Desa Adem II
Desa Adem II
Penduduk desa sudah pergi lebih awal ke sawah atau ladang untuk bertani, tetapi kini jelas berbeda, karena saat ini mereka bangun pagi tetap membawa cangkul
Namun bukan lahan pertanian yang mereka cangkul, tetapi pondasi untuk membangun tembok sederhana yang melindungi desa, bersama hal tersebut
Mereka juga tak lupa untuk memotong kayu dan mempersiapkan bebatuan yang kembali digunakan untuk memperkuat tembok desa yang kini sedang mereka bangun
Di sela-sela persiapan mereka dalam membangun tembok desa, terlihat kesibukan di dapur umum dimana banyak wanita dari berbagai usia, sibuk membuat makanan
Untuk sarapan para pria dan wanita yang akan membangun tembok dengan bergotong royong, jadi sambil menunggu sarapan untuk matang
Mereka juga tidak menyia-yiakan waktu yang ada, mereka membelah batu atau bahkan memotong kayu yang ada, karena mereka tahu ke depan jelas dua bahan ini sangatlah dibutuhkan
Dan beruntung kembali letak geografi yang ada di desa kembali membuat mereka tidak kekurangan akan bahan yang ada, ingin kayu ada pegunungan di belakang mereka
Dan hutan disepanjang sisi kiri desa hingga belakang desa, ingin batu, sungai berukuran sedang disisi kanan desa sudah menyediakan dalam jumlah yang banyak
Jadi bisa dikatakan semua dalam keadaan yang serba ada, tinggal seseorang saja yang mau mengambil dan mengolahnya jika ia memerlukannya, tentu saja ada aturannya
Untuk pemotongan kayu tak bisa di dekat desa, dan hanya bisa dilakukan dipinggiran hutan yang berjarak ratusan meter, dan setelah menebang satu, wajib untuk menanam 5-10 pohon untuk menggantikan
Pohon yang telah di tebang, tentu saja hal ini demi melestarikan lingkungan yang ada, dan hal ini hanya berlaku dalam radius 3-5 km dekat desa, jika lebih tidak wajib hanya akan disarankan
Menanam 1-3 pohon tetapi dengan ukuran yang cukup dewasa, sehingga hal yang berkelanjutan ini akan menjaga ekosistem di sekitar desa tetap lestari
Dan begitu juga dengan batu yang ada di kali, hanya bisa diambil di hilir desa yang berjarak 1km dari wilayah desa, dan itupun dalam jumlah yang terbatas, hanya boleh mengambil dimana bebatuan namapak bertumbuh dan tidak menyangkut ke dasar sungai
Hal ini dilakukan agar tidak ada abrasi dan juga perubahan kontur yang terlalu drastis, dan kali ini karena darurat desa hanya bisa mengesampingkan aturan itu
Tetapi meski begitu mereka memilih pohon yang berkelompok dan menebangnya dengan pilihan, tidak membabi buta, jadi jika ada dalam satu lingkup bebebrapa meter dan ada pohon yang nampak padat
Maka mereka akan memotong pohon yang berukuran sedang, tak terlalu tua dan tak terlalu muda, hal ini dilakukan demi menjaga kondisi alam sekitar
Meski sedikit merepotkan tapi toh pada nyatanya ini sangatlah penting dan berguna, belum lagi pohon -pohon yang ada di sekitar lereng pegunungan
Mereka juga dipilih untuk dipotong dengan metode yang sama, dan jika sadar karena area desa yang luas pohon juga banyak bertebaran di seluruh desa
Dan kali ini pohon yang ada di tengah sawah menjadi sasaran lain, untuk mengumpulkan kayu pohon, karena jelas ini lebih baik dari pada harus menebang di atas pegunungan
Dan mengangkutnya pun mudah karena Medan yang datar dan juga jarak yang dekat dengan pintu desa, bersama hal tersebut juga
Pohon bambu yang banyak tumbuh di seberang sungai, juga ditebang dan dipotong yang tua untuk membuat tombak dan bambu runcing demi alat serang
Jarak jauh yang coba mereka buat dalam jumlah yang cukup, tentu saja mereka juga menyiapkan cadangan apabila keadaan menjadi sangat buruk
jika orang tua tampak sibuk, dengan berbagai urusan yang berat, maka anak-anak tak mau kalah, mereka menyiapkan alat pertahanan untuk diri mereka sendiri
Dengan membuat ketapel dari batang kayu yang ada, bersama hal tersebut anak - anak juga mulai mengumpulkan kerikil serta batu kecil untuk amunisi mereka
Dengan senjata sederhana ini diharapkan bahwa mereka akan mampu membuat alat pertahanan diri yang lumayan, tentu saja ini tak begitu berlaku saat melawan para zombie, tapi berbeda cerita saat mereka melawan manusia atau hewan yang hidup
Sehingga setelah mereka selesai membuat hal tersebut, dengan antusias mereka berlatih dan mencoba untuk melakukan yang terbaik untuk membantu orang tua mereka
Melihat anak-anaka yang gigih berlatih melatih tembakan ketapel mereka, jelas para ornag tua menjadi senang, terlebih saat sarapan siap
Segera makan bersama satu desa tampak sangat meriah, untuk membiarkan mereka makan dengan Yaman maka, ada beberapa penjaga yang bertugas untuk menatap seluruh desa
Hal ini demi membuat kelangsungan hidup warga desa lebih terjamin, sehingga mereka memiliki perasaan Yaman dan aman saat mereka sarapan pagi
Karena dari hasil penjagaan semalam yang dilakukan oleh para penduduk desa di depan jalan desa, mereka berhasil menjebak dua zombie pria dengan pakaian compang camping dan dengan segera memusnahkan mereka
Setelah melakukan hal tersebut, para penjaga yang menjaga gerbang desa melaporkan hal tersebut kepada para pemimpin desa, dan segera wajah serius para pemimpin terlihat sedikit kusam
Karena mereka menyadari bahwa sudah mulai ada zombie yang berkeliaran sampai ke desa mereka, memikirkan konsekuensi yang lebih, para tetua di desa mulai dapat kembali memikirkan kenapa zombie itu datang ke desa
Dan beetanya kepada para penjaga yang bertugas di malam hari, samar-samar mereka mendapatkan jawaban, jadi saat malam ketika mereka merasa bosan
mereka bermain gaplek dan dalam suasana yang sepi itu, ada tawa yang terus menerus mereka keluarkan, dalam keadaan sunyi seperti itu, suara mereka bergema dan berpergian ke luar desa
Sehingga saat zombie mendengarkan tawa mereka, itu seperti penuntun yang menunjukan jalan ke arah mereka, setelah
menganalisis hak tersebut
Para tetua desa sepakat, bahwa mereka harus kembali mengirim sekelompok warga desa yang kuat untum melakukan percobaan di dekat keberadaan zombie
Apakah dengan kebersihan mereka akan berjalan mendekat atau tidak, semuannya butuh pembuktian
Jadi seperti sebelumnya mereka melakukan, pengiriman sekelompok warga desa ke arah kecamatan tempat zombie yang datang pada malam hari berasal
Maka setelah sarapan pagi, segera mereka berangkat dan menuju ke arah kecamatan, tugas mereka ada dua satu untuk mengetes pendengaran mereka, satu untuk mengumpulkan materi yang sekiranya bisa mereka gunakan, saat mereka berada di kecamatan
Jadi kali ini perjalanan mereka, bisa dibilang sangat beresiko karena jelas mewajibkan adanya interaksi dengan para zombie yang ada. Meski begitu sekelompok orang ini sadar bahwa ini demi masa depan desa lagi jadi mereka melakukan dengan penuh kesadaran.
.