Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Hasil Tes DNA (4)



Hasil Tes DNA (4)

0Pei Qiqi membawa Tang Xin ke rumahnya.     
0

Apa pun yang terjadi, Tang Xin tetaplah anak-anak. Barusan dia memang tampak seolah memiliki suatu masalah di dalam benaknya, tapi begitu tiba di rumah Pei Qiqi, dia seketika melupakan semua itu. Dia duduk di sofa sambil menonton televisi dan makan camilan seperti tikus kecil.     

Pei Qiqi duduk di sebelah dan memandang Tang Xin. Ada perasaan yang tak terlukiskan di dalam hatinya.     

Tang Xin menonton TV sambil diam-diam melirik Pei Qiqi. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggerutu, "Qiqi, aku malu kalau kamu melihatku seperti itu terus."     

Diam-diam dia merentangkan cakar kecilnya. "Kamu tidak mungkin berencana memukulku, kan?"     

Pei Qiqi tidak tahu harus tertawa atau menangis. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap rambut panjang Tang Xin. "Dari mana kamu mendapatkan pemikiran seperti itu?"     

"Komik!" Tang Xin menjawab dengan sangat riang. "Aku diam-diam membelinya tanpa sepengetahuan Ibu. Ada sekotak penuh komik di bawah tempat tidurku. Dia tidak tahu sama sekali."     

Ekspresi Pei Qiqi berubah murung ketika Tang Xin mengatakan ini, mungkin karena terpikir akan Zhao Ke.     

Pei Qiqi mengulurkan tangannya untuk membelai rambut panjang Tang Xin. Dia menghembuskan napas berat di dalam hatinya.     

Saat ini, dia tidak tahu bahwa Tang Xin bukanlah anak Tang Zhiyuan.      

Jika dia mengetahui hal ini, dia... mungkin tidak akan membuat keputusan setegas ini.     

Tang Xin tersenyum padanya, "Qiqi, kamu sangat baik."     

Benarkah?     

Tetapi, jika Tang Xin tahu bahwa Pei Qiqi yang telah menjebloskan ibunya ke dalam penjara, Tang Xin pasti akan membencinya.     

Namun, tidak ada jalan untuk kembali!     

Baik dia maupun Zhao Ke… tidak ada semuanya!     

Sejauh ini, Pei Qiqi tidak menyesalinya.     

Dia tidak mengelak pujian ini. Dia hanya merasa bersalah terhadap Tang Xin karena masalah ini!     

Tang Xin seperti anak kecil yang menempel pada Pei Qiqi ke mana pun dia pergi. Pei Qiqi menemaninya sebentar, lalu pergi memasak.     

Saat ini, dia sedang berdiri memotong sayuran di dapur. Dia melihat langit di luar jendela dari waktu ke waktu.     

Sekarang sudah hampir senja, dan suasana suram ada di mana-mana.     

Pikirannya melanglang buana, tetapi tangannya tidak berhenti memotong sayuran, hingga akhirnya pisau itu tanpa sengaja melukai tangannya.     

Seketika, timbul rasa sakit yang menyengat. Pei Qiqi menundukkan kepalanya dan baru menyadari kalau tangannya terluka.     

Darah perlahan mengalir keluar...     

Darah itu seperti darah Jin Rong, juga seperti darah Rong Lei di tangan Zhao Ke.     

Pei Qiqi termenung. Dia juga tidak merasa sakit sama sekali, dan membiarkan darah itu mengalir begitu saja.      

Dia mendongakkan wajahnya untuk menahan agar air matanya tidak jatuh.     

Tidak peduli seberapa kejamnya dia, orang yang dijebloskannya ke penjara adalah Zhao Ke, wanita yang melahirkannya.     

Dia juga pernah menghabiskan waktu 9 bulan di perut wanita itu.     

Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk memanggilnya 'Ibu'. Sebaliknya, dia malah memasukkan wanita itu ke dalam penjara.     

Entah apakah Zhao Ke yang telah menghancurkan hidupnya, atau dia yang telah menghancurkan kehidupan Zhao Ke yang stabil dan berada di jalurnya.     

Jawabannya tidak jelas….     

Tangannya masih sakit. Pei Qiqi hanya membalut lukanya seadanya, namun Tang Xin malah heboh sendiri dan hendak memanggil dokter kemari.     

"Tidak perlu. Ini hanya luka kecil saja." Pei Qiqi tersenyum ringan dan mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Tang Xin.     

Tang Xin sangat khawatir. "Qiqi, mari kita pesan makanan dari luar saja kalau begitu."     

Dia takut Qiqi beranggapan bahwa kehadirannya merepotkan, jadi dia tidak mau membebani Pei Qiqi.     

"Tidak usah, lagi pula aku hanya memasak dua hidangan sederhana." Pei Qiqi menatap luka di tangannya, dan suaranya terdengar sangat lembut.     

"Hmm," ujar Tang Xin, namun dia meluncur turun dari sofa dan bersikeras untuk membantu Pei Qiqi memasak. Alhasil, dia justru membuat seluruh dapur berantakan.     

Pei Qiqi pun tak berdaya menghadapinya.      

Akhirnya, mereka sudah selesai makan. Setelah mereka selesai bersih-bersih, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.      

Tang Xin mungkin juga kelelahan. Dia sudah ketiduran dengan kepala miring.     

Pei Qiqi membangunkannya, "Tang Xin, tidurlah di kamar."     

Tang Xin berbalik. "Qiqi, aku sangat mengantuk…"     

Setelah mengatakan ini, dia tiba-tiba membuka matanya, seperti melantur dalam tidurnya. "Aku harus minum obat"     

Obat?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.