Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Tidak Cemburu? Tidak Marah? (4)



Tidak Cemburu? Tidak Marah? (4)

0Untungnya, Tang Xin masih berusaha mengambil hatinya. Dia terus bertanya, "Apakah Bibi sakit?"     
0

Hal itu justru semakin membuat Lin Yun sangat... tidak nyaman!     

Meskipun Zhao Yi seumuran dengan Lin Yun, tetapi karena dia baru pertama kali melakukan hubungan intim dalam 20 tahun terakhir, tentu saja dia begitu rakus untuk mendapatkan kepuasan. Malam itu, dia mengabaikan perlawanan Lin Yun dan langsung menyeretnya pergi.     

Tuan Lin duduk di meja makan, melihat sekeliling, dan tidak mengatakan apa-apa.     

Diam-diam dia menghela napas. Semuanya sudah mendapatkan belahan jiwa masing-masing. Hanya tersisa dirinya sendiri yang kesepian karena menduda.      

Untungnya, Tang Xin juga bisa menghilangkan kebosanannya. Jika Tang Yu tidak bersikeras untuk membawa Tang Xin pergi, Tuan Lin sangat berharap gadis kecil itu dapat tinggal untuk menemani pria tua sepertinya ini.     

Ketika Tang Xin hendak pergi, dia pergi mencari Lin Jinrong terlebih dulu.     

Pria itu sedang duduk di ruang belajar sambil membaca buku. Pria tampan yang menikmati ketenangan.     

Tang Xin berjalan mendekat, lalu menyentuh Lin Jinrong dengan jari-jari kecilnya yang ramping. "Hei."     

Lin Jinrong mengangkat pandangannya dan menatap Tang Xin dengan tenang. "Bukankah kamu sudah bilang akan pergi?"     

Mungkin karena Lin Jinrong terlalu terus terang tanpa basa-basi, hati kecil Tang Xin seketika terluka. Dia mengerucutkan bibir mungilnya. "Mobilnya sudah menunggu di depan pintu."     

Dia datang untuk mengucapkan salam perpisahan pada Lin Jinrong.     

"Oh," sahut Lin Jinrong, kemudian menunduk lagi dan melanjutkan membaca buku di tangannya. Sikap yang sungguh dingin.     

Tang Xin menekan bibirnya menjadi garis lurus, lalu berkata perlahan, "Aku melihatmu memberikan hadiah pada Qiqi. Bisakah kamu membuatkannya juga untukku?"     

Tangan Lin Jinrong seketika berhenti membolak-balik halaman buku itu. Pandangannya juga tertuju pada suatu tempat untuk waktu yang lama, kemudian barulah dia berkata, "Aku akan memberimu hadiah ketika kamu menikah nanti."     

Menikah?     

Tang Xin mungkin belum tentu bisa menunggu sampai waktu itu tiba!     

Selain itu, dengan berkata seperti itu, apa Lin Jinrong menolak permintaannya?      

Perasaan suka seorang gadis berusia 17 tahun ini pada seorang anak laki-laki sebenarnya sudah sangat jelas.     

Tetapi, Lin Jinrong menolaknya.     

Tang Xin menggantungkan kepalanya dengan sedih. Dia menghela napas, lalu berjalan keluar secara perlahan.     

Lin Jinrong menghentikannya. "Tunggu sebentar."     

Tang Xin tiba-tiba berbalik dan menatapnya dengan mata yang cerah.     

Lin Jinrong perlahan mendorong kursi roda mendekati Tang Xin, menyerahkan buku di tangannya, dan berkata dengan ringan, "Ini adalah buku yang kusukai akhir-akhir ini. Kuberikan untukmu sebagai... kenang-kenangan."     

Tang Xin melihatnya dengan tatapan polos, tanpa mengatakan apa pun untuk waktu yang lama.     

Lin Jinrong meletakkan buku itu di telapak tangan Tang Xin yang putih bersih, dan tersenyum. "Perasaan suka sepanjang hidup. Kamu masih kecil, makanya tidak mengerti."     

Tang Xin melihat buku itu. Itu adalah buku cetakan asli. Sepertinya, Lin Jinrong mestinya sudah membacanya sejak lama.     

Beberapa saat kemudian, Tang Xin hanya bergumam ringan untuk menanggapinya, dan tidak mengatakan apa-apa lagi.     

Lin Jinrong… masih menyukai Qiqi!     

Tang Xin menarik napas berat. Dia tiba-tiba merasa bahwa Lin Jinrong sangat menyedihkan!     

Jelas-jelas suka, tapi masih bersedia melihat kebersamaan antara Qiqi dan kakaknya. Saat Tang Xin ingin bertanya sesuatu, Lin Jinrong sudah menyelanya lebih dulu, "Tidak perlu bersimpati padaku."     

Tang Xin terdiam, merasa dirinya sangat naif.     

Dia memperhatikan wajah Lin Jinrong. Pada saat ini, pria itu sudah kembali ke mode dinginnya dan tidak memedulikan Tang Xin lagi. Lin Jinrong mendorong kursi rodanya kembali ke tempat semula.     

Cahaya redup menguraikan garis-garis setiap fitur wajah Lin Jinrong dengan jelas, yang memiliki semacam keindahan dalam kesedihan.     

Tang Xin melihatnya dengan sedikit tertegun. Dia menatap kosong pada keindahan itu. Beberapa saat kemudian, dia baru kembali ke akal sehatnya dan pergi.     

Setelah Tang Xin pergi, Lin Jinrong mengangkat pandangannya…     

Dia menatap ke arah pintu selama beberapa saat, lalu tersenyum dan kembali menundukkan kepala untuk membaca.     

Tang Xin masuk ke dalam mobil dan langsung duduk di sebelah Pei Qiqi, dengan kepala tertunduk sedih.     

Tang Yu menoleh ke arah Tang Xin, kemudian pandangannya beralih ke arah buku di tangan gadis itu…     

Dia menyalakan mobil sambil bertanya dengan santai, "Kamu baru menemui Jin Rong?"     

Tang Xin mengangkat pandangannya dan bertanya dengan polosnya, "Kak, bagaimana kamu tahu?"     

Tang Yu memutar setir dengan mudah dan tersenyum. "Inilah yang dimaksud dengan kesenjangan IQ."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.