sila dengan menyatukan kedua tangan di depan dada, Adi memulai berendam mensucikan dan mengkonsolidasi tenaga dalam dan pikirannya.     

Waktu berjalan terasa cepat, tak terasa sudah hampir lima jam Adi berendam dalam aliran sungai, dan matahari mulai terbit di arah timur desa, membuka perlahan matanya Adi merasakan kehangatan sinar mentari yang mulai menyinari tubuhnya.     

" Bangun dari sungai dan keringkan tubuh mu". Kakeknya Menyerahkan handuk yang sudah dipersiapkan kepada adi.     

" Baik ke" . keluar dari dalam air dan mulai mengeringkan air yang ada di tubuhnya.     

Sambil mengeringkan badanya, terdengar suara kakeknya yang memberikan penjelasan.     

" Sekarang kamu sudah memiliki tenaga dalam, dan itu tahap awal dari kamu masuk sebagai Penjaga Dasar, dan akan mulai semakin menguat fisik serta tenaga dalam mu saat kamu naik ke Penjaga Dalam, tapi kakek ingatkan untuk masuk kedalam tahapan selanjutnya, kamu harus menyesuaikan tubuh dan kekuatan baik fisik maupun mentalmu. Karena ujian dalam kenaikan dari Dasar ke Dalam adalah ujian Nafsumu, Dan itu perlu kamu persiapkan dengan baik". berkata kakeknya membimbing Adi.     

" Tenang ke, Adi akan ingat pesan kakek, dan Adi akan mempersiapkan dengan sungguh-sungguh ujian yang akan datang". Menjawab kakeknya dengan rasa penuh percaya diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.