Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Memeriksa DNA Pei Qiqi (2)



Memeriksa DNA Pei Qiqi (2)

0Tang Yu meremas foto itu. "Qingcheng, mulai sekarang, kamu tidak perlu memeriksa masalah ini lagi."     
0

Meng Qingcheng mengangguk. "Baiklah kalau begitu, aku juga tidak mau terlalu ikut campur dalam urusan pribadimu."     

Dia adalah orang yang cerdas. Dia tahu kapan dia tidak boleh terlibat terlalu jauh.     

Meng Qingcheng segera pamit undur diri. Tang Yu duduk di ruang kerja untuk waktu yang lama sambil menghisap sebungkus rokoknya sampai hampir habis.     

Dia baru mengangkat pandangannya begitu cahaya di langit berangsur-angsur terang. Dia memandang langit biru muda yang tak terbatas di luar. Kemudian, dia menekan nomor untuk melakukan panggilan.     

Tang Yu kembali masuk ke kamar tidur. Pei Qiqi masih tertidur lelap. Rambut hitamnya yang halus tersebar di atas bantal. Lengan putih kecilnya mencuat keluar dari selimut, dan hanya setengah dari wajahnya yang terlihat.     

Dia berjalan dengan berbagai pemikiran yang memenuhi benaknya, dan duduk di sana. Kemudian, jari-jarinya perlahan menyentuh pipi Pei Qiqi.     

Qiqi, apakah tebakanku ini benar? Apakah kau ingin meninggalkanku dan tak mau menikah denganku karena itu?     

Berapa banyak yang sudah kamu ketahui?     

Wajah Pei Qiqi begitu hangat. Mulut kecilnya sedikit terbuka dan menghembuskan napas yang manis.     

Jari-jari Tang Yu bergerak di wajah Pei Qiqi. Kemudian, dia mengulurkan tangannya untuk menarik sehelai rambut hitam nan halus milik Pei Qiqi dan menggenggamnya. Telapak tangannya terasa panas. Dia menutup matanya sebentar, lalu berjalan ke ruang ganti. Setelah berganti pakaian, dia pergi dengan mengendarai mobil.     

Udara di pagi-pagi buta begini masih sangat segar. Setelah mengendarai mobil selama sekitar setengah jam, dia baru menyadari bahwa saat ini masih terlalu pagi.     

Dia menghentikan mobil di pinggir jalan dan merokok beberapa batang. Dia baru mematikan puntung rokoknya begitu paru-parunya terasa sakit karena terlalu banyak merokok.     

Alisnya mengernyit dalam, dengan saku bertumpu pada jendela mobil. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor telepon Tang Xin.     

Tang Xin sangat senang sekali mendapatkan telepon dari Tang Yu. Dia merasa tertekan selama beberapa hari ini.     

Ayah dan ibunya selalu bertengkar, saling menyalahkan dan memukul satu sama lain. Setiap hari, dia terjepit di antara mereka berdua.     

"Kakak." Suara Tang Xin terdengar sangat manis, "Akhirnya kamu mencariku!"     

Tang Yu menyahut dengan suara tenang, namun terselipkan kehangatan, "Apakah kamu sudah sarapan? Maukah kamu pergi sarapan bersamaku?"     

Tang Xin segera bertanya, "Apakah kita akan pergi ke tempat Qiqi?"     

Tang Yu memikirkan wanita yang masih tidur di tempat tidurnya. Sorot matanya berubah dingin, lalu berkata dengan cuek, "Tidak, makan di luar."     

Tang Xin kurang tertarik dengan ajakan kakaknya. "Jika tidak pergi ke tempat Qiqi, aku tidak mau pergi."     

"Di dalam hatimu itu hanya ada Qiqi saja, apa tidak ada tempat untuk kakakmu ini?" Tang Yu menunjukkan sedikit martabatnya.     

Di dalam hati Tang Xin juga selalu ada Tang Yu. Dia berujar seperti seorang pengikut yang patuh pada bosnya, "Tentu saja ada! Oke, aku akan menemanimu untuk sarapan."      

Setelah berkata begitu, dia tidak lupa menambahkan kalimat lain, "Sss, jika kamu merasa kesepian, sebenarnya kamu bisa menemui Sun Feifei, kesayanganmu itu!"     

"Rasa sayangku sudah dimakan anjing!" Tang Yu berkata tanpa ekspresi.     

Pei Qiqi adalah anjing itu!     

Tang Xin berseru, "Kalau begitu, siapa yang ada di hati Kakak sekarang?"     

Apakah seekor anjing?     

Tang Yu menyebutkan tempat tujuan mereka dengan raut wajah gelap, kemudian dia langsung mematikan panggilan.     

Gadis kecil ini lama-kelamaan semakin licik.     

Dia mengangkat pandangannya dan melihat cahaya pagi di depan. Bibir tipisnya saling menekan menjadi garis lurus.     

Setengah jam kemudian, Tang Yu dan Tang Xin duduk bersama di sebuah restoran ala Hong Kong. Mereka menyantap sarapan di sana.     

Tang Yu memesan lebih dari 10 jenis makanan ringan untuk adiknya, serta semangkuk bubur sehat. Tang Xin makan dengan sangat puas tak terkira.     

Tang Xin melihat Tang Yu, yang hanya duduk sambil merokok. Karena mulut kecilnya penuh dengan makanan, dia berbicara dengan tidak terlalu jelas, "Kak, kenapa kamu tidak makan?     

Tang Yu mematikan puntung rokoknya. "Aku sudah makan."     

Tang Xin tersenyum nakal. "Jadi, kamu merindukanku."      

Tang Yu memandang Tang Xin dengan ekspresi bermartabat di wajahnya.     

Tang Xin akhirnya sudah kenyang. Dia memandang Tang Yu dalam-dalam. "Kakak, tersenyumlah. Jarang-jarang kita ini bisa bertemu."     

Hati Tang Yu melembut saat melihat Tang Xin seperti ini. Dia tersenyum tipis.     

"Kakak terlihat lebih tampan kalau tersenyum." Tang Xin memiringkan kepalanya dan memeluk lengan Tang Yu seperti anak manja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.