Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Munafik (1)



Munafik (1)

Chen Xinjie menghela napas lega. "Benar juga kamu, Qiqi. Kamu memang tidak sama dengan Pei Huan, wanita genit dan murahan."     

Pei Qiqi mengubah topik pembicaraan, "Aku akan pergi ke Shengyuan."     

Sebenarnya, awalnya Chen Xinjie ingin menyebutkan mengenai masalah dirinya yang pergi ke Shengyuan, tetapi tanggapan Pei Qiqi jelas sangat dingin dari tadi.     

Pei Qiqi naik bus ke Shengyuan. Setibanya di pintu masuk utama perusahaan, dia melihat Tang Xin yang sedang berjongkok di sana.      

Huh, benar-benar…     

"Kenapa ada di sini!" Pei Qiqi berjalan mendekat dan melihat tubuh kurus yang berjongkok itu. Perasaan yang tak terlukiskan melonjak di hatinya. Perasaan ini adalah rasa kasihan yang tidak ingin dia akui.     

Bagaimanapun juga, Tang Xin… adalah adiknya.     

Pei Huan saja tidak pernah membuatnya merasakan perasaan seperti ini.     

Tang Xin mengangkat wajah kecilnya. Dapat terlihat bahwa wajahnya penuh dengan keluhan, lalu dia mengungkapkan kekesalannya, "Qiqi, mengapa kamu baru datang? Aku sudah menunggu dari tadi!"     

Kemudian dia mengulurkan tangan kecilnya yang putih dan halus. "Qiqi, bantu tarik aku, kakiku mati rasa!"     

Pei Qiqi sebenarnya enggan untuk melakukannya, tetapi akhirnya dia tetap mengulurkan tangan dan menariknya. Tang Xin mengambil kesempatan ini untuk menempel pada Pei Qiqi.     

Meskipun Pei Qiqi tahu tingkah laku Tang Xin ini, dia memilih untuk pura-pura tidak tahu     

Begitu Tang Xin melihat Pei Qiqi, dia segera memasuki mode anak anjing dan memeluk lengan Pei Qiqi untuk bisa meluluhkan hatinya. "Qiqi, di luar panas. Ada pendingin udara dan banyak makanan lezat di kantor Kakak. Dia tidak ada di sini sekarang."     

Pei Qiqi berjalan ke lift bersamanya. "Aku harus bekerja."     

Mata Tang Xin tampak dipenuhi dengan bintang. "Aku sudah meminta izin pada Kakak agar kamu bisa tidak bekerja hari ini!"     

Setelah berbicara, Tang Xin memandang Pei Qiqi dengan hati-hati... Pei Qiqi juga memperhatikannya dan tidak mengatakan apa-apa untuk waktu yang lama.     

Dengan nyali besar, Tang Xin menarik tangan Pei Qiqi lagi. "Qiqi, aku hanya berpikir kamu bekerja terlalu keras! Hanya satu hari saja, aku janji." Karena dia tidak akan berada di sini besok.     

Pei Qiqi rasanya mau marah tapi juga merasa lucu. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memukul kepala Tang Xin seperti yang dilakukan Tang Yu tadi pagi. "Bukankah sebenarnya kamu melakukannya agar dirimu sendiri bisa bersenang-senang di kantor?"      

Tang Xin menggosok kepalanya seperti anak anjing lagi. "Qiqi memang yang terbaik!"     

Tang Yu tidak berada di kantor seperti yang Tang Xin harapkan, sehingga Pei Qiqi terjerat dalam berbagai obrolan dan bermain game di ponsel bersama Tang Xin.     

Tang Xin sangat jarang dapat bersantai-santai seperti ini. Dia membaringkan perut kecilnya, yang terus diisi berbagai makanan hingga membuncit, ke atas sofa, kemudian dia berujar, "Qiqi, tahukah kamu, ibuku biasanya tidak mengizinkanku makan terlalu banyak, karena takut berat badanku bertambah!"     

Tapi, Tang Xin merasa dirinya masih seperti bayi. Selain itu... dia mungkin tidak bisa hidup lama. Jika dia tidak bisa makan apa yang dia suka, bukankah itu terlalu menyedihkan?     

Dia tidak menceritakan isi hatinya ini pada Qiqi. Dia tidak ingin Qiqi mau menemaninya karena merasa simpati saja.     

Pei Qiqi hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Tang Xin berguling-guling di sofa lagi. "Aku harap Ayah dan Ibu selalu bertengkar seminggu sekali, supaya aku bisa sering-sering menikmati hidup seperti ini."     

Tang Xin berbicara sambil mengedipkan matanya pada Pei Qiqi.      

Hati Pei Qiqi sedikit melunak. Dulu, dia selalu berpikir bahwa dirinya tidak akan bersikap lembut pada siapapun kecuali Pei Minghe. Tapi, Tang Xin begitu menggemaskan dan polos. Bagaimana dia bisa bersikap kejam pada gadis itu?     

Pei Qiqi memegang buku dengan satu tangannya. Dia menatap Tang Xin, dan Tang Xin mengedipkan matanya lagi.     

Pei Qiqi seolah telah dirasuki setan yang membuat tangannya bergerak di luar kendalinya. Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Tang Xin dengan lembut.     

Tang Xin berhenti bergerak dan hanya berbaring diam di sana... Dia menatap Pei Qiqi dengan bingung. Setelah waktu yang lama, dia bertanya dengan lembut, "Qiqi, hari ini kamu benar-benar tidak berniat untuk meninggalkanku, bukan?"     

Pei Qiqi menarik kembali tangannya. "Ya." Kemudian dia mengarahkan pandangannya kembali ke buku untuk membaca lagi.     

"Kamu sama dengan Kakak." Tang Xin menekan bibirnya menjadi garis lurus. "Munafik."     

Pei Qiqi menatapnya.     

Pada saat ini, bagian belakang kepala Tang Xin dipukul dengan ringan oleh gulungan dokumen. Dia menoleh ke belakang dan menemukan bahwa yang melakukannya adalah Tang Yu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.