Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Kakak, Kumohon Padamu! (5)



Kakak, Kumohon Padamu! (5)

0"Tidak!" Tang Yu melirik gadis kecilnya lagi. "Untuk apa aku marah hanya karena dia?"     
0

Pei Qiqi melingkari lengan Tang Yu dan menempel padanya. Dia mendongak dan terus berusaha menyenangkan pria yang sedang merajuk ini. "Aku lebih suka mawar putih dari Tuan Tang."     

Karena Tang Yu memetik bunga mawar itu sendiri di pagi hari untuk dirinya. Mungkin, juga Tang Yu sendiri yang menanam mawar tersebut. Apa pun untuk seorang Pei Qiqi sudah pasti beda dari yang lain.     

Mungkin karena Pei Qiqi setidaknya mencoba menyenangkannya untuk memenangkan hatinya, Tang Yu akhirnya mau menciumnya.     

Tapi, Tuan Tang benar-benar tidak bisa menutupi rasa tidak suka di raut wajahnya…     

Namun, Pei Qiqi masih sangat senang dan berusaha menyenangkan hati Tang Yu, seperti anak anjing.     

"Tang Yu, Tang Yu, Tang Yu…"     

Sorot mata pria itu masih memperlihatkan kekesalan yang dalam.     

"Kakak…" Pei Qiqi menatap Tang Yu dengan mata kecilnya yang berkaca-kaca. "Aku akan segera membuangnya."     

Tang Yu memandang anak anjing itu dengan kesal. "Simpan saja kalau suka. Tapi, liontin gioknya terserah mau dibuang atau diapakan."     

Pei Qiqi hanya menginginkan apa pun yang diberikan Tang Yu.     

Anak anjing itu mengangguk dengan patuh. Dia akan membuangnya jauh-jauh... kemudian, bergegas memanggil Tang Yu 'Kakak' lagi.     

Tang Yu menyapu rambut panjang di wajah mungil Pei Qiqi ke samping dan menciumnya dengan intim sebentar. Suara ciuman itu cukup panas. Kali ini, dia baru berujar lirih, "Bagaimana kamu bisa bertingkah seperti anak kecil seperti ini?"     

Pei Qiqi memeluk pinggang Tang Yu, seperti gadis kecil yang gila…     

Sesaat kemudian, wajah mungilnya terkubur di dalam pelukan Tang Yu, tanpa bergerak.     

Jari-jari Tang Yu membelai rambut panjangnya dengan lembut. Dia perlahan meluruskannya untuk Pei Qiqi. Suaranya juga luar biasa lembut tak terkira, "Ada apa dengan Qiqi-ku ini?"     

Suara Pei Qiqi berubah serak. Dia mengangkat pandangannya untuk menatap Tang Yu. "Tang Yu, aku masih belum merasakan semua kenyataan ini."     

Suaranya begitu lembut. Setiap kata yang terlontar dari mulutnya seolah menancap ke dalam hati Tang Yu.     

"Apakah aku sungguh-sungguh punya keluarga lagi?" Pei Qiqi memandang Tang Yu.     

Tang Yu tersenyum hangat. Dia mengulurkan tangannya untuk membawa gadis itu ke pelukannya, dan memeluknya dengan lembut, sedangkan tangannya yang satunya lagi mengambil koran hari ini. "Pei Qiqi, kamu tidak bisa menghindari kenyataan ini."     

Surat kabar hari ini dipenuhi dengan berita mengenai mereka berdua…     

Pei Qiqi mengedip-ngedipkan matanya, mengedipkan matanya yang basah dan jejak keraguan yang terakhir…     

Telapak tangan besar yang hangat itu menutupi kepala kecil Pei Qiqi yang dipenuhi rambut halus…     

"Qiqi, kamu ini si kecil yang bodoh."     

"Aku tidak bodoh."     

 ——     

"Benarkah?" Tang Yu tertawa dan mengusap-usap gadis itu. "Ayo ganti baju dan sarapan."     

Tang Yu bangkit sembari menarik Pei Qiqi mengikutinya. Dia menepuk-nepuk pantat kecil Pei Qiqi. "Cepat naik ke lantai atas dan ganti baju."     

Pei Qiqi hanya diam saja, melihat Tang Yu dengan tatapan kosong.     

Tang Yu menoleh ke samping, dan terkekeh pelan. "Mau digendong?"     

"Ya," gumam Pei Qiqi. Tangan kecilnya secara otomatis melingkari leher Tang Yu.     

Tang Yu menggendong Pei Qiqi untuk bangkit, lalu membawanya berjalan ke lantai atas.     

"Yah, Pei Qiqi, kamu sangat berat…"     

"Tang Yu, aku menyukaimu."     

"Pei Qiqi, mau menurunkan berat badan?"     

"Tang Yu, aku menyukaimu."     

 ...     

Pada akhirnya, sarapan berubah menjadi makan siang. Mereka berbagi rasa manis di sepanjang pagi.     

Tang Yu menggunakan liburannya selama dua hari untuk membawa Pei Qiqi pergi jalan-jalan berkeliling kota.     

Namun, Pei Qiqi lebih sering bermain di siang hari, sementara di malam harinya, ganti Tang Yu yang memainkannya…     

Meski dibilang sebagai liburan, namun ini lebih melelahkan daripada pergi bekerja.     

Pada malam hari, Pei Xiaoqi berbaring miring dan melihat pria yang hanya mengenakan jubah mandi keluar dari kamar mandi. Sudut bibir mungilnya melengkung dengan keluhan tidak puas. "Tang Yu, kurasa di kepala tempat tidur kita harus dipasangkan mesin absensi kerja. Aku harus melakukan absensi berangkat kerja setiap hari."     

Tuan Tang, yang hendak membungkuk untuk menciumnya, langsung berhenti, kemudian dia berkata dengan penuh arti, "Nyonya Tang, kupikir kamu akan memerlukan mesin pengatur waktu."     

Pei Qiqi menutupi wajahnya dan berbaring terlentang. "Dasar tak tahu malu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.