Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Tidak Sengaja Mencium (2)



Tidak Sengaja Mencium (2)

0Kakek Lin melihat ke arah sini, lalu beralih melihat ke arah sana. Semuanya berekspresi seperti itu.     
0

Selama makan pun, tidak ada yang berkata apa-apa…     

Hanya Kakek Lin yang tertawa bahagia dari waktu ke waktu. Itu bukan masalah besar sama sekali.     

Setelah makan, Tang Yu membawa Pei Qiqi kembali di jam makan siang, sementara Tang Xin pergi ke perpustakaan Kakek Lin untuk mencari buku yang bisa dia baca. Kakek Lin memiliki banyak koleksi buku yang sudah tidak dicetak lagi. Dia juga mengizinkan Tang Xin memilih dua buku untuk dibawa pulang.     

Perpustakaan besar itu berukuran beberapa ratus meter persegi. Tang Xin menghabiskan waktu lama di dalam sana, tetapi dia tidak mengambil apa pun.     

Dia tidak pernah bersekolah di sekolah umum, tetapi Zhao Ke selalu menyewa guru privat yang paling hebat untuknya. Tang Xin memiliki lebih banyak pengetahuan daripada anak-anak sebayanya.     

Dia berjalan perlahan mengitari deretan besar rak buku, dan akhirnya melihat buku bergambar yang sudah tidak dicetak di salah satu rak buku paling atas. Itu adalah buku yang sudah lama dia minati, salah satu koleksi dari master besar di Italia.     

Tapi, karena tubuhnya terlalu kecil dan pendek, Tang Xin tidak bisa menjangkaunya.     

Setelah berusaha melompat-lompat untuk waktu yang lama, dia tetap tidak bisa mengambilnya. Dia akhirnya berlari dan mengambil rak bunga, lalu menurunkan semua bunganya. Setelahnya, dia meletakkan rak tersebut di sana dan memanjat untuk mengambil buku itu sendiri     

Rak bunga itu terlalu sempit, sehingga dia berdiri dengan tidak stabil di atas sana, dan tubuhnya bergoyang-goyang.     

Sebenarnya dia takut, tapi di sisi lain, dia enggan melepaskan buku itu. Dia masih berpegangan pada rak buku untuk meraihnya…     

Sebelum dia bisa menjangkaunya, tubuhnya langsung miring dan merosot jatuh.     

Rasa sakit yang dibayangkannya tidak terjadi. Sebaliknya, dia malah jatuh ke sebuah pelukan yang hangat.     

Terasa kurus, namun pelukannya cukup kuat.     

Ujung hidungnya terasa sakit, entah telah terbentur apa.     

Tang Xin hampir mau menangis. Dia mengangkat pandangannya dan melihat wajah tampan di hadapannya.     

Lin Jinrong.     

Pada saat ini, Tang Xin berbaring di pangkuannya, sementara Lin Jinrong duduk di kursi roda.     

Ya Tuhan, apa dia barusan jatuh menimpa Lin Jinrong?     

Selain itu, Lin Jinrong pasti mengira kalau Tang Xin sengaja melemparkan diri ke pelukannya, bukan?     

Tang Xin pun menjelaskan sambil tergagap-gagap, "Aku tidak sengaja."     

"Hm," gumam Lin Jinrong dengan ekspresi tertegun. Dia menatap dalam-dalam gadis kecil di dalam pelukannya, kemudian berkata dengan suara rendah, "Aku tahu."     

Dia memperhatikan Tang Xin. "Tidak mau turun?"     

Saat Tang Xin jatuh barusan, sebenarnya Lin Jinrong bisa saja tidak menangkapnya. Lagi pula, ada selimut tebal di lantai, jadi Tang Xin tidak akan kesakitan karena jatuh. Tapi, dia tetap saja menangkapnya sebagai perbuatan yang baik.     

Tatapan mata Lin Jinrong masih tertegun, karena wajah Tang Xin dan Pei Qiqi memiliki kemiripan hampir 60%, seolah kedua wajah mereka saling tumpang tindih.      

Namun, penampilan Tang Xin lebih ke manis, sedangkan kecantikan Pei Qiqi lebih ke menyegarkan dan penuh kelembutan.     

Tang Xin meratap melihat Lin Jinrong seperti ini. Dia segera bangkit, dengan wajah yang memerah menahan malu dan jantung berdegup kencang.     

Dia bergumam di dalam hati. Entah yang mana bagian tubuh Lin Jinrong yang membentur hidungnya barusan... Tidak, sepertinya bibirnya juga menyentuh sesuatu yang lembut!     

Mata Tang Xin melebar. Tidak mungkin, tidak mungkin… dia mencium Lin Jinrong, kan?     

Lin Jinrong juga tidak mengungkapkan ketidakpuasannya mendapati tatapan polos seorang gadis kecil seperti ini. Dia hanya bertanya dengan tenang, "Apa kamu ingin mengambil buku di atas?"     

"Ya," ujar Tang Xin.     

Dia menunjuk ke buku bergambar yang sudah lama dia inginkan. "Buku itu."     

Lin Jinrong melihat kaki pendek Tang Xin dan tersenyum ringan. Kemudian, dia tiba-tiba berdiri.     

Dia berdiri tegap di bawah tatapan terkejut Tang Xin.     

Ketika Lin Jinrong berada di kursi roda, dia benar-benar tidak merasakan terlalu banyak tekanan. Namun begitu dia berdiri seperti ini, tubuhnya semakin tampak ramping dan tinggi sekali. Hampir satu setengah kepala lebih tinggi dari Tang Xin, atau bisa dibilang mungkin sekitar 1,8 meter.     

Tang Xin berdiri di depannya seperti sebuah boneka kecil.     

Selain itu, Lin Jinrong mengenakan celana kasual abu-abu yang dipadukan dengan atasan kemeja putih, begitu sederhana dan terlihat bersih.      

Penampilan Lin Jinrong ini sesuai untuk menjadi sosok laki-laki cinta pertama. Bahkan, gadis kecil berusia 17 tahun bernama Tang Xin ini berhasil dibuatnya berdebar-debar tak karuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.