Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

‘Telur’ yang Tertekan (2)



‘Telur’ yang Tertekan (2)

0Tang Xin mengenakan gaun pengiring pengantin, dengan tatapan yang sangat antusias, sementara Lin Jinrong selalu memasang raut wajah acuh tak acuh dari awal sampai akhir.     
0

Sesaat kemudian, tatapan pria itu beralih ke Pei Qiqi.     

Mata Tang Xin terasa panas, mengetahui bahwa Lin Jinrong masih belum bisa melupakan Qiqi… Sedangkan dirinya membayangkan cintanya dibalas oleh seorang pria yang tidak tertarik padanya sama sekali.     

Dia masih muda, dan perasaannya mudah berubah, cepat datang dan juga cepat pergi. Namun, dia tidak tahu bagaimana cara untuk menyembunyikannya.     

Meng Qingcheng juga bisa disebut penakluk cinta yang dapat memahami perasaan lawan jenis dengan mudah. Ada begitu banyak wanita yang jatuh di tangannya. Oleh karena itu, dari tatapan Tang Xin, dia tahu bahwa gadis itu tergerak oleh Lin Jinrong.     

Hati Meng Qingcheng seketika terasa sakit.     

Dia telah menjaga Tang Xin selama beberapa tahun lamanya, melihatnya tumbuh sejak kecil sampai beranjak dewasa. Meski begitu, dia tidak pernah sekalipun berani mengungkapkan perasaan sukanya pada gadis itu.     

Namun, Tang Xin malah menyukai Jin Rong.     

Seorang bocah cilik yang tidak ada apa-apanya… Bagaimana bisa Tang Xin langsung menyukainya setelah melihatnya beberapa kali saja?     

Oleh karena itu, ketika seseorang menyoraki pengiring pengantin pria dan wanita untuk berciuman, Tang Xin tertawa terbahak-bahak dan mengatakan kalau Meng Qingcheng adalah pamannya.     

Alhasil, Meng Qingcheng, yang dalam keadaan sedikit mabuk, melingkarkan lengannya di pinggang Tang Xin, dan menciumnya di bawah tatapan terkejut gadis kecil itu…     

Tang Xin pun tercengang.     

Bahkan semua orang juga terkejut.     

Total tamu yang hadir hanya berkisar 10 orang, dan itu pun adalah kerabat dekat Keluarga Lin dan Keluarga Tang. Mereka semua tahu bahwa Meng Qingcheng adalah teman Tang Yu, sementara Tang Xin bisa dianggap sebagai adik kecilnya juga.     

Terlebih lagi, Meng Qingcheng 12 tahun lebih tua daripada Tang Xin. Selain itu, Tang Xin juga belum dewasa. Apakah pantas mereka berciuman seperti ini?     

Tang Xin tertegun. Bibir mungilnya yang merah alami nan indah baru saja dicium dengan begitu keras hingga mati rasa. Rasanya tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata. Bukannya dia tidak menyukainya, tapi... sejujurnya, dia tidak merasakan sesuatu yang lebih.     

Matanya terbelalak lebar. Dia menatap Meng Qingcheng, dan mulut kecilnya terbuka. Suaranya terdengar begitu nyaring, "Kak Qingcheng."     

Barusan, Meng Qingcheng memang sangat bernyali. Seusai mencium Tang Xin, dia langsung sepenuhnya tersadar dari mabuknya.     

Dia menelan ludahnya dengan susah payah, lalu melihat sekeliling, ke arah para saudara-saudara laki-laki dengan tatapan ingin memastikan, apakah dirinya benar-benar telah mencium Tang Xin?     

Mereka semua seolah menjawab begini, 'Kau menciumnya, benar-benar telah menciumnya! Kau mencium adik kecil tersayang, Tang Xin, gadis kecil yang usianya terpaut jauh sekali denganmu.'     

Meng Qingcheng tertegun, dan belum bisa berpikir jernih untuk waktu yang lama.     

Beberapa saat kemudian, dia baru bertanya pada Tang Xin dengan canggung. "Xin Xin, Kakak mabuk. Kakak tidak menakutimu, kan? Jangan menganggapnya serius! Kakak benar-benar terkena pengaruh alkohol."     

Setelah berkata demikian, dia mendapatkan tatapan penghinaan yang tak terhitung jumlahnya…     

Dasar pengecut!     

Cium ya cium, katakan suka kalau memang menyukainya. Mengapa masih berpura-pura sebagai orang yang tidak bersalah di sini?     

Tapi, barusan ada begitu banyak tatapan mata tajam seperti anjing. Saat Meng Qingcheng mencium Tang Xin tadi, dia tampak sangat menikmatinya.     

Dia jelas-jelas tertarik pada Tang Xin, tetapi pada saat ini, dia justru bertindak pengecut dan tak berani mengakuinya.     

Meng Qingcheng benar-benar pengecut.     

Dia tidak berani mengakuinya!     

Dia khawatir kalau dirinya mengakui perasaannya, Tang Xin akan ketakutan….     

Oleh karena itu, saat ini dia bertanya dengan perasaan was-was dan memandang Tang Xin dengan hati-hati.     

Tang Xin mengerutkan kening. "Kak Qingcheng, sudahkah kamu menyikat gigi hari ini?"     

Meng Qingcheng mengusap-usap hidungnya sendiri. Sebenarnya dia sangat ingin bertanya pada Tang Xin, apakah gadis itu tidak merasakan sesuatu barusan?     

Tang Yu dan Pei Qiqi berdiri di lantai atas…     

"Tang Yu, kutebak Qingcheng dapat menyadari isi pikiran Tang Xin, sampai-sampai dia kehilangan kendali seperti barusan," ujar Pei Qiqi dengan cemas.     

Tatapan Tang Yu masih tertuju pada Meng Qingcheng dan Tang Xin yang berada di sana. Sesaat kemudian, dia baru berkata dengan ringan, "Ini hanya masalah kecil. Qingcheng… dia memiliki batasan yang tepat."     

Pei Qiqi masih merasa ragu-ragu. "Di dalam hatimu, kamu berharap Tang Xing bersanding dengan siapa?"     

Tang Yu menarik kembali pandangannya dan diam-diam beralih menatap wajah mungil Pei Qiqi. Jari-jarinya mengusap poni di depan dahi Pei Qiqi dengan lembut, lalu berkata, "Dia adalah adik perempuanku. Aku harap dia tidak perlu berusaha terlalu keras. Jadi, dia lebih baik mencari seseorang yang mencintainya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.