Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Transplantasi Sumsum Tulang (4)



Transplantasi Sumsum Tulang (4)

0Pei Qiqi mengulurkan tangannya dan mengusap-usap kepala Tang Xin yang botak, lalu dia membelai lembut hidung mungilnya dan wajahnya yang tirus dengan penuh kasih sayang.     
0

Dulu, dia tidak pernah terpikir akan hal ini, namun sekarang dia benar-benar merasa kalau bisa melakukan ini adalah sesuatu yang sangat berharga.     

Diusap-usap oleh Qiqi seperti ini, entah kenapa Tang Xin merasa kalau tatapan Qiqi… tampak aneh.     

Qiqi melihatnya seperti anak anjing yang melihat tulang…     

Tapi, dia juga merasa tidak ingin berpisah dengan Pei Qiqi. Dia mulai menangis sedih, dan memeluk Pei Qiqi. "Qiqi, jika aku mati, kamu harus tetap memikirkanku. Jangan terlalu banyak berpikir, pikirkan saja sesekali."     

Hati Pei Qiqi rasanya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dia memejamkan matanya. "Tidak… tidak akan terjadi apa-apa."     

Tang Xin berujar dengan menyedihkan, "Tapi aku sudah menunggu bertahun-tahun lamanya, tapi semuanya hanya sia-sia."     

Wajah kecil Tang Xin berbaring di bahu Pei Qiqi. Tangan kecilnya menggenggamnya dengan lembut. "Qiqi, jangan sedih."     

Pei Qiqi memeluk tubuh kecil Tang Xin. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata. "Aku tidak sedih, benar-benar tidak sedih."     

Namun suaranya tercekat menahan isak tangis.     

Sekarang, Pei Qiqi mulai meragukan keputusannya... Zhao Ke mendekam di penjara. Ini sungguh terlalu kejam untuk Tang Xin.     

Tang Xin berujar dengan suara kecil, "Qiqi, mulutmu memang bilang kalau kamu tidak sedih, tapi kamu mau menangis." Dia tidak ingin memberi tahu Qiqi, karena dia takut Qiqi akan sedih setelah mengetahuinya.     

"Aku tidak akan menangis. Tang Xin, aku tidak akan menangis." Pei Qiqi memejamkan matanya.     

Perawat berjalan memasuki ruang inap Tang Xin, dengan diikuti oleh dokter. Mereka melihat dua orang yang saling berpelukan dan tenggelam dalam kesedihan. Dia berbicara lirih kepada Tang Yu, yang berdiri di sebelah. "Tuan Tang, Tang Xin sudah waktunya melakukan kemoterapi."     

Kemoterapi?     

Pei Qiqi dapat merasakan bahwa tubuh Tang Xin gemetar ketika mendengar satu kata itu.     

Begitu juga dengan dirinya!     

Dia memeluknya erat-erat.     

"Qiqi, aku harus pergi untuk menjalani terapi pengobatan." Tang Xin mengusap-usap ujung hidungnya, dan berujar lirih.     

Sebenarnya dia sangat takut, tetapi dia bahkan lebih takut kalau kakaknya dan Qiqi khawatir... begitu juga dengan ayahnya. Ayahnya selalu mendesah berat setiap kali datang menjenguknya.     

Pei Qiqi memeluknya lebih erat. Dia tidak ingin melepaskannya. Dia tidak ingin Tang Xin menanggung rasa sakit seperti itu.     

Hanya beberapa hari tidak bertemu, Tang Xin sudah kehilangan banyak berat badan, dan wajahnya pucat pasi. Dia terlalu kurus untuk ukuran seorang gadis berusia 16 tahun.     

"Qiqi." Tang Xin mendorongnya menjauh dengan lembut, kemudian tersenyum kecil pada Pei Qiqi. "Tidak sakit kok, tidak sakit sedikit pun."     

Semakin Tang Xin seperti ini, semakin hati Pei Qiqi merasa tidak nyaman.     

Tang Xin turun dari tempat tidur rumah sakit. Dia menambahkan lapisan pakaian pada tubuhnya, lalu berjalan keluar mengikuti dokter dan perawat. Pei Qiqi ingin ikut bersamanya, tetapi Tang Yu menahannya. Dia berujar dengan suara serak, "Aku akan menggendongnya kembali ke sini dua jam lagi."     

Tang Xin tidak mau siapa pun melihat dirinya menjalani kemoterapi yang menyakitkan. Dia bilang, dia terlihat sangat jelek saat seperti itu.     

Pei Qiqi dihentikan dari belakang. Tang Yu setengah merangkulnya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan pergi ke sana. Dia juga memiliki harga diri."     

Pei Qiqi memandang ke arah pintu dengan tatapan kosong dan menekan bibirnya m erat-erat. Beberapa saat kemudian, dia berbalik melihat Tang Yu. "Bukankah aku dan dia memiliki sumsum tulang yang cocok?"     

"Hanya ada peluang 50%." Tang Yu melaporkan kebenaran.     

Pei Qiqi tenggelam dalam pikirannya sendiri selama beberapa saat, kemudian dia baru berbicara, masih dalam keadaan linglung, "Jika aku tahu dari awal, aku tidak akan... aku tidak akan merancang rencana untuk menjebloskan Zhao Ke ke penjara."     

Pei Qiqi memikirkan kemungkinan terbesar. Seandainya kondisi Tang Xin tidak kunjung membaik. Seandainya hari itu tiba…     

Dia ingin Tang Xin merasakan kebahagiaan di penghujung hidupnya.     

Dia memandang Tang Yu. Tubuhnya terasa hampir mau roboh di tempat. "Semua ini karena aku. Aku yang salah! Tang Yu, kenapa, kenapa kamu tidak memberitahuku sedari awal?"     

Tang Yu melihat Pei Qiqi yang seperti menggila. Hatinya terasa begitu berat. Kedua tangannya menekan bahu Pei Qiqi. "Ini bukan salahmu."     

Pei Qiqi menatapnya dan bergumam lirih, "Ya, aku tidak bersalah, tetapi aku merasa bersalah kepada Tang Xin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.