Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Pilihan Pei Qiqi (2)



Pilihan Pei Qiqi (2)

0Pei Qiqi mendongak untuk menatapnya dengan ekspresi yang tampak menyedihkan. Tang Yu menarik napas dalam-dalam. Dia mendekatkan bibirnya ke sisi telinga Pei Qiqi dan berbisik, "Kelihatannya aku tidak akan memukul pantatmu nanti malam!"     
0

"Bagaimana ini, Tang Yu? Kamu sangat galak. Rasanya aku ingin berubah pikiran sekarang." Suara Pei Qiqi terdengar seperti anak kucing, yang justru membuat Tang Yu marah besar dan ingin memakannya hidup-hidup.     

Dasar bajingan kecil ini!     

Tapi, tidak peduli seberapa kacau acara ini, prosesi pernikahan mereka tetap berjalan.     

Dengan tiga orang!!!     

Lin Jinrong duduk di samping mereka, untuk menyaksikan acara pernikahan yang sedang berlangsung...     

Ketika saatnya melemparkan buket bunga, Pei Qiqi tidak membuangnya. Dia langsung berjongkok dan memberikan bunga itu kepada Lin Jinrong.     

"Dengan begini, jangan kira aku akan memaafkanmu." Lin Jinrong menerimanya dengan enggan dan berkata dengan arogan.     

Pei Qiqi tertawa sampai mengeluarkan air mata di ujung matanya. "Jin Rong, terima kasih."     

Tetapi pada akhirnya, mereka tetaplah melewatkan kesempatan untuk bisa bersama…     

Masa lalu itu hanya bisa dianggap sebagai kenangan yang indah untuk diingat.     

Pei Qiqi, jangan anggap aku akan memanggilmu sepupu. Tidak akan!     

Sejak drama ini dimulai, Kakek Lin tampak sangat antusias, tapi begitu semuanya berakhir dengan baik, Kakek Lin merasa kecewa. Dia paling suka menonton drama dengan akhir cerita yang tidak terduga.     

Dia memelototi Tang Yu dengan sorot mata yang galak. Sejak kecil, anak ini memiliki kepribadian tenang dan tidak tergesa-gesa, karena dia selalu yakin dengan hasil akhir…     

Benar-benar tidak ada ketegangan sama sekali!     

Namun, semua orang, termasuk Pei Qiqi, tidak mengetahuinya.     

Di balik ketenangannya, sebenarnya Tang Yu merasa sedikit waswas. Dia percaya bahwa Pei Qiqi mencintai dirinya, tapi dia lebih takut kalau wanita hamil itu menjadi emosional dan lupa bahwa dia adalah ibu muda dari anak Tang Yu.     

Sampai akhirnya Pei Qiqi mengucapkan permintaan maafnya pada Jin Rong, hatinya baru bisa merasa tenang.      

Sama seperti Pei Qiqi, Tang Yu juga hanya bisa meminta maaf, karena tidak ada jalan untuk mundur untuk cinta.     

Ciuman Jin Rong adalah batas kesabarannya. Jika Qiqi mengandung anak perempuan, maka Jin Rong telah mencium dua wanita penting dalam hidupnya sekaligus.     

Setelah pesta pernikahan usai, Pei Qiqi dan Tang Yu pergi ke hotel dengan mengendarai mobil RV hitam serta diiringi ratusan Maybach yang berderet-deret dan menyilaukan mata orang-orang yang melihatnya.      

Lin Jinrong sedang duduk di kursi roda. Pandangannya tertuju lurus ke depan, dengan sorot mata yang dalam.     

Ada begitu banyak orang di sekelilingnya. Terlebih lagi, Kakek Lin baru ingat kalau cucu kesayangannya sudah siuman.     

"Dasar bocah ini, setelah tidur begitu lama, hanya domba kecil itu yang bisa memprovokasimu untuk bangun, bukan?" Dalam kesedihan dan kegembiraan yang memuncak, Kakek Lin bercucuran air mata. Kemudian, dia menggerutu kesal pada ibu Lin Jinrong, "Dan kamu, anak ini sudah bangun sejak beberapa hari yang lalu, tetapi kamu tidak memberitahuku. Kau sengaja menunggu hari ini, bukan?"     

Ibu Lin Jinrong tidak sanggup untuk mengatakannya. Bukankah ini yang diinginkan Jin Rong?     

Jin Rong baru bangun. Tindakannya ini tidak tergantung pada keinginan putranya, kan?     

Lin Jinrong hanya tersenyum dan melihat ke depan, namun tiba-tiba, pandangannya terhenti.     

Karena di antara kerumunan, dia melihat Pei Huan berada jauh di sana.     

Pei Huan berdiri jauh dari mereka. Penampilannya juga jauh berbeda dari apa yang dia ingat.     

Meskipun wanita itu masih berdandan sederhana dan tampak menyegarkan, namun hal itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi kuyunya.     

Dia ingat suara Pei Huan. Dia ingat wanita itu mengatakan bahwa Pei Qiqi akan menikah.     

Yang membangunkannya adalah suara Pei Huan...     

Pei Huan memandang Lin Jinrong dengan ekspresi kaget dan tidak percaya.     

Lebih dari itu, yang memenuhi hatinya adalah penyesalan.     

Lin Jinrong benar-benar bangun. Pei Huan kira pria itu tidak akan bangun seumur hidupnya.     

Lantas, bagaimana dengan anak yang telah digugurkannya, dan pernikahan yang dia lewatkan...     

Tubuh Pei Huan terhuyung-huyung. Dia hampir tidak bisa berdiri tegak.     

Bibirnya bergerak dan bergerak, tetapi pada akhirnya dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.     

Lin Jinrong memberi isyarat kepada ibunya untuk mendorong kursi rodanya. Ibu Lin sebenarnya enggan untuk melakukannya, tetapi dia tetap membawanya menghampiri Pei Huan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.