Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Tamparan Keras (2)



Tamparan Keras (2)

0Tang Yu tahu bahwa Pei Qiqi masih belum makan dari tadi. Dia menekan bahu gadis itu dan berkata, "Aku akan membeli makanan."     
0

Pei Qiqi tidak menjawab. Tang Yu terdiam sejenak, lalu berjalan keluar. Beberapa saat kemudian, dia sudah kembali sambil membawa sarapan. Namun, dia hanya membeli satu porsi, bahkan tidak beli untuk dirinya sendiri.     

Melihat hal itu, Zhou Meilin segera berujar tanpa tahu malu, "Pei Huan sedang hamil. Qiqi, berikan makanan itu untuk dia! Biar dia yang memakannya!"     

Berikan?     

Tang Yu menyapu pandangannya ke arah Zhou Meilin dan bertanya dengan tenang, "Apakah janin di dalam kandungannya adalah anakku?"     

Zhou Meilin seketika tersedak dan tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian dia berbicara pada Lin Jinrong, "Jin Rong, Pei Huan tidak boleh kelaparan. Kamu belikan makanan untuknya."     

Dia akhirnya kehilangan rasa percaya diri. Lin Jinrong datang kemari saja sudah cukup membuatnya tidak kehilangan muka di hadapan Tang Yu.     

Sekarang Zhou Meilin menyadari bahwa Lin Jinrong mau datang ke sini karena dia tahu bahwa Pei Qiqi pasti akan ada di sini.     

Lin Jinrong mematikan rokoknya, lalu berjalan menuju lift.     

Pei Qiqi tidak nafsu makan. Dia menggelengkan kepala dan menolak, "Aku tidak bisa makan."     

Tidak mau memaksa, Tang Yu pun meletakkan makanan itu ke kursi di samping Pei Qiqi. Dia menemani gadisnya menunggu sampai operasi selesai.     

Pei Huan mungkin mengandung janin naga di perutnya, jadi dia makan sangat banyak.      

Setelah menunggu sangat lama, rasanya seperti satu abad lamanya, dokter akhirnya keluar dengan wajah kelelahan. "Tuan Tang, pasien terlalu terlambat dibawa ke rumah sakit. Oleh karena itu, meskipun… nyawanya dapat terselamatkan, kemungkinan besar beliau akan kesulitan bergerak bebas untuk ke depannya."     

Dengan kata lain, Pei Minghe telah lumpuh.     

Tang Yu mengerutkan kening dan menoleh ke arah Pei Qiqi.     

Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Pei Qiqi hanya menutup matanya perlahan, dan air mata mengalir dari kedua sudut matanya.     

Hati Tang Yu tidak tahan melihat pemandangan ini. Dia mengusap-usap bahu Pei Qiqi untuk menenangkan. "Aku akan mencari dokter terbaik."     

Jika Tang Yu tidak membantu menopang bahunya, Pei Qiqi pasti sudah terjatuh saat itu juga.     

Suara dokter sangat lembut, "Sayatan dan jahitannya sudah ditangani dengan benar. Jika tidak ada masalah pada pasien selama setengah jam ini, beliau akan dipindahkan ke unit perawatan intensif."     

Zhou Meilin bergegas mendekat dan meraih bagian depan jas dokter tersebut dengan kedua tanganya. Suaranya terdengar seolah sangat pilu, "Apa kamu bilang? Bagaimana Pei Minghe bisa lumpuh? Apa kalian ini tidak ada gunanya?"     

Dokter menolehkan wajahnya ke samping, tak tahu harus menanggapi seperti apa. Sebenarnya, mereka sudah terlalu sering menemui anggota keluarga yang tidak mau menerima kenyataan seperti ini di rumah sakit.     

Pada saat ini, Pei Qiqi tiba-tiba berkata dengan dingin, "Bibi, apa yang kamu lakukan pada Ayah?"     

Sorot mata Pei Qiqi tampak begitu tajam, seperti pedang yang dapat menusuk Zhou Meilin, hingga membuat hati nurani Zhou Meilin merasa bersalah. Namun, ibu tiri Pei Qiqi itu berpura-pura tetap tenang. "Apa yang bisa aku lakukan?"      

"Kamu yang paling tahu di dalam hatimu sendiri." Pei Qiqi berujar tanpa melihat ke arah Zhou Meilin, dan mengalihkan pandangannya ke samping.     

Zhou Meilin saat ini sudah tidak ingin melawan dokter maupun berdebat dengan Pei Qiqi. Dia lebih baik diam dan menyerah.     

Di satu sisi, Tang Yu ada di sini, dan di sisi lain… bagaimana jika Pei Qiqi tahu sesuatu?     

Gadis jalang ini sangat cerdik.     

Ketika Pei Minghe dibawa keluar, Pei Qiqi melihat kepala ayahnya yang dibalut kain kasa. Air matanya hampir mengalir tak terkendali.      

Tapi, dia berusaha menahannya. Dia ingin melangkah maju, namun perawat langsung menghentikannya. "Keadaan pasien masih belum stabil sekarang. Tolong jangan mengganggunya. Hanya boleh ada satu orang yang masuk di bangsal untuk menjaga pasien."     

Zhou Meilin sedikit pusing saat mencium baunya. Dia enggan untuk masuk. Apalagi Pei Huan, yang sedang hamil darah daging Keluarga Lin.     

Pada akhirnya, Pei Qiqi yang ikut masuk ke dalam. Perawat menggantungkan obat infus dan menjelaskan padanya beberapa hal untuk perawatan Pei Minghe, lalu berjalan keluar.     

Pei Qiqi duduk di samping ranjang rumah sakit sambil memandangi wajah Pei Minghe yang sangat pucat pasi.     

Dia memejamkan matanya dan teringat kembali akan masa-masa kecilnya, saat ayahnya ini mengangkat tubuhnya sangat tinggi.     

Tetapi sekarang, ayahnya menjadi seperti ini, hanya bisa terbaring lemah di sini tanpa bisa bicara.     

Bulu mata Pei Qiqi yang panjang mulai bergetar ringan, dan tenggorokannya terasa seperti tersumbat oleh sesuatu, hingga membuatnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.     

Pei Qiqi benar-benar merasa sangat bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.