Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Lin Jinrong Sudah Siuman (3)



Lin Jinrong Sudah Siuman (3)

0Kulit kepala Pei Huan terasa sangat sakit hingga dia tidak bisa menahan air matanya. Tapi, bagaimana mungkin seorang ibu yang marah bisa bersikap lembut padanya.     
0

Dia terlempar ke lantai dengan keras. Suara ibu Lin Jinrong terdengar sangat dingin, "Kamu tidak diterima di sini. Jangan pernah datang lagi. Jika tidak, aku akan memanggil polisi."     

Pei Huan tergeletak di lantai. Dia belum pernah dipermalukan separah ini seumur hidupnya.     

Dia pernah memanggil wanita berumur di depannya ini dengan panggilan 'Ibu', tapi dari awal hingga akhir, wanita tua ini tidak pernah menyukainya.     

Sekarang, wanita ini bahkan semakin tidak menyukainya!     

Bagaimana mungkin wanita dengan status sosial berkelas seperti mereka mau menunjukkan rasa hormat kepada dirinya, yang hanya dilahirkan dari keluarga biasa dan berstatus rendah?      

Pei Huan tersungkur di lantai sambil terbatuk-batuk untuk waktu yang lama, kemudian dia baru perlahan bangkit dengan rasa malu yang tak terlukiskan.     

Ibu Lin Jinrong memandangi penampilannya yang seperti ini. Suaranya bahkan lebih dingin, "Sebagai seorang wanita, Pei Huan, apa kau merasa masih terlihat seperti seorang wanita?"     

Pei Huan berdiri dengan terhuyung-huyung. Dia menundukkan kepalanya. Beberapa saat kemudian, dia tiba-tiba tertawa, tertawa pahit.     

Dia sendiri merasa kalau dirinya seperti manusia tapi juga bukan manusia, seperti hantu tapi juga bukan hantu.     

Dia mengambil napas dalam-dalam, berkata dengan suara rendah, "Maaf, aku akan pergi. Aku juga tidak akan datang kemari lagi."     

Di mata mereka, dia adalah orang yang kotor dan hina!     

Pei Huan membuka pintu mobilnya dan masuk. Mobil itu melaju pergi dengan kecepatan yang tidak biasa.     

Ibu Lin Jinrong berdiri di sana untuk waktu yang lama, hingga akhirnya dia berjalan perlahan kembali ke ruang inap putranya.     

Dia memesan air hangat kepada perawat dan menggunakannya untuk menyeka Jin Rong dengan hati-hati…     

"Jin Rong, kamu juga tidak suka melihatnya, kan?" Suara ibu Lin Jinrong terdengar lirih, "Dia tidak akan datang ke sini lagi."     

Saat dia mengatakan ini, air matanya tidak bisa berhenti jatuh.     

Seharusnya akan jauh lebih baik jika putranya bisa bangun! Dia bersedia memberikan segalanya sebagai imbalan untuknya.     

Tapi, dia juga tahu bahwa Jin Rong bersedia dalam keadaan seperti ini.     

Ibu Lin Jinrong datang setiap hari dan duduk seperti ini untuk waktu yang lama, hanya untuk berbicara dengan Jin Rong.     

Dia sering-sering mengulang kembali cerita tentang masa lalu putranya... Meskipun Jin Rong tidak bisa mendengarnya, dia tidak pernah menyinggung tentang pernikahan Pei Qiqi dan Tang Yu. Dia adalah seorang ibu. Walaupun beberapa pemikirannya cukup tidak masuk akal, dia tak mau menganggap bahwa putranya tidak bisa bangun lagi.      

Dia selalu mengatakan bahwa Pei Qiqi sedang menunggunya, menunggunya untuk bangun!     

Tapi, Jin Rong tetap tidak kunjung bagun.     

Ibu Lin Jinrong tinggal di sini sepanjang pagi. Ketika hendak pergi, dia merasa begitu berat untuk meninggalkan putranya.     

Dia ingin mengingat penampilan Lin Jinrong, karena hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, Jin Rong sudah tidak sama lagi dengan sebelumnya... Jin Rong, Ibu sudah tua. Tapi, tidak tahu apakah akan ada hari saat kamu akan pergi dari hadapan Ibu.     

Akhirnya, dia memandang Lin Jinrong dalam-dalam, kemudian berpesan tentang beberapa hal kepada perawat, setelahnya baru bersiap untuk pergi.     

Tetapi saat Ibu Lin baru berjalan dua langkah, suara kecil terdengar dari belakang…     

Suara itu begitu serak, seperti bukan suara manusia, "Bu…"     

Tubuh ibu Lin Jinrong seketika membeku, dan darah di sekujur tubuhnya seolah berhenti mengalir.     

Dia pelan-pelan memutar kepalanya. Dalam waktu singkat hitungan detik, air mata sudah membasahi seluruh wajahnya.     

"Jin Rong…" Suaranya gemetar, seakan terlalu sulit untuk mempercayainya.     

Air mata bercucuran begitu deras sampai menghalangi pandangan di depannya. Dia mengulurkan tangan untuk menghapus air matanya. Dia menangis dan tertawa.     

"Jin Rong, Jin Rong, kamu membuat Ibu takut setengah mati." Ibu Lin mendongak sembari menyeka air matanya dengan jari-jari. Dia sebenarnya tidak ingin kehilangan kendali seperti ini, tetapi dia tidak bisa menghentikan air matanya.     

Tubuh Lin Jinrong sangat lemah. Dia bahkan tidak bisa membuka matanya untuk melihat ibunya.     

Hanya saja, sudut bibirnya perlahan menarik sedikit menunjukan senyuman...     

Bu, aku bangun.     

Aku kembali…     

Suara serak itu memanggil Ibu Lin lagi. Kali ini, dia benar-benar yakin bahwa putranya sudah siuman.     

Ibu Lin memejamkan matanya, dan perlahan berjongkok. Dia memeluk putranya dengan lembut.     

"Jin Rong, Ibu mengira akan kehilanganmu." Ibu Lin tidak bisa berhenti menangis. Air mata yang hangat mengalir mengenai leher Lin Jinrong, dan menghangatkan hati Lin Jinrong yang kesepian terlalu lama.     

Dia berbaring dengan mata tertutup, tapi senyuman muncul di bibirnya.     

Dia telah kembali…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.