Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Hanya Bersikap Kejam Padanya (3)



Hanya Bersikap Kejam Padanya (3)

0"Aku tidak pernah berpikir seperti itu! Baik buruk yang dilakukan wanita itu tidak ada hubungannya denganku sama sekali," kata Tang Yu dengan santai.     
0

Tang Zhiyuan menghela napas lagi. Setelah beberapa saat, dia baru berujar lirih, "Aku tahu kamu masih menyalahkanku di dalam hatimu!"     

Seperti halnya sekarang, Tang Zhiyuan juga berpikir bahwa dirinya sedang menuai apa yang telah dia tabur sendiri, sementara Zhao Ke pantas mendapatkannya.     

Dia telah memberinya posisi sebagai Nyonya Tang, namun wanita itu justru membalasnya dengan semua ini.     

Tang Zhiyuan sungguh merasa tak berdaya, sampai rasanya tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata.     

Kemudian dia memandang putranya. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai permintaannya karena terlalu berlebihan.      

Tang Zhiyuan ingin memulai kembali hubungannya dengan Lin Yun, yang dulu hanya bisa dia bayangkan.     

Setelah menyelesaikan urusan Zhao Ke kali ini, dia merasa lebih baik kalau dapat rujuk kembali dengan mantan istri pertamanya.     

Dibandingkan dengan Zhao Ke, yang cenderung bertindak sesuka hati dan menjalani kehidupan seks bebas, Lin Yun jauh lebih setia. Tang Zhiyuan juga benar-benar yakin kalau Lin Yun tidak memiliki pria di dekatnya selama beberapa tahun belakangan ini, karena wanita itu tidak bisa melupakannya.     

Tang Zhiyuan diam-diam merasa lebih nyaman saat memikirkan hal ini.     

Dia menghela napas panjang. "Hiburlah Tang Xin sebentar."     

Tang Yu menatap ayahnya, dan terselip nada mengejek dalam nada bicaranya, "Sebagai seorang ayah, bukankah seharusnya kamu yang melakukan hal ini?"      

Tang Zhiyuan kena skakmat. Dia pun hanya bisa menanggapinya dengan tak berdaya, "Ya."     

Jarak antara dia dan putranya semakin ke sini semakin jauh.     

Sekarang Tang Zhiyuan sedang diterpa masalah sebesar ini, namun dia merasa tidak memiliki siapa pun yang bisa diajak berbagi keluh kesah. Tak bisa dipungkiri, rasanya sungguh kesepian.     

Tang Yu tersenyum datar, kemudian berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Setelah pintunya tertutup, mobil Tang Yu perlahan melaju menjauh dari pandangan Tang Zhiyuan.     

Tang Xin duduk di sebelah Tang Yu. Dia menatap kakaknya dengan perasaan gugup, lalu bertanya dengan suara yang sangat kecil, "Kak, maukah kamu nanti menemaniku masuk ke dalam sebentar?"     

Pandangan Tang Yu tetap fokus ke depan, lalu dia menjawab dengan suara yang begitu dalam, "Ya."     

Mobil meluncur perlahan ke sisi jalan. Tang Yu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor telepon Pei Qiqi. "Aku menunggumu di pinggir jalan."     

Tang Xin menatapnya. "Apakah itu Qiqi?"     

Tang Yu menjawab dengan acuh, "Ya, kebetulan dia juga hendak mengurus masalah lain. Jadi, sekalian saja mengajaknya ke sana."     

Tentu saja, dia tidak bisa mengatakan masalah itu pada Tang Xin. Tang Xin masih kecil, dan tidak perlu mengetahui hal itu.     

"Oh." Tang Xin hanya merespon dengan singkat. Dia menyandarkan kepalanya ke samping dengan perasaan kecewa.     

Pei Qiqi datang 5 menit kemudian. Dia membuka pintu belakang mobil dan duduk di sana.     

Tang Yu memperhatikannya melalui kaca spion, tanpa berniat banyak bicara. Dia kembali menyalakan mobil dalam diam.     

Tidak ada satu pun yang berbicara selama sepanjang perjalanan. Hanya Tang Xin yang melirik Tang Yu secara diam-diam dari waktu ke waktu dengan berlinang air mata.     

Sampai sekarang, Tang Xin belum menyerah memohon pada kakaknya untuk menyelamatkan ibunya. Dia tahu, asalkan kakaknya bersedia bertindak untuk mengatasi masalah ini, ibunya pasti bisa keluar dari penjara.     

Tapi, Tang Xin juga tahu seberapa jauh dirinya bisa melangkah dan kapan harus berhenti. Oleh karena itu, dia tidak mengatakan apa-apa lagi pada Tang Yu.     

Kondisi di dalam mobil sangat hening, sedangkan hujan gerimis mulai berjatuhan di luar. Suasana hati orang-orang juga berkabut, sampai rasanya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.     

Akhirnya, mereka tiba di tempat tujuan. Pei Qiqi turun dari mobil dan tersenyum tipis. "Aku pergi dulu."     

Tang Xin menggerakkan bibir mungilnya, reflek ingin menghentikan Qiqi.     

Pei Qiqi mempertimbangkan sejenak, kemudian berjalan menghampiri Tang Xin. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap-usap kepala kecil Tang Xin. "Tang Xin, menurutlah."     

Tang Xin menggigit bibir bawahnya dan menatap Pei Qiqi dengan bingung. "Qiqi, kamu mau pergi ke mana?"     

Pei Qiqi tersenyum tipis. "Hanya sebentar saja. Aku mau menemui salah seorang teman yang sudah lama tidak kutemui."     

Tang Xin sedikit terkejut, dan melihat ke sekeliling. Kemudian dia bertanya dengan suara lirih, "Apakah dia juga melakukan kejahatan?"     

"Hm," jawab Pei Qiqi, "Ya. Dia juga melakukan kesalahan, dan mungkin tidak akan pernah bisa keluar lagi."     

Lingkar mata Tang Xin langsung memerah menahan tangis. Dia memikirkan Zhao Ke lagi.     

Pei Qiqi tidak banyak bicara, dan segera pergi.     

Tang Xin melihat ke arah kepergian Pei Qiqi. Entah kenapa, dia selalu merasa kalau kehidupan Qiqi sebenarnya diliputi rasa kesepian. Dia seperti menanggung beban yang amat berat di punggungnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.