Raja Terakhir ( Last King)

Garis Pertama Kerajaan Cempaka



Garis Pertama Kerajaan Cempaka

0Seperti tidak mau membuat para prajurit menunggu lama untuk mencerna makanan yang mereka makan, tak lama gempa tanah terasa di seluruh tembok     
0

Membuat para prajurit menjadi bersiap akan kedatangan dari para hewan yang telah berevolusi, tampak burung-burung berterbarangan ke segala arah     

Menampilkan kepanikan yang mereka rasakan, pohon-pohon banyak bertumbangan perlahan namun pasti seperti tersapu oleh air bah     

Pemandangan yang semula penuh dengan pepohonan kini perlahan namun pasti mulai gundul akibat sapuan dari derasnya para binatang     

Tak lama pohon terakhir di pinggir pegunungan hilang, dan debu yang tebal menutupi pemandangan di depan, hanya samar-samar warna hitam dan coklat mendominasi di balik awan debu yang berterbangan     

di atas tembok, para prajurit yang melihat ini semua, memegang erat senjata yang mereka pegang, seolah-olah mencari pegangan untuk dirinya bertahan dari guncangan hebat apa yang kini mereka hadapi     

" Para prajurit bersiap di setiap posisi" Suara teriakan penuh dengan keagungan memecah kesunyian para prajurit     

Seperti terkena percikan air, perlahan namun pasti mereka bangun satu persatu dari keadaan tak sadarkan diri mereka     

Menyadari siapa yang meneriaki mereka, perlahan namun pasti kebingungan dan ketakutan yang mereka rasakan menjadi hilang berganti dengan malu     

Karena sebagai prajurit mereka teralihkan oleh musuh dan itu adalah sesuatu hal yang tidak bisa diterima terutama saat keadaan saling berhadapan dengan musuh     

Dan setelah para prajurit telah kembali sadar dan teguh di posisinya, awan debu yang menghalangi pemandangan di depan mereka sudah menghilang     

Dan apa yang menyambut mereka adalah lautan dari binatang yang tak terlihat ujungnya, dengan dua jenis hewan yang mendominasi di bagian depan     

Yaitu banteng dan juga babi hutan dengan warna hitam dan coklatnya yang mendominasi dari hewan yang berbaris menghadap ke arah tembok     

Menyaksikan kumpulan banteng dan babi hutan yang begitu banyak, ada hawa dingin di belakang punggung mereka, seolah-olah memberi tahu bahwa apa yang mereka saksikan adalah benar     

Disisi lain selaian, banteng dan babi hutan yang mendominasi, ada sekumpulan macan tutul, monyet, ular Sanca, dan berbagai hewan melata yang ada di hutan     

Berbaris dengan rapih siap menerjang ke arah tembok yang menjadi penghalang mereka, " Jenderal tak disangka akan sebanyak ini hewan evolusi yang akan menyerang kita" suara ajudan sang jenderal mengingatkan     

" Tak perlu risau seberapapun banyaknya mereka, mereka harus mati di bawah tembok ini" jawab tegas sang jenderal     

" Benar jenderal kami akan berjuang demi Kerajaan" jawab sang ajudan lainnya     

" Baiklah kalo begitu perhatikan apakah ada sesuatu yang aneh dengan para hewan ini?" pengingat jenderal kepada dua ajudannya     

" Ya benar jenderal ada yang aneh memang, jelas mereka tahu batas, dan dilihat dari kerapihan mereka dalam membentuk garis, terlihat jelas bahwa ada yang memimpin"     

" Aku juga merasakan hal yang sama, mereka terlalu terorganisir, dan di lihat lebih dekat belum ada sosok pemimpin yang terlihat" saat sang ajudan berbicara seperti itu tiba-tiba saja ada keributan di barisan para hewan     

Samar-samar ada ruang yang terbuka di sisi mereka, dan dari sana sosok besar harimau dengan sayap tulang hitam keluar dengan mata yang merah berdarah     

Melihat sosok itu, mereka tahu jawaban siapa yang memimpin para hewan ini, dan jelas harimau dengan penampilan tidak biasa adalah jawabannya     

"Mengaum....mengaum...mengaum....." Sang Harimau mengaum sebanyak tiga kali dan tak lama suara berbagai binatang melolong menanggapi     

Seolah memberi isyarat kepada para prajurit bahwa mereka siap untuk melakukan penyerangan, dan benar saja saat Auman panjang dari sang harimau bergema kembali, tanah pun kembali bergetar     

Dan barisan hewan mulai berlari pelan, hingga tak lama menjadi semakin cepat, seolah berpacu dengan waktu. " Prajurit siap, bidik saearan" perintah sang ajudan jenderal     

" Arteleri bersiap" ajudan lain berteriak ke arah belakang tembok tempat arteleri dan juga roket berada siap menggetarkan musuh     

Tak lama pasukan binatang semakin mendekat, hingga kemudian suara " crank...boom....." satu persatu di berbagai arah terdengar lolongan darinpara binatang yang jatuh ke dalam jebakan     

Tidak mau membuang kesempatan yang ada, sang jenderal melaksanakan serangan " Arteleri tembak....Booom....Bommmmm" serentak ratusan meriam arteleri bergema memacah telinga     

Menerjang para binatang yang terkena jebakan dan juga mereka yang dengan semangat menerjang menuju tembok     

" Boom....booom....." Suara arteleri terus bergema membombardir posisi hewan yang menumpuk di Sepajang depan tembok     

" Swosh....swohs ....swosh.....swoshhh" kali ini suara tembakan roket yang dimuntahkan oleh truk peluncur yang membakar dan membom posisi hewan evolusi     

" Kabommmmmmmm...." nyala api terus membakar hewan evolusi membuat posisi mereka menjadi kacau dan kalang kabut     

Tapi seolah mereka tahu tidak ada jalan mundur, mereka tetap merangsek ke arah depan tembok     

Melihat ini hujan mortir mulai menghantam mereka dengan masif " boom....Bommm...bom.....bom     

..." suara dentuman terus bergema di depan tembok kota     

Namun perjuangan para binatang evolusi ini seperti tidak sia-sia karena perlahan namun pasti jarak mereka dengan tembok kota semakin menjadi dekat     

Dan melihat hal ini, sang jenderal memerintahkan prajuritnya yang berada di atas tembok mulai menembak dengan senapan mereka     

" Habisi mereka jangan biarkan mendekati tembok, incar kepala dan mata mereka, jatuhkan segeraaaaaa" teriak sang jenderal sambil menembakan pistol yang ada di tangannya ke arah para hewan     

Mendengar instruksi dari sang jenderal, para prajurit cepat menanggapi dan " bang....bang...bang...bang....bang....." suara tembakan terus terdengar dengan sangat masif diseluruh tembok     

Memperlihatkan percikapn api dari puluhan ribu senapan yang meledak secara bersamaan, melihat pasukannya di bantai sang harimau mengaum kembali     

Dan kali ini, pasukan Sanca yang terdiri dari ratusan ular dari berbagai ukuran mulai menuju ke arah tembok kota dengan cepat     

Menyadari bahwa akan ada bahaya lebih, para sniper yang bersembunyi di celah tembok kota mulai membidik para ular Sanca yang berjalan cepat menuju tembok kota     

" Bang...headshot..." dan kemudiaj terdengar lagi ditempat lain dengan perlahan namun pasti pasukan ular Sanca di eliminasi secara cepat     

Kembali menyaksikan pasukannya dimusnakan oleh para manusia sang harimau menjadi marah, dan dengan Auman yang lain, pasukan binatang melatah mulai meluncur     

Kali ini karena keunggulan dari ukuran dan juga peyamarannya pasukan melatah, menjadi sulit di tembak oleh para prajurit yang ada di atas tembok kota     

Melihat keadaan yang tidak menguntungkan segera jenderal memanggil " cepat pasukan nozle ke depan dan bersiap menembak" suara jenderal memberi intruksi     

Dan seperti yang dibayangkan, tiba-tiba ratusan lidah api yang berasal dari tembok kota menyembur ke arah para hewan berevolusi membakar tubuh mereka seketika     

Dan hal ini menyebabkan kepanikan di kalangan binatang lain, saat merasakan panas yang tak tertahankan yang telah dibuat oleh para prajurit untuk menyerang mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.