Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Siswa Terbaik (2)



Siswa Terbaik (2)

0Tang Yu duduk di sana dan mengulurkan tangannya yang panjang untuk mengambil sebuah buku dalam bahasa asli dari salah satu rak buku, kemudian dia membacanya dengan santai.     
0

Pei Qiqi diam-diam meliriknya, kemudian kembali menundukkan kepalanya untuk melanjutkan tulisannya di kertas.     

Sesekali, dia memeriksa data sumber yang dikerjakannya. Ketika tidak dapat menemukan ide yang pas, alisnya akan mengernyit, dan ekspresinya… terlihat sangat menggemaskan.     

Seperti inilah Pei Qiqi di mata Tang Yu.     

Tang Yu sangat jarang berinteraksi dekat dengan orang lain. Pada saat ini, dia merasa bahwa ternyata tinggal bersama gadis cantik sangat menyenangkan.      

Di bawah penerangan cahaya lampu kuning, Pei Qiqi memegangi kepalanya. Sebenarnya ada bayangan topik yang sudah dia pikirkan sangat lama, namun ide itu tidak dapat muncul sesuai dengan apa ia inginkan.      

Tang Yu meletakkan buku di tangannya, dan alisnya yang tampan terangkat. "Tidak bisa?"     

Pei Qiqi menatapnya, lalu bergumam mengiyakan.     

"Coba bawa kemari, biar aku lihat!" ujar Tang Yu dengan tenang.     

Pei Qiqi merasa ragu-ragu sejenak, lalu bangkit dan berjalan menghampirinya. Dia menyerahkan kertas itu untuk diperlihatkan pada Tang Yu dan menunjuk salah satu bagian. "Ini dia."     

Pei Qiqi sendiri berdiri tegak seperti anak sekolah. Penampilannya ini… sungguh terlihat sangat lucu.     

Tang Yu memandangi Pei Qiqi, lalu menunduk mengamati tulisan di kertas itu beberapa kali. Setelahnya, dia memukul pelan kepala Pei Qiqi. "Dasar bodoh."      

Pei Qiqi menggigit bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa.     

Tang Yu mengangkat tangannya dan meraih tangan Pei Qiqi, kemudian menariknya ke dalam pelukannya. Tindakannya ini tampak sangat alami.     

Dagu Tang Yu bertumpu di atas kepala Pei Qiqi. Dia tersenyum dan mulai mengajari gadis itu bagaimana cara mengerjakan soal tersebut.     

Beberapa saat kemudian, dia mengetuk kepala kecil Pei Qiqi lagi. "Sudah bisa?"     

Pelukan Tang Yu seperti ini membuat kepala Pei Qiqi terasa seperti pasta... Dia tidak tahu apa yang Tang Yu bicarakan.     

Dia duduk diam dalam pelukannya, tidak bergerak maupun berbicara.      

"Qiqi?" Tang Yu mencengkeram dagu Pei Qiqi untuk memaksa gadis itu melihat ke arahnya.     

Leher Pei Qiqi rasanya hampir putus. Dia meratap, "Aku tidak mengerti."     

Tang Yu menatapnya. Setelah beberapa saat, dia mengulurkan tangannya dan mengangkat tubuh Pei Qiqi ke atas pangkuannya.     

Pei Qiqi merasa semakin tidak nyaman. Dia menatap Tang Yu dengan bibir mengerucut.      

"Panggil aku Kakak," kata Tang Yu secara tiba-tiba.     

Pei Qiqi membelalakkan matanya terkejut… tidak bisa mempercayai kalau seorang Tang Yu ternyata bisa bersikap aneh seperti ini. Sebenarnya, Tang Yu belum pernah menyuruh Pei Qiqi untuk memanggilnya dengan sebutan apapun.     

Tang Yu menengadahkan wajah Pei Qiqi untuk menghadap padanya dan tersenyum tipis, "Aku lebih tua 6 tahun darimu. Qiqi, bukankah wajar kalau kamu memanggilku Kakak?"      

Wajar katanya!     

Tapi, jika Pei Qiqi memanggilnya dengan sebutan itu dalam hubungan mereka saat ini… rasanya agak aneh.     

Pei Qiqi tidak menuruti Tang Yu untuk memanggilnya 'Kakak'. Tang Yu sendiri juga tidak memaksa. Tang Yu menjelaskan kembali secara rinci tugas di lembaran yang dia bantu kerjakan. Untungnya, gadis muda ini tidak berotak dangkal. Hanya dengan sekali penjelasan, Pei Qiqi langsung bisa memahaminya.      

Pei Qiqi segera melompat dari pangkuan Tang Yu dan menulis makalahnya dengan serius.     

Tang Yu pun tersenyum melihatnya, lalu mengambil kembali bukunya dan melanjutkan membaca.     

Suasana di dalam ruang kerja sangat sunyi. Tang Yu duduk di sofa, sedangkan Pei Qiqi setengah tengkurap. Rambutnya yang hitam dan halus menyapu wajahnya.     

Gambaran ini sungguh seindah lukisan cat minyak.     

Tang Yu melihat ke arah Pei Qiqi dari waktu ke waktu, kemudian dia baru mendapati bahwa dirinya cukup terkesan dengan tulisan Pei Qiqi. Pei Qiqi tidak menyadari kalau Tang Yu berjalan keluar untuk menuangkan segelas air untuknya.     

Pei Qiqi masih belum selesai menulis sampai jam 21.30. Dia mendongak dan mendapati bahwa Tang Yu masih membaca buku.     

Dia merasa tidak enak dan berkata, "Aku sudah selesai."      

Tang Yu mengangkat pandangannya dalam diam dan menatap mata Pei Qiqi lekat-lekat… Tatapannya itu membuat Pei Qiqi merasa tidak tenang dan mengerucutkan bibirnya.     

"Pergi mandi dan tidur!" ucap Tang Yu, lalu dia meletakkan bukunya dan berjalan keluar.     

Pei Qiqi terus gelisah, tidak dapat tenang semalaman ini. Ketika keluar dari kamar mandi, dia melihat lampu samping tempat tidur di kamar tidur sudah dimatikan. Dia akhirnya bisa bernapas lega.     

Tampaknya, Tang Yu tidak tertarik melakukannya malam ini.     

Fakta membuktikan bahwa Pei Qiqi masih terlalu polos dan naif.     

Ketika dia membuka selimut dan hendak berbaring, tubuhnya tiba-tiba diangkat. Pada detik berikutnya, dia sudah berada di bawah tubuh Tang Yu.     

Dia mendengus rendah dan mengangkat pandangannya. Tatapan matanya bertemu dengan sepasang mata hitam di atasnya, dalam lingkup kegelapan di dalam kamar. Tubuhnya seketika gemetar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.