Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Orang Tua Memahami Sesuatu dengan Bijak (2)



Orang Tua Memahami Sesuatu dengan Bijak (2)

0Pei Qiqi berjalan lurus ke arah pintu tanpa menoleh belakang, dan hanya meninggalkan satu kata, "Menurutmu?"     
0

Mana mungkin Xiao Wen tahu!     

Bagaimanapun juga, dia melihat ada bekas ciuman di leher Direktur Pei beberapa hari yang lalu. Hal itu sangat mencurigakan.     

Apakah dia melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan bersama Tuan Tang lagi, lagi, dan lagi?     

Pei Qiqi melemparkan tasnya ke dalam mobil. Setelah menenangkan diri sejenak, dia menyalakan mobil dan melaju menuju rumah besar Keluarga Lin sesuai alamat yang diberikan oleh Ibu Lin Jinrong.     

Rumah besar Keluarga Lin terletak di taman pribadi di pinggiran kota. Kakek Lin suka ketenangan dan tempat yang bergaya zaman dulu. Oleh karena itu, bagian taman rumah ini sangat luas, hingga seakan bisa membuat orang lain akan tersesat saat berada di dalamnya.     

Terlebih lagi, terdapat dua orang penjaga yang berdiri di gerbang pintu depan. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.     

Mobil Pei Qiqi perlahan melewati gerbang dan melaju lurus di jalan utama, yang ditumbuhi pohon kapas di sisi kiri dan kanannya, menuju rumah utama. Dia tidak menyangka bahwa semakin masuk, masih ada beberapa belokan lagi yang harus dia lewati…     

Setelah sekitar 10 menit berkendara, mobil Pei Qiqi baru sampai di depan sebuah rumah kuno. Ini benar-benar tempat yang tenang dan nyaman, seperti di surga.     

Pei Qiqi menghentikan mobilnya, kemudian dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Ibu Lin Jinrong sudah menunggu di pintu depan dengan ekspresi enggan di wajahnya.     

Sebenarnya, dia tidak ingin terlibat dalam hal semacam ini. Dia adalah ibu Jinrong, dan Lin Yun adalah ibu Tang Yu. Sekarang, karena masalahnya sudah menjadi seperti ini, dia tidak bisa berdiri di tengah-tengah.      

Ketika Pei Qiqi berjalan mendekat, ibu Lin Jinrong masih menghembuskan napas berat dalam hati.     

Gadis ini memang sangat cantik, dan layak untuk disandingkan dengan Tang Yu. Tapi sayangnya, gadis ini adalah darah daging Zhao Ke.      

Pei Qiqi hari ini mengenakan celana putih model slim-fit dan sepasang sepatu bot berbahan kulit, sementara bagian atasnya adalah sweater tipis yang dipadukan dengan jaket krem ​​​​untuk luarannya. Penampilannya ini tampak menyegarkan dan cukup keren, agak berbeda dari apa yang Ibu Lin lihat sebelumnya.     

Hanya saja, tampak jelas bahwa tubuhnya jauh lebih kurus.     

Ibu Lin Jinrong berkata dengan suara rendah, "Ikutlah masuk denganku!"     

Pei Qiqi mengikuti di belakangnya, dan pemandangan baru langsung menyambutnya… Kakek Lin benar-benar tinggal di tempat yang sama seperti istana kekaisaran. Dia masuk dan keluar dari ruangan ke ruangan sebanyak tiga kali. Kurang lebih terdapat pelayan istana dan kasim yang berdiri di setiap tempatnya.     

Ibu Lin Jinrong membuka pintu sebuah ruangan paling dalam. Ternyata itu adalah sebuah ruangan bergaya rumah tradisional Jepang. Kakek Lin sedang duduk di depan sebuah meja kecil. Perkakas pembakaran dupa terayun perlahan di depannya. Aroma daun teh memancarkan bau yang tidak biasa.     

Tempat ini bisa membuat orang yang memasukinya langsung merasa tenang… dan juga terkagum-kagum melihatnya.     

Pei Qiqi berjalan mendekat dengan membungkuk, lalu duduk di hadapan Kakek Lin dengan hati-hati.     

Sudut bibir Ibu Lin melengkung menunjukkan senyuman saat dia melihat tindakan Pei Qiqi ini… Dia belum pernah melihat orang yang berani bersikap sesantai ini ketika berada di depan ayahnya. Bahkan Tang Yu dan Jin Rong, kedua cucu tersayang, juga tidak berani bertindak ceroboh.     

Pei Qiqi duduk dan menatap Kakek Lin.     

Kakek Lin masih mengenakan satu set changpao (pakaian khas Cina untuk pria) berwarna abu-abu muda). Gaya berpakaian yang sama kunonya dengan ruangan ini.     

Kakek Lin mengangkat kelopak matanya, dan langsung memberi instruksi pada Ibu Lin, "Kamu keluarlah dulu. Tetaplah di luar, jangan biarkan siapa pun masuk."     

Ibu Lin menurunkan pandangannya. "Baik."     

Sikap mereka ini benar-benar terlihat seperti keluarga besar di zaman kerajaan dulu.     

Namun Pei Qiqi juga tidak akan termakan oleh apa yang dilihatnya ini. Dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Kakek Lin, jadi dia tidak perlu terlalu bersikap hormat dan patuh dalam segala hal saat berhadapan dengannya.     

Pintu ruangan bergaya Jepang tradisional itu ditutup. Kakek Lin pertama-tama berdeham untuk membasahi tenggorokannya, bersiap-siap untuk menggertak.     

Dia mengangkat pandangannya. Terlintas sentuhan kemarahan di sepasang mata tuanya yang tajam itu. "Nona Pei, apakah kamu tahu alasan mengapa aku menyuruhmu datang kemari?"     

"Saya tidak tahu! Tuan Lin bisa mengatakannya sekarang." Pei Qiqi berujar dengan penuh percaya diri.     

Kakek Lin tidak tertarik untuk diprovokasi. Awalnya, dia ingin menyerang lebih dulu untuk menaklukkan bocah ini. Dia ingin menunjukkan kekuatan posisinya yang lebih tinggi dan agung untuk menjatuhkannya dari pandangan pertama. Tapi, gadis ini justru tidak takut sama sekali.      

Raut wajah tuanya tampak begitu dalam, dan dia mengendalikan ekspresinya. Namun, di mata Pei Qiqi, sikap Kakek Lin ini malah terlihat… menggemaskan melebihi apa pun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.