Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Transplantasi Sumsum Tulang (3)



Transplantasi Sumsum Tulang (3)

0Tang Yu membalas cengkeraman pada lengan Pei Qiqi. Pei Qiqi tertegun ketika Tang Yu tiba-tiba memegangnya.     
0

Namun, dia tidak berusaha melepaskan diri!     

Sekarang, kaki dan tubuhnya seketika melemah dan kehilangan kekuatan. Hatinya juga gemetar tak karuan… Dia butuh seseorang untuk menopangnya.     

Pei Qiqi menggenggam Tang Yu, lalu mendongak dan berujar dengan suara lemah, "Bawa aku untuk melakukan pemeriksaan kondisi tubuh."     

Sementara itu, Tang Yu menatapnya dalam-dalam.     

Setengah jam kemudian, Pei Qiqi duduk di ruang pengambilan darah, hanya seorang diri.     

Dia mengencangkan bibir mungilnya, dan mengulurkan lengan putihnya yang ramping.     

Ketika perawat itu mengambil jarum suntik dan hendak menusukkannya ke pembuluh darah Pei Qiqi, bulu mata Pei Qiqi gemetar selama beberapa saat, dan matanya terpejam rapat-rapat.     

Dia masih sangat ketakutan.     

Tapi, dia tidak mengeluarkan suara apa pun. Dia tetap menutup matanya dalam diam sembari menunggu jarum suntik itu menembus kulitnya.     

Sampai tiba-tiba dia ditarik ke dalam pelukan yang hangat.     

Itu adalah pelukan yang telah lama hilang!     

Setelah dia melarikan diri dari acara pertunangan waktu itu, meskipun mereka melakukan kontak fisik, bahkan bisa dibilang sudah melakukannya berkali-kali, namun pelukan Tang Yu tidak sehangat sekarang.     

Pei Qiqi memejamkan matanya dan mau tak mau memeluk pinggang Tang Yu dengan satu tangan. Ujung jari-jarinya dapat merasakan kehangatan tubuh Tang Yu.     

Tubuh Tang Yu seketika juga menegang saat Pei Qiqi menyentuhnya.     

Dia memeluk Pei Qiqi dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain menutupi kedua mata gadis itu. Dia tidak akan membiarkan Pei Qiqi melihat darah.     

Wajah kecil Pei Qiqi terkubur di perut bagian bawah Tang Yu. Rambutnya yang lembut dan halus gemetar ketakutan di pelukan Tang Yu, seperti binatang kecil yang lemah.     

Hati Tang Yu begitu masam, rasanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.     

Melihat pemandangan ini, perawat menyuntik tangan Pei Qiqi dengan sangat pelan.     

Akhirnya, darah Pei Qiqi diambil sebanyak lima tabung penuh. Bibirnya yang biasanya merah alami, kini hampir sepucat kertas putih.     

Dia masih menyusut dalam pelukan Tang Yu. Suaranya sangat pelan, dan sedikit gemetar, "Di mana Tang Xin? Aku ingin melihatnya."     

"Baiklah." Tang Yu memejamkan matanya. "Jangan bilang apa pun padanya."     

Pei Qiqi dan Tang Xin adalah saudara kandung yang sedarah. Tang Xin tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan Tang Yu, entah itu kakak adik dari kerabat terdekat.     

Namun, dia lebih suka membiarkan Tang Xin berpikir bahwa dia adalah kakak laki-lakinya.     

Lebih baik Tang Xin berpikir kalau Qiqi adalah Qiqi, bukan kakak perempuannya.     

Karena jika Tang Xin menganggap Pei Qiqi sebagai kakak perempuannya, Qiqi harus menanggung konsekuensi yang besar.      

Setelah Pei Qiqi menenangkan diri selama beberapa saat, Tang Yu membantu menopangnya menggunakan satu tangan dan berjalan bersama menuju ruang inap Tang Xin.     

"Kenapa kamu tidak memberitahuku dari awal?" Pei Qiqi tiba-tiba bertanya pada Tang Yu saat mereka sampai di pintu.     

Tang Yu terdiam sebentar, lalu baru berujar dengan tenang, "Pei Qiqi, bukan hanya kamu yang merasa tidak punya pilihan yang lebih baik!"     

Namun, Tang Yu tidak melontarkan kalimat lainnya yang masih ada di benaknya.     

Pei Qiqi mengerucutkan bibirnya. Dia berdiri di depan pintu kamar inap untuk sesaat, lalu baru melepaskan diri dari rangkulan Tang Yu dan berjalan masuk.     

Ketika Tang Xin melihat Pei Qiqi, dia merasa senang tapi juga malu karena dalam keadaan yang seperti itu. Dia segera duduk di sana dan berteriak terkejut, "Qiqi, bagaimana kamu bisa datang kemari?"      

Dia tidak ingin Qiqi melihat kondisinya sekarang yang berkepala botak.     

Pei Qiqi sendiri juga langsung melihat penampilan Tang Xin dengan kepala botaknya. Hati dan hidungnya seketika terasa masam. Tang Xin adalah gadis kecil yang begitu cantik…     

Dia masih ingat saat pertama kali bertemu Tang Xin. Tang Xin menata rambutnya selayaknya mahkota kepala sang putri. Terlebih lagi, penampilannya secara keseluruhan terlihat seperti seorang tuan putri yang bijaksana dan berbudi luhur. Itulah yang dimimpikannya selama ini.     

Pei Qiqi menatap lurus tanpa berkedip. Tang Xin reflek mengusap-usap kepala kecilnya. "Bukankah ini tampak sangat jelek?"     

Mata Pei Qiqi terasa panas, namun dia berusaha menahannya, dan tersenyum dengan enggan. "Mana mungkin begitu? Tang Xin kami selalu terlihat sangat cantik dalam kondisi apa pun."     

"Oh," gumam Tang Xin, jelas tidak mempercayai ucapan Pei Qiqi. Dia mendesah berat, lalu melihat Pei Qiqi dengan tatapan polos. "Qiqi, bolehkan aku tinggal di tempatmu setelah aku sembuh dari penyakit ini?"      

Dia takut pulang ke rumah, sementara di tempat kakaknya… kakaknya selalu sangat sibuk.     

Entah kenapa, dia selalu ingin pergi ke tempat tinggal Qiqi. Dia hanya ingin dekat dengan Qiqi.     

Tang Xin berpikir bahwa dirinya mungkin tidak akan dapat hidup lebih lama. Oleh karena itu, dia ingin menghabiskan hari-harinya yang tersisa untuk melakukan sesuatu yang bermakna dan membuatnya senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.