Raja Terakhir ( Last King)

Mahkota Delima



Mahkota Delima

0Tidak bisa robek dan tidak bisa pecah dan mampu bertahan hingga 1000 Tahun dapat digambarkan bahwa dari cara pembuatannya saja dengan tujuan melestarikan selama mungkin sehingga generasi mendatang mampu mengetahui isinya.     
0

################################     

Masih di ruangan tempat lukisan pusaka berada, sosok cantik dan anggun mengenakan kacamata, duduk dengan tenang sambil meminum kopi Gayo, kopi yang diproduksi didataran tinggi Gayo dengan kualitas yang baik dan mampu membuat ciri khas kopinya.     

Sosok itu memandang ke luar jendela dengan menatap awan dan hamparan rumput yang hijau dan indah, melapisi tanah yang subur dan mengelilingi beningnya air danau     

Masih teringat laporan bawahanya yang belum lama ini telah disampaikan kepadanya, bahwa ada 100 kandidat yang cocok dengan deskripsi dari ramalan tersebut setelah mencari selama 10 tahun     

Mendengar kabar ini membuat hatinya menjadi bahagia dan tidak sabar untuk menemukan secepatnya, karena dia merasa penantiannya akan kunjung usai     

Siapakah gerangan orang yang dimaksud ramalan tersebut dan dimana dia berada sekarang? rasanya dia mulai merindukannya     

" Yang mulia kami sudah menyelidiki dan kini tinggal 10 kandidat yang dirasa cocok dengan deskripsi Yang Mulia, mohon kiranya Yang Mulia melihat daftar tersebut".     

Seorang pengawal dengan berpakaian serba hitam sedang jongkok menunggu arahan darinya     

" Taruh saja dulu di meja, saya sedang memikirkan sesuatu dan terus pantau 6 Ras yang lain jangan sampai mereka tahu apa yang kita kerjakan"     

" Siap Yang Mulia, kami akan melakukan yang terbaik, hamba mohon pamit"     

" Baiklah kalian boleh pergi dan ingat laporan ini hanya dapat diserahkan kepada saya tidak ada perwakilan mengerti" terdengar suara lembut tapi penuh kewibawaan     

" kami mengerti Yang Mulia".     

#######$$     

2 Tahun Kemudian     

Bunga-bunga tampak bermekaran berpasangan dengan kumbang dan kupu-kupu yang hinggap di atasnya     

Menandakan awal musim semi datang menyapa dunia, tak lupa musim semi adalah awal dari musim tanam, awal dari kehangatan, dan awal dari sesuatu yang penuh harapan     

Di puncak sebuah bukit tinggi di belakang Desa Lawang Sewu terdapat beberapa pohon buah yang tumbuh liar tetapi memberi warna yang padan     

Dengan Pohon buah-buahan yang terdiri dari Mangga, Rambutan, kelengkeng, dan apel berjejer rapi di tengah bukit dengan Pohon kelapa di pinggirannya dan pohon pepaya yang menjadi pemisah keduanya     

Menambah nuansa seperti taman buah mini yang terbentuk secara alami     

Ya pohon-pohon itu tidak di tanam tetapi tumbuh sendiri karena biji-bijian yang dibawa oleh burung dan monyet putih yang berasal dari hutan di sekitar Desa Lawang Sewu yang diambil semasa musim kekeringan besar yang melanda benua manusia beberapa puluh tahun yang lalu     

Dan desa Lawang Sewu tidak terkecuali terkena dampaknya, tapi tidak separah didaerah lain karena adanya pemasangan Pagar formasi pelindung dan kesuburan desa yang di tanam leluhur Adi di sekitar desa untuk melindungi dari mara bahaya seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan     

Sayangnya hutan disekitaran desa tidak terkena di dalam formasi sehingga, banyak bintang yang turun ke desa untuk mencari makan khususnya mereka yang herbivora karena hanya di dalam lingkungan desa tumbuhan dan pohon-pohonan tetap berbuah semestinya tanpa terkecuali     

Inilah yang menjadi salah satu rahasia dari keadaan alam di desa Lawang Sewu yang menjadikanya terkenal di sekitar daerahnya karena tidak terpengaruh oleh bencana dan menjadikan semakin teguh posisi keluarga Adi sebagai Demang pemimpin desa Lawang Sewu     

Terdengar suara mengunyah dan menelan dari atas pohon kelengkeng dan pohon apel dan seiring berjalannya waktu terdengar suara jatuh kulit dan biji dari buah apel dan kelengkeng dan jika dilihat secara teliti tampak bekas gigitan pada buah apel yang telah jatuh dari atas pohon     

" Mas aku minta apelnya ambilakan yang besar dan warna merah di atas kepala mas" pinta seroang anak kecil berusia di bawah 10 Tahun yang tambak cuby dan menggemaskan dari atas pohon kelengkeng     

" Bul apa kamu kurang makan berkilo-kilo kelengkeng di sana, liat tuh jumlah biji kelengkeng kamu di bawah pohon, gunung kaya pipi kamu, hahaha" terdengar suara meledek dari anak remaja yang telah menginjak dewasa, dengan suara yang semakin dalam terdengar dan terlihat perawakan yang tinggi sekitar 180 Cm dengan tubuh yang kurus tetapi penuh dengan otot-otot yang kuat di sekitar lengan, kaki, dan perutnya     

Terlihat wajahnya yang manis dan ada jejak ketampanan dari anak muda yang baru dewasa dengan sedikit kumis tipis pada bibirnya dan mata yang dalam namun tenang tidak dapat menutupi aura kewibawaan dan ketegasan dalam dirinya     

Ya pemuda itu adalah Adi yang kini menginjak usia 18 tahun dan sudah bisa disebut dewasa dari segi kematangan berpikir dan fisik yang ada sesuai dengan norma umum yang berlaku     

" Mas Adi mah, pelit amat tinggal metik trus lempar aja ribet banget sih, kelengkeng Segede gundu aja mana kenyang mas, ini mah cuma cuci mulut, ayolah mas gembul males nih buat kesitu" gerutu gembul sambil memelas kepada Adi     

" huuuu, kamu ini nanti kalo kamu ketawan makan banyak mas yang di omelim sama mbak mu, dibilangnya mas ga sayang sama Ade iparnya" jawab Adi ramah     

" udah tenang aja mas nanti biar gembul yang hadapin, tinggal bilang si mbok kalo mba Denok macem-macem beres, lagian mba Denok juga ga ada disini mas, makanya cepetan lempar apelnya" pinta gembul dengan semangat untuk membujuk     

" yaudah mas ambilin 2 aja yah, soalya lebih dari itu kebanyakan nanti kamu sakit perut" mengingatkan Adi dengan ramah     

" Yo wes 2 aja dulu tar kalo ga sakit perut minta lagi, heheh" tertawa senang     

" ahhh kamu nih bul bul emang raja makan Desa Lawang Sewu" menggelengkan kepala sambil melempar buah apel ke arah Gembul.     

Saat gembul berhasil menangkap buah apel yang pertama dia tampak sangat gembira dan saat mau menangkap buah apel yang kedua dia kaget karena mendengar suara seorang wanita yang terdengar renyah dan Yaman saat berbicara     

Setidaknya bagi mereka yang mendengar secara wajar tetapi bagi Gembul suara wanita itu tak lain adalah suara alaram baginya untuk bersembunyi atau menghindar dari kejaran wanita ganas yang ada dalam pikirannya     

" waduh suara mba Denok mas, gimana nih, aduh kalo ketawan bisa abis gembul mas di jewer, malah kuping gembul Masih panas gara-gara jeweran mba Denok tadi pagi" berbicara dengan panik kepada Adi     

" udah lah tenang aja , udah kamu jangan berisik diam aja disitu, jangan membuat ribut mas juga bakalan kena omel kalo tau ngasi makan adenya sampe jadi kebo begini hehehe" berbicara sambil meledek gembul.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.