Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Direktur Pei, Mau Aku Lanjutkan? (4)



Direktur Pei, Mau Aku Lanjutkan? (4)

0Pei Qiqi pulang ke rumah dalam keadaan lelah fisik dan pikiran. Sekarang sudah hampir seminggu sejak terakhir kali dia bertemu Tang Yu.      
0

Dia mengkhawatirkan Tang Xin, benar-benar khawatir.     

Beberapa kali Pei Qiqi berniat untuk menelepon Tang Yu dan menanyakan keadaan Tang Xin. Namun, begitu dia hendak menghubunginya, dia selalu meletakkan ponselnya kembali dan mengurungkan niatnya.     

Pukul 10 malam.     

Pei Qiqi sedang duduk di sofa sendirian sambil menonton televisi, namun dia tidak tahu apa yang ditayangkan di televisi. Dia hanya membiarkannya menyala agar rumahnya tidak terasa sepi.     

Ponsel di sampingnya tiba-tiba berdering, dan tubuhnya terperanjat terkejut, kemudian dia mengarahkan pandangan ke ponselnya. Tatapannya terpaku di sana tanpa berpindah sama sekali.     

Itu adalah Tang Yu!     

Jari-jarinya ingin menyentuh ponsel itu, tapi dia tidak berani. Pada akhirnya, dia membiarkan ponselnya berdering begitu saja. Dia tidak berani menyentuhnya untuk waktu yang lama.     

Beberapa saat kemudian, akhirnya Pei Qiqi mengangkat panggilan tersebut. Tapi, ternyata yang datang dari seberang telepon bukanlah suara Tang Yu, melainkan suara Tang Xin, "Qiqi."     

Pei Qiqi sontak terkejut. "Tang Xin! Kamu di mana?"     

Tang Xin melirik Tang Yu, yang bersandar pada lemari anggur, lalu berbisik lirih, "Aku berada di tempat Kakak."     

Pei Qiqi mengerutkan bibirnya. Jika dipikir-pikir, memang benar juga. Tang Xin menggunakan ponsel Tang Yu untuk meneleponnya.     

Pei Qiqi terdiam, dan Tang Xin berujar lirih lagi. Kini dia terdengar sedikit manja, "Qiqi, jenguk aku di sini, oke? Tidak mudah bagiku untuk pergi keluar seperti ini. Aku akan kembali besok."     

Terdapat pendapat yang bertentangan di dalam hati Pei Qiqi. Jika dia datang ke tempat Tang Yu, apa yang akan terjadi selanjutnya?     

Orang itu sekarang ingin mengakuisisi perusahaannya. Pasti dia akan menghukumnya sampai mati!     

Sedangkan, orang-orang di seluruh dunia ini tidak ada yang mendukung mereka. Pei Qiqi juga sudah mengatakan bahwa hubungannya dengan Tang Yu hanya sebatas teman di atas ranjang saja. Jika sekarang dia bergegas ke sana di tengah malam begini, hal itu akan menimbulkan arti lain yang ambigu.     

Pei Qiqi masih merasa ragu selama beberapa saat. Sementara itu, di ujung telepon, bibir kecil Tang Xin menekan miring. Dia menatap kakaknya lagi, lalu berujar dengan menyedihkan, "Qiqi, apa kamu tidak menyukaiku?"     

Kali ini, hati Pei Qiqi benar-benar melunak sepenuhnya. Akhirnya dia membujuk Tang Xin dengan lembut, "Aku akan sampai di sana sebentar lagi"     

Tang Xin pun segera berujar senang, "Baiklah, aku tunggu."     

Panggilan dimatikan. Tang Xin mengembalikan ponsel itu ke Tang Yu, kemudian memiringkan bibirnya. "Kak, kapan kamu akan mengembalikan ponselku?"     

Tang Yu memegang anggur merah di satu tangan, dan mengambil ponselnya dengan tangan lain, lalu memasukkannya ke dalam saku. Dia mengusap-usap kepala kecil Tang Xin yang sudah botak, dan tersenyum. "Tunggu sampai kamu jadi anak yang penurut."     

Tang Xin diam-diam ingin mengumpat. Memangnya kapan dirinya tidak patuh?     

Tapi, dia tetap menuruti perkataan Tang Yu.     

Semua yang dikatakan kakaknya tidak ada yang salah! Kebenaran yang tidak bisa diganggu gugat! Tentu saja tidak bisa dibantah!      

Pei Qiqi baru tiba lebih dari satu jam kemudian. Dia mengenakan celana jeans seperempat yang kekinian, dengan atasan sweater abu-abu panjang dan sepasang sepatu kets… Tampak jelas kalau dia pergi dengan terburu-buru.     

Seorang pelayan menyapanya dengan hormat dan mempersilahkannya masuk, lalu berujar lirih, "Nona Tang Xin sudah tidur. Apakah Anda ingin naik ke lantai atas untuk melihat keadaannya?"     

Sudah tidur?     

Pei Qiqi tertegun. Lalu, dia datang untuk menemui siapa?     

Tapi, mengingat kondisi kesehatan Tang Xin yang belum membaik, wajar kalau dia tidur lebih awal. Pei Qiqi pun mengangguk dan berkata, "Maaf merepotkanmu."     

Pelayan itu tersenyum, kemudian mengantar Pei Qiqi ke lantai atas.     

Kamar Tang Xin didominasi dengan dekorasi bergaya putri, semuanya serba berwarna merah muda, dan juga sangat menarik.     

Tubuh kecil Tang Xin terbaring ditutupi selimut, sangat kurus hingga hampir tidak terlihat.     

Pei Qiqi perlahan berjalan mendekat. Melihatnya seperti ini saja membuat hatinya terasa sakit... Tang Xin masih sangat kecil, tetapi dia harus menanggung begitu banyak rasa sakit. Namun, gadis kecil itu masih bisa tersenyum.     

Dia duduk dan mengulurkan tangannya untuk membelai wajah kecil Tang Xin.     

Tang Xin tidur dengan nyenyak. Wajah kecilnya begitu hangat.     

Pei Qiqi memandangnya dengan hati yang lembut.     

Tang Xin selalu memanggilnya Qiqi. Pei Qiqi tidak tahu... bisakah Tang Xin memanggilnya 'Kakak' suatu hari nanti?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.