Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Sengaja Mengabaikan Pei Qiqi (3)



Sengaja Mengabaikan Pei Qiqi (3)

0"Aku akan memasakkan bubur. Setidaknya kamu harus makan sesuatu meski sedikit." Bibi Li tidak tahu harus berkata apa.     
0

Gadis di usia yang masih muda begini harus terlibat dengan Tuan Tang. Bagaimana mungkin Tuan Tang mau melepaskannya!?     

Dulu, Tang Yu selalu mencurahkan kasih sayangnya pada Pei Qiqi, selayaknya kekasih tercinta. Namun begitu ada masalah datang, perlakuan Tang Yu langsung berubah 180 derajat… Bibi Li mengerjakan tugasnya sambil memikirkan hal ini.     

Bibi Li masuk ke kamar dengan membawa semangkuk bubur masakannya, akan tetapi dia justru mendapati bahwa Pei Qiqi sudah tertidur.     

Bahkan saat tertidur pun, Pei Qiqi masih memeluk tubuhnya sendiri seolah merasa sangat tidak aman.     

Bibi Li memperhatikan Pei Qiqi dalam diam untuk sementara waktu, lalu kembali membawa keluar bubur itu.     

Pei Qiqi jelas kelelahan!     

Bibi Li sangat kasihan padanya, tapi juga tidak tahu harus melakukan apa.     

Dirinya adalah orang luar di sini, terlebih lagi statusnya hanya seorang pelayan. Secara logika, dia tidak memiliki hak untuk banyak bicara dan ikut campur mengenai urusan Tuan Tang.     

Pei Qiqi tidur untuk waktu yang lama, dari cahaya fajar mulai naik sampai matahari akan terbenam.      

Di tengah malam, Pei Qiqi duduk dengan perlahan.     

Dia masih merasa sangat kesakitan, tetapi rasa sakit itu membawa kesegaran. Pei Qiqi menunduk dan mengoleskan salep berwarna hijau pada beberapa memar di tubuhnya.     

Pei Qiqi sangat lapar, namun dia lebih suka duduk diam dalam kegelapan.     

Setelah waktu yang lama, dia tertegun… dan melihat sekeliling.     

Tang Yu tidak ada di sini!     

Mengingat pria itu membuat seluruh tubuh Pei Qiqi gemetar tak terkendali.     

Dia mengulurkan tangannya untuk menyalakan lampu. Kamar tidur yang semula gelap, kini menjadi terang benderang... Di dinding seberang tempat tidur mewah berwarna putih gading, ada cermin bundar besar, di mana dia bisa melihat keadaan dirinya yang kehilangan semangat hidup.     

Siapa yang dia suka dan siapa yang tidak dia sukai, dari dulu selalu berada di luar kendalinya.     

Pei Qiqi mengangkat tangannya dan membelai bibirnya sendiri dengan lembut.     

Dia ingat bagaimana Tang Yu...     

Napasnya tiba-tiba terengah-engah. Pei Qiqi menutup matanya setengah… Tubuhnya seperti cabang pohon di bawah hujan badai, bergetar hebat dan terhuyung-huyung.      

Pei Qiqi tidak makan apapun selama seharian penuh. Kepalanya terasa begitu pusing. Dia berjalan keluar kamar sambil berpegangan pada apapun di sebelahnya.     

Bibi Li sudah pergi dari tadi, tapi dia sudah menyiapkan makanan untuk Pei Qiqi, jadi kini Pei Qiqi hanya perlu memanasinya saja.      

Dia sudah selesai memanasi makanan tersebut dan duduk di depan meja makan dengan tatapan kosong, lalu menundukkan kepalanya dan mulai makan.     

Ketika dia makan sesuap demi sesuap, air matanya tiba-tiba jatuh.      

Pei Qiqi mengusap matanya secara asal. Dia berulang kali mengatakan pada dirinya sendiri...      

Pei Qiqi, jangan menangis!     

Saat kamu memutuskan untuk menjual diri pada Tang Yu, harusnya kamu sudah berpikir bahwa hari ini akan tiba.     

Hari di mana dirinya akan diperlakukan selayaknya wanita yang memang sudah dibeli.     

Pei Qiqi menggigit bibirnya hingga hampir robek.     

Kejadian tadi malam adalah mimpi buruk seumur hidupnya.     

Tubuh Pei Qiqi menyusut di atas sofa. Dia melakukan panggilan telepon ke nomor ruang inap Pei Minghe. Seorang perawat yang berjaga segera menempelkan telepon rumah sakit ke telinga Pei Minghe.     

"Ayah, aku hari ini sangat sibuk, jadi tidak bisa datang menjengukmu," ujar Pei Qiqi dengan suara pelan.     

Pei Minghe hanya bergumam panjang untuk menyatakan bahwa ia mengerti.     

Mendengar suara Pei Minghe, air mata Pei Qiqi, yang tadinya telah berhenti, seketika mengalir lagi. Dia mengangkat tangannya dan menghapus air mata dingin di pipinya. Dia memaksakan senyuman di wajahnya, seolah-olah Pei Minghe bisa melihatnya.     

"Ayah, kamu harus patuh dan selalu jaga diri baik-baik. Aku akan datang menjengukmu dua hari lagi." Pei Qiqi membujuk ayahnya, seperti membujuk anak kecil.     

Hanya dengan berbicara dengan Pei Minghe, Pei Qiqi sudah dapat menemukan sedikit kehangatan dan melupakan penghinaan yang dialaminya tadi malam untuk sementara waktu.     

Pei Minghe mendengarkan di seberang telepon. Kini, wajah tuanya yang ditutupi dengan kain kasa dipenuhi cucuran air mata. Di dalam hatinya, dia tahu semuanya, namun tidak dapat melontarkan apapun dari mulutnya.      

Pei Minghe mengeluarkan suara tangis yang panjang lagi.     

Pei Qiqi menutupi mulutnya, karena takut kalau dirinya akan ikut menangis.     

Matanya tidak dapat melihat dengan jelas karena terlalu banyak menangis. Rasanya begitu sakit.     

Pei Qiqi memejamkan mata. Setelah beberapa saat, akhirnya hatinya sedikit lebih tenang. Dia segera berujar, "Ayah, kalau begitu tidurlah lebih awal."     

Pei Qiqi menutup telepon dan perlahan meringkuk. Dia memeluk lutut dengan tangannya dan membenamkan wajahnya dalam-dalam.     

Cahaya lampu ruangan perlahan meredup. Pei Qiqi tinggal sendirian di rumah besar yang gelap itu.     

Dia terus seperti itu sampai matahari fajar mulai naik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.