Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Kak, Aku Sangat Kesakitan (1)



Kak, Aku Sangat Kesakitan (1)

0Tang Yu menengadahkan kepalanya. "Qingcheng, aku mengecewakannya."     
0

Dia menoleh ke arah Meng Qingcheng tanpa menjelaskan apa pun. Dia memang tak bisa menjelaskan apa-apa.     

Bahkan jika dia diminta untuk memutar waktu, dia akan tetap memilih untuk melakukan cara ini.     

Meng Qingcheng memejamkan matanya...     

Dua pria yang sama-sama memiliki perawakan tubuh tinggi dan tegap itu saling berkonfrontasi untuk waktu yang lama di atap rumah sakit, kemudian Meng Qingcheng berujar lirih, "Tang Yu, mulai sekarang, aku tidak akan menjadi asisten pribadimu lagi. Aku akan menjaga gadis itu sampai dia meninggalkan dunia ini."     

Tang Yu membeku.     

"Sementara kamu… bukan kakaknya lagi. Apa yang tidak bisa kamu berikan kepadanya, aku akan memberikannya!" Mata Meng Qingcheng terasa panas, dan suaranya juga tercekat, "Tang Xin juga tidak ingin melihat kakak brengsek seperti ini."     

Tang Yu tidak mengatakan apa-apa.     

Dia baru melihat Tang Xin tiga hari kemudian, karena Tang Xin jatuh koma selama tiga hari dan berada di unit perawatan intensif.     

Selain penyakit darah, Tang Xin juga terkontaminasi penyakit lain. Dia berbaring di ranjang rumah sakit dengan lemah, menghirup oksigen di ujung hidungnya, dan tubuhnya penuh dengan berbagai selang. Terlebih lagi, punggung tangannya membengkak karena tertancap jarum infus.     

Tang Yu berjalan perlahan menghampirinya. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh punggung tangan Tang Xin dengan lembut.     

Tang Xin masih sangat muda, tetapi dia telah menahan begitu banyak rasa sakit.     

"Kak." Tang Xin tiba-tiba terbangun, membuka matanya, dan menatap wajah Tang Yu di bawah cahaya kuning nan kabur.     

Tang Yu tersenyum kecil…     

Tang Xin juga tersenyum.     

Tangan kecil Tang Xin menyentuhnya. Suaranya terdengar begitu pelan, samar, dan lemah, "Kakak terlihat paling tampan saat sedang tersenyum."     

Tang Xin tampak pucat kebiru-biruan, dan fitur wajahnya tidak sesegar sebelumnya. Kulit yang melapisi tulang tangannya tampak sangat tipis, kurus sekali…      

Bibirnya bergerak-gerak seperti mengatakan sesuatu yang begitu pelan. Tang Yu tidak dapat mendengarnya.     

Bibir Tang Xin terus bergerak. Tang Yu pun membungkuk dan mendekatkan telinganya ke tepi bibir gadis itu…     

Senyuman tipis muncul di sudut bibir Tang Xin. Itu adalah senyuman mekaran benang sari pertama seorang gadis muda, sangat lembut dan memesona     

Bibir Tang Xin mengeluarkan suara yang sangat lemah, "Kak, nanti setelah aku tiada… bisakah kamu membawakan buku pemberian Lin Jinrong… pergi bersamaku?"     

Mata Tang Yu berkaca-kaca dalam sekejap, sementara Tang Xin menatapnya dengan penuh antusias, berharap dia mau menyetujuinya.     

Tang Yu memejamkan matanya dan mengangguk, dengan rasa sakit hati yang tak tertahankan. "Ya." Dokter Yuan sudah membicarakan tentang penyakit Tang Xin kepadanya… Katanya, tidak ada jalan keluar.     

Tang Yu mengangguk dan menyanggupi permintaan terakhir gadis itu. Senyuman dangkal muncul di wajah mungil Tang Xin lagi…     

Pupil mata Tang Xin lebih mengendur dibandingkan biasanya. Dia menatap Tang Yu untuk waktu yang lama, kemudian berkata dengan lembut, "Qiqi… anaknya!"     

Jari-jari Tang Yu mengencang dan menggenggam erat tangan Tang Xin. Tangan kecil gadis itu berada di pelukannya.     

Tang Xin sangat kedinginan. Dengan begini, dia bisa sedikit menghangatkan diri.     

Dia tidak takut, karena ada kakaknya di sini! Jika kedinginan, kakaknya bisa memeluknya.     

Tusukan tulang Tang Xin yang dingin itu juga membekukan hati Tang Yu…     

Wajah mungil gadis itu kembali menyunggingkan sebuah senyuman, namun dia hampir sudah tidak bisa mengeluarkan suara. Dia hanya bisa menggerakkan bibirnya tanpa suara, "Kakak, bisakah kamu memeluk Tang Xin?"     

Tang Xin menyukai kakaknya, tapi dia tidak berani mendekatinya saat masih kecil dulu. Namun begitu dia sudah besar… waktu yang bisa dia nikmati sangatlah singkat.     

Dia masih ingin dipeluk oleh kakaknya, ingin mendengar kakaknya memanggilnya Tang Xin, dan mendengar kakaknya menceritakan sebuah dongeng.     

Tang Yu perlahan membungkuk dan memeluknya dengan hati-hati.     

Bibir Tang Xin bergerak lagi. Setiap kata sangat sulit terlontar dari mulutnya. "Kakak, cabutlah selang... selang ini… Tang Xin kesakitan… tidak mau…"     

Mata Tang Xin tampak jauh lebih pucat dari sebelumnya. Seri wajahnya juga hampir tidak menunjukkan jejak kehidupan sedikit pun...     

Tubuh Tang Yu membeku saat menyadari apa yang dikatakan Tang Xin…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.