Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Masih Tidak Memanggil Kakek? (1)



Masih Tidak Memanggil Kakek? (1)

0Lin Yun memperhatikan wajah Tang Yu, lalu beralih ke Pei Qiqi, seorang gadis muda seperti biasanya.     
0

Meskipun bisa dibilang kalau dia masih ragu-ragu dalam hati, namun dia tidak pernah suka mempermalukan orang lain.     

Namun, Kakek Lin tidak memiliki prinsip moral seperti itu. Dia mengetukkan tongkat jalannya ke lantai dengan keras, "Ini rumah sakit atau hotel!?"     

Tang Yu yang pertama bangun. Dia membuka matanya dan melihat raut wajah kakeknya yang tampak marah besar. Selain itu, di sebelahnya juga ada Lin Yun, yang tak berdaya.     

Dia menghela napas dalam hati. Kemudian dia diam-diam menekan gadis kecil di dalam pelukannya, yang hanya menunjukkan kepala kecilnya.     

Sebenarnya Pei Qiqi sudah bangun, namun dia tidak berani bersuara saat mendengar suara itu.     

Dan rasanya lebih tidak nyaman!!!     

Kakek Lin bukanlah orang yang mudah untuk dilewati begitu saja. Dia memandang Tang Yu dengan dingin, "Kamu tinggal di rumah sakit untuk menyeret seorang perawat muda ke atas tempat tidurmu?"     

Tang Yu tersenyum, lalu menepuk Pei Qiqi dan memberi isyarat padanya untuk bangun, sementara dirinya juga bangun untuk mengenakan pakaian.     

Dia mengancingkan kemejanya dengan santai. Penampilan seluruh tubuhnya luar biasa elegan. Kakek Lin semakin terbakar amarah melihatnya seperti itu.     

"Pergilah bekerja setelah lukamu sudah sembuh. Bisa-bisanya melakukan tindakan memalukan di sini. Tidak bisa tidur di tempat lain dan malah tidur di rumah sakit," omel Kakek Lin sambil melihat gadis muda di tempat tidur cucunya sendiri.     

Dalam hati,sebenarnya dia merasa bangga.     

Bukankah biasanya gadis itu sangat keras kepala saat berhadapan dengannya? Tidak peduli seberapa tebal wajahmu, kamu tidak bisa bersikap galak dan juga seenaknya sendiri lagi di saat menghalangi tempat tidur cucuku.     

Melihat wajah Kakek Lin yang berseri-seri menyimpan kebanggaan, Tang Yu rasanya ingin mengejek…     

Semalam, dia menyebut Qiqi seperti anak kecil, namun sekarang dapat dilihat kalau kakeknya lah yang lebih seperti anak kecil.     

Dia tersenyum, melihat Kakek Lin, kemudian berujar dengan ringan, "Duduklah di ruang tunggu di luar dulu. Aku akan menyuruh Qiqi bangun."     

Ekspresi wajahnya tampak sangat alami. Selain itu, ada semacam kelembutan yang terselip di antara kata-katanya yang datar.     

Kakek Lin mengusap-usap ujung hidungnya. Cucunya ini benar-benar sudah di bawah kendali dan dibutakan oleh cintanya pada gadis itu.     

Dia melirik Tang Yu sekilas, lalu berjalan keluar bersama Lin Yun.     

Ketika mereka baru saja keluar, perawat muda yang barusan memasang raut wajah yang serius. "Tuan Lin, Anda tidak boleh menghina profesi kami sebagai perawat lagi. Kami tidak menemani tidur seorang pasien."     

Kakek Lin tertegun sesaat, kemudian dia tertawa lepas, menyadari kalau dirinya telah mengatakan sesuatu yang tidak sopan.     

Perawat tersebut tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi, dan menyingkir begitu saja.     

Lin Yun membantu Kakek Lin untuk duduk. Hanya ada dua orang tua yang tersisa di aula kecil itu. Melihat tidak ada seorang pun di sisi kiri dan kanannya, Kakek Lin berujar lirih, "Aku tahu ini terlalu sulit untukmu. Tapi, kamu bisa lihat situasi tadi. Putra kesayanganmu yang paling berharga itu gagal memenuhi harapan keluarga, dan mungkin dia tidak bisa tidur dengan orang lain kecuali gadis itu."     

Kakek Lin mengatakan ini hanya untuk mengungkapkan pendapatnya, namun Lin Yun memasukkannya ke dalam hati.     

Orang lain tidak tahu betul mengenai kekurangan Tang Yu. Tetapi, sebagai seorang ibu, dia jelas mengetahui semuanya.     

Pei Qiqi memang satu-satunya wanita yang bisa disentuh Tang Yu sekarang. Itu pun dari perbandingan satu dari sepuluh ribu upaya yang pernah dilakukan Tang Yu untuk menghilangkan pobianya…     

Kakek Lin juga tidak banyak bicara melihat perubahan aneh ekspresi Lin Yun. Dia berusaha bersabar untuk menunggu. Beberapa saat kemudian, dia mulai menggerutu dengan kesal, "Dia mau mengenakan pakaian atau melepas pakaian? Dasar si Tang Yu ini!"     

Ucapannya ini termasuk kasar. Mau bagaimana lagi? Sejak masih muda, Kakek Lin sudah memiliki watak yang sulit untuk dihadapi, dan temperamennya tidak berubah sejak saat itu hingga sekarang.     

Setelah Kakek Lin menggerutu, tidak lama kemudian kedua anak itu berjalan keluar.     

Pei Qiqi tentu saja merasa tidak nyaman. Untungnya, Tang Yu merangkulnya dan mengatakan beberapa patah kata dengan sesuka hati. Masalah sebelumnya berlalu begitu saja.     

Tidak ada yang menyinggung tentang pernikahan, dan sepertinya mereka memang sengaja tidak membicarakannya. Terlebih lagi, ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membicarakan itu.     

Kakek Lin tidak banyak bicara. Hanya saja, dia memandang Tang Yu dengan penuh arti. "Bukankah kamu membawa liontin giok pemberian dariku waktu itu? Nenekmu meninggalkan banyak benda untukmu. Dia bilang akan memberikannya kepada istrimu kelak... Aku tidak suka ada benda yang memakan tempat diletakkan di tempatku. Ambillah sendiri besok di sana. Dengan begitu, tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi."     

Saat mengucapkan kalimat terakhir, dia mendengus ringan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.