Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Tidak Sengaja Mencium (3)



Tidak Sengaja Mencium (3)

0Penampilan Lin Jinrong ini sesuai untuk menjadi sosok laki-laki cinta pertama. Bahkan, gadis kecil berusia 17 tahun bernama Tang Xin ini berhasil dibuatnya berdebar-debar tak karuan.     
0

Tampan sekali! Tampan sekali! Tampan sekali!      

Tapi, jika dia bisa berdiri, mengapa dia duduk di kursi roda?     

Berkat tubuhnya yang sangat tinggi, Lin Jinrong bisa mengambilkan buku yang diinginkan Tang Xin dengan mudah.     

Tang Xin memperhatikannya dan hendak berterima kasih. Namun saat dia mengangkat pandangannya, dia melihat ekspresi Lin Jinrong yang menahan sakit.     

Lin Jinrong duduk duduk di kursi roda lagi dengan napas terengah-engah…     

Tang Xin pun ketakutan dan segera berjongkok. Tangan kecilnya meraba-raba dada Lin Jinrong dengan asal, lalu dia bertanya dengan cemas, "Lin Jinrong, ada apa denganmu?"      

Dia tidak mungkin… jatuh koma lagi, kan?     

Lin Jinrong meraih tangan kecilnya, untuk mencegahnya bergerak sembarangan.     

Napasnya masih terengah-engah selama beberapa saat, kemudian dia menatap Tang Xin…     

Apa Tang Xin tidak tahu kalau tindakannya barusan bisa menyiratkan maksud lain pada seorang pria? Yaitu, menyiratkan maksud menggoda!     

Lin Jinrong menatap Tang Xin dalam-dalam. Dipandang oleh Lin Jinrong seperti ini, jantung Tang Xin pun berdegup semakin kencang. Dia tidak bisa melawan situasi yang memalukan ini… wajahnya memerah, dan jantungnya berdetak kencang tanpa bisa dikendalikan.     

Lin Jinrong menatapnya sebentar, lalu menjauhkan tangan kecil Tang Xin. Kini suara terdengar agak kaku, "Jangan lakukan ini lagi."     

Tang Xin tertegun. Dia melihat Lin Jinrong mendorong kursi roda untuk keluar.     

Dia meraih kursi roda Lin Jinrong dari belakang dan bertanya, "Memangnya apa yang aku lakukan barusan?"     

Tuan Muda Lin mendorong kursi rodanya lagi, tetapi si kecil itu menariknya dengan kuat dari belakang, sehingga Lin Jinrong tidak bisa bergerak.     

Rasa malu berubah menjadi amarah. Bagaimanapun juga, ini adalah suatu penghinaan yang memalukan bagi seorang pria.     

Seorang gadis kurus mampu membuatnya tidak bisa berkutik?     

"Lepaskan." Suara Lin Jinrong terdengar begitu dingin.     

Tang Xin adalah seorang gadis kecil yang bersikukuh mencari kebenaran dan memiliki pemikiran yang polos. Dia bertanya lagi dengan keras kepala, "Apa yang kulakukan barusan? Aku hanya khawatir terjadi apa-apa padamu, jadi aku meraba-rabamu seperti itu! Lin Jinrong, bisakah kamu menjaga isi otakmu dari pikiran yang kotor? Itu adalah sesuatu yang tak berguna."     

Gadis itu mengatakannya dengan serius     

Lin Jinrong memutar kursi rodanya dan menatap Tang Xin dalam-dalam. "Menurutmu apa yang aku pikirkan barusan? Apakah aku menahanmu untuk menciummu, atau merobek pakaianmu?"     

Tang Xin seketika ketakutan. Bibir mungilnya gemetaran, dan matanya terbelalak lebar. Beberapa saat kemudian, dia berteriak, "Dasar kau tak tahu malu."     

Lin Jinrong menarik Tang Xin ke arahnya. Gadis itu langsung duduk di atas pangkuannya.     

Kakinya sebenarnya sangat sakit sekarang, tetapi dia bersikeras untuk memberi pelajaran pada gadis kecil yang angkuh dan tidak tahu apa-apa ini.     

Jari-jarinya mencubit pipi Tang Xin dengan lembut. "Katakan padaku, apakah kamu memikirkan ini?"     

Tang Xin menggelengkan kepalanya dengan putus asa seperti kelinci putih kecil. Dia jelas sangat ketakutan.     

Lin Jinrong memandangi wajah mungil itu, dan seketika tenggelam dalam pikirannya sendiri lagi.     

Dia tidak tahu mengapa dirinya begitu serius menghadapi Tang Xin. Mungkin karena gadis ini sangat mirip dengan Qiqi.     

Sedangkan sekarang, dia ingin melepaskan Tang Xin, karena… bagaimanapun juga, anak ini bukanlah Pei Qiqi.     

Ketika dilepaskan, entah kenapa Tang Xin justru merasa kehilangan…     

Dia barusan dapat melihat rasa sakit di mata Lin Jinrong.     

Ketika pria itu menatap dirinya, dia merasa seolah sedang melihat Qiqi.     

Tang Xin terjatuh di lantai, menatap Lin Jinrong, dan bertanya, "Ternyata kamu masih menyukai Qiqi sampai sekarang, ya?"     

Lin Jinrong mendorong kursi rodanya keluar dan berkata dengan acuh tak acuh lagi, "Kamu terlalu banyak berpikir."      

Tang Xin memandang punggung Lin Jinrong. Dia merasa kesepian, dan hatinya juga begitu sakit.     

Rasanya seolah enggan berpisah…     

Setelah terdiam untuk sementara waktu, dia bergumam lirih, "Sebenarnya, bukan hanya Qiqi yang cocok untukmu..."     

Lin Jinrong berhenti di ambang pintu.     

Tang Xin menelan ludah dengan susah payah lagi. "Ternyata begitu. Apa yang tidak bisa didapatkan akan selalu menjadi sesuatu yang mengganggu pikiran... Ini adalah lirik sebuah lagu. Karena sudah ditakdirkan untuk kehilangan, mengapa tidak melepaskannya saja? Mengapa malah menyiksa diri sendiri?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.