Kujual Diriku Untukmu, Tuan Tang

Tang Yu, Jangan Pergi (2)



Tang Yu, Jangan Pergi (2)

0Tang Yu berbaring, dan sepasang tangan lembut Pei Qiqi memeluk tubuhnya. Wajah kecil gadis itu juga terbenam ke dalam pelukannya.     
0

Mungkin karena rasanya terlalu nyaman, Pei Qiqi menghela napas panjang.     

Tubuh kecilnya menempel erat dengan Tang Yu. Tetapi ternyata ini masih belum cukup. Pei Qiqi masih kedinginan...     

Tang Yu memeluknya erat-erat, meletakkan telapak tangannya yang besar di punggung Pei Qiqi secara perlahan dan menepuknya dengan lembut.     

Pei Qiqi tidak dapat tidur dengan nyenyak. Muncul berbagai gambaran yang kacau dalam mimpinya. Sesaat, Zhou Meilin muncul dan memanggilnya pelacur kecil, lalu sesaat kemudian, Pei Minghe muncul dan meletakkannya di pundaknya ketika dirinya masih kecil.     

Namun kini gambarnya kembali berubah. Wajah cantik Zhao Ke muncul di hadapannya. Wanita itu tersenyum lembut pada dirinya dan berujar dengan suara yang sangat terdengar jelas di telinganya. "Pei Qiqi, aku ini bukan ibumu... Aku tidak menginginkanmu…"     

"Ibu... Ibu…" Tangan Pei Qiqi mengepal erat, dan kepalanya terus gemetar karena mimpi buruk itu. Tidak, tidak, ibunya tidak seperti itu. Pei Minghe bilang bahwa ibunya sangat mencintainya.     

Air mata mulai mengalir dari sudut mata Pei Qiqi hingga membasahi jubah mandi Tang Yu.     

Dadanya terasa lembap, panas, dan begitu tidak nyaman, tapi juga terasa sangat dekat dengan Pei Qiqi.      

Tang Yu masih terjaga dan terus menjaga gadisnya itu. Saat ini, Pei Qiqi menangis tersedu-sedu hingga sekujur tubuhnya dipenuhi keringat. Tang Yu menepuk-nepuk menenangkan Pei Qi sambil mengingatkannya, "Qiqi, semuanya hanya mimpi..."     

Setelah beberapa saat, akhirnya Pei Qiqi dapat tenang. Dia membuka matanya dan melihat ke sekeliling dengan tatapan yang masih kosong.     

Tang Yu mengeluarkan sapu tangan kecil dari sakunya. "Makan bubur, ya?"     

Pei Qiqi membuka matanya lebar-lebar dan menatap Tang Yu. Mata bulatnya yang basah itu seperti baru saja tersiram oleh air, terlihat suram namun juga cerah. Rambut hitamnya juga basah oleh keringat, seolah-olah baru keluar dari bak air.     

Setelah beberapa saat, Pei Qiqi baru buka suara. Dia bertanya pada Tang Yu dengan suara yang lembut, "Jam berapa?"     

Tang Yu mengambil jam di kepala tempat tidur dan melihatnya. "Jam 1."     

Pei Qiqi berusaha untuk duduk, tetapi ternyata dia tidak memiliki tenaga sama sekali. Seketika tubuhnya merosot lemah ke bawah lagi.     

Pada saat ini, dia baru merasakan bahwa punggungnya telah basah akan keringat dan sangat tidak nyaman.     

"Aku ingin mandi." Pei Qiqi menggigit bibir bawahnya dan berkata dengan lembut.     

"Oke," jawab Tang Yu sambil tersenyum tipis.     

Dia mengangkat tubuh Pei Qiqi dalam gendongannya lagi untuk mandi, kemudian menggantikannya dengan piyama bersih, lalu membawanya kembali ke kamar.     

Pei Qiqi duduk di samping tempat tidur. Dia menatap punggung Tang Yu, yang sedang berjalan keluar. "Maaf, sudah merepotkanmu."     

Suaranya sangat lirih, tapi masih bisa bisa didengar Tang Yu. Tang Yu berbalik untuk menyahutnya, "Qiqi, aku kan sudah pernah bilang kalau kita akan hidup bersama. Jangan terlalu banyak berpikir."     

Pei Qiqi hanya menatapnya dan tidak berbicara lagi, namun sorot matanya masih terlihat sama, tidak lebih baik dari sebelumnya.     

Tang Yu melihat Pei Qi sebentar tanpa mengucapkan apapun, lalu dia kembali berjalan ke dapur untuk memanaskan bubur lagi. Dia berusaha agar bubur itu tidak sampai terlalu encer. Kemudian dia menuangkan bubur tersebut ke dalam mangkuk kecil dan membawanya ke kamar tidur. Pei Qiqi merasa tidak enak membuat seorang Tang Yu menyuapinya. Akhirnya Pei Qiqi mengambil mangkuk itu dan mencoba makan sendiri, tetapi sekarang dia sedang tidak nafsu makan. Setelah menghabiskan setengah mangkuk, akhirnya dia berhenti makan.     

Tang Yu pun tidak memaksa Pei Qiqi untuk menghabiskan makanannya. Dia memakan sisa bubur di panci, lalu kembali ke kamar tidur.     

Pei Qiqi merasa sangat lelah, dan demamnya juga sudah turun, namun anehnya dia masih kedinginan.     

Gadis itu menyusut di pelukan Tang Yu, tetapi dia tidak bisa tidur lagi. Meski begitu, Pei Qiqi tidak berani bergerak, karena takut akan membangunkan Tang Yu.     

Setelah tetap diam seperti ini untuk waktu yang lama, Pei Qiqi akhirnya sudah tidak tahan lagi. Diam-diam dia memastikan apakah Tang Yu sudah tidur atau belum.     

Namun saat dia mendongak, bagian atas kepalanya membentur dagu Tang Yu.     

Terdengar suara geraman yang teredam. Pei Qiqi pun cepat-cepat menyandarkan tubuhnya kembali     

Begitu lampu sudah dinyalakan, dia melihat dagu Tang Yu membiru. Dia menarik napas dan ingin mundur. Jika bukan karena telapak tangan besar yang memegang pinggangnya, dia pasti sudah terjatuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.