DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SEBUAH UNDANGAN



SEBUAH UNDANGAN

0"Seorang pemimpin bisa memajukan suatu perusahaan bukan berpijak pada dia perempuan dia wanita atau laki-laki tapi berpijak pada kepribadian pemimpin itu sendiri bagaimana dia bisa mengelola perusahaan itu dengan baik dengan kompeten secara profesional dan tidak pandang bulu dia pasti bisa memimpin perusahaan itu maju kalian bisa percaya padaku tentang hal itu." ucap Nadia tanpa merasa takut dengan tatapan Anda yang sangat terlihat membencinya.     

Semua yang ada di dalam ruangan sangat terbuka dengan apa yang dikatakan Nadia terutama Jonathan menatap penuh kaguman pada istrinya yang ternyata berjiwa seorang pemimpin.     

Melihat Nadia di puja oleh semua orang membuat hati Amanda sangat membenci Nadia.     

"Aku tidak bisa menerima semua ini aku akan menghentikan apa yang dia akan lakukan di perusahaan ini hanya aku yang pantas memimpin di sini." ucap Amanda dalam hati dengan perasaan semakin tak terkendali.     

Setelah penandatanganan atas pemilik perusahaan yang baru rapat telah dibubarkan beberapa orang yang bekerja di perusahaan kembali bekerja.     

"Jean ikut aku!!" ucap Jonathan pada Jean sambil mendorong kursi rodanya dan masuk dengan ruang kerjanya.     

"Apa kamu tidak mengajak Nadia?" tanya Jane sehat Jonathan hanya mengajaknya saja.     

"Nadia masih diperlukan oleh ayah dan notaris kita bekerja saja karena waktu kita sudah habis untuk hal ini." ucap Jonathan kemudian mengambil berkas yang perlu dia tandatangani.     

"Aku tidak percaya kalau Nadia bisa mematahkan ucapan Amanda semua orang sangat mengagumi dia ucapkan dengan tatapan penuh kekaguman.     

"termasuk kamu yang mengagumi Nadia." ucap Jonathan tanpa melihat ke arah jean.     

Jangan hanya menelan salivanya mendengar ucapan Jonathan yang terkadang langsung menyindirnya.     

"di mana Renata aku lupa memanggilnya suruh dia ke sini kita harus membahas tentang pekerjaan yang lebih penting." ucap Jonathan sambil mengusap wajahnya karena sejak sekarang dia sudah bukan lagi pemimpin utama perusahaan.     

tanpa membalas ucapan Jonathan, Jean hubungi Renata agar masuk ke dalam ruangannya.     

tidak berapa lama kemudian Renata datang dengan wajah terlihat pucat masih.     

"ada apa kamu sakit." tanya Jen saat melihat Renata hanya menggelengkan kepalanya.     

"mungkin kamu terlalu lelah harus mengerjakan semua pekerjaan sendirian saat di kota M hujan dari tangan Renata agar segera duduk.     

"Ada apa dengan Renata?" tanya Jonathan saat melihat Jen perhatian pada Renata.     

"Sepertinya dia sakit wajahnya sangat pucat karena beberapa terakhir dia memang mengelola usahaku yang ada di kota m sendirian." ucap Jan memberikan alasannya agar Jonathan tidak memarahi Renata.     

"bawa saja beruang kesehatan agar dia bisa beristirahat." ucap Jonathan sambil memperhatikan Renata dari tempatnya.     

"aku tidak apa-apa Jen Jangan terlalu memperbesar karena salah aku hanya lelah saja." ucap Renata bersikeras untuk tetap duduk di tempatnya.     

"tapi Wajah kamu sangat pucat kalau kamu pingsan bagaimana akan semakin rumit." ucap Jean dengan tatapan penuh.     

"Ya sudah kalau kamu keras kepala tapi kalau kamu sudah tidak tahan bilang saja padaku aku akan mengantarmu ke ruang kesehatan ucap hujan masih menatap wajah Renata yang pucat.     

"sekarang katakan Jo? ada apa? apa ada masalah yang lebih penting dari semua?" tanya Jen pada Jonathan yang duduk termenung sambil memikirkan sesuatu.     

"kita akan membahas tentang masalah Amanda sebelum dia datang ke sini." ucap Jonathan setelah menerima pesan dari Amanda.     

"Memang ada apa dengan Amanda, Jo?" tanya Jean setelah duduk berhadapan dengan Jonathan.     

"Amanda akan datang kesini sekarang, aku tidak tahu dia mau berencana apa? untuk berjaga-jaga saja kamu aku panggil ke sini, karena Nadia masih ada urusan dengan Ayah." jawab Jonathan dengan sambil menatap ke arah pintu.     

"Kamu benar Jo kita harus waspada dengan kedatangan Amanda ke sini karena pasti dia punya rencana besar padamu atau pada perusahaan ini." ucap Jean dengan wajah serius.     

"apakah Amanda itu wanita yang jahat dan licik? ada yang bekerja pada perusahaan ini juga?" Tanya Renata yang belum mengerti tentang Amanda.     

"kamu belum mengenali ya kamu harus berhati-hati. kita semua hanya ingin berjaga-jaga saja, karena apa? dari semua musuhku...itu lebih banyak dari Singapura tidak kecuali Amanda. Mereka semua dari sana." jelas Jonathan yang tidak percaya dengan siapapun lagi.     

"Oh begitu.. tapi Amanda tadi ada? apakah kita harus menerimanya dengan baik?" Renata merasa penasaran dengan seorang Amanda.     

"Kamu dengarkan saja apa yang Amanda katakan. Maunya seperti apa? kalau mengenai masalah pekerjaan kamu bisa menjawabnya sesuai dengan peraturan di perusahaan kita. Tetapi kalau masalah pribadi kamu bisa memikirkan lebih dulu atau bila perlu kamu kirim pesan padaku juga tidak apa-apa." ucap Jonathan memberi penjelasan pada Jean.     

"Baiklah." Sahut Jean dengan singkat dan padat.     

"Tok...Tok..Tok"     

Pintu terketuk dari luar dan terlihat wajah cantik Amanda yang sedang tersenyum masuk menghampiri jonathan.     

"Selamat pagi Jo...maaf aku tadi baru dari toilet." ucap Amanda dengan tersenyum manja.     

"Duduklah,, ada apa kamu kemari? Kenapa tidak langsung pulang saja?" tanya Jonathan tanpa basa-basi.     

"Aku hanya ingin mengundang kalian semua ke rumahku. Ada acara kecil-kecilan, kita bisa makan bersama di rumah." ucap Amanda dengan wajahnya yang terlihat senang.     

"Maksudmu ada acara apa di rumah? sampai ada cara makan di rumah?" tanya Jonathan lagi.     

"Aku baru mendapatkan rumah dan secara kebetulan rumah itu dekat dengan rumah kamu. Jadi sebagai tetangga yang baik cukup pantaskan kalau aku mengundang kalian untuk makan bersama di rumah?" tanya Ananda dengan sebuah senyuman.     

"Sejak kapan kamu pindah rumah dekat rumah ku?" tanya jonathan dengan heran.     

"Baru juga kemarin aku mendapatkan rumah itu, dan kebetulan tidak terlalu jauh dengan rumah kamu. Jadi sewaktu-waktu bisa kan aku mampir ke rumah kamu?" ucap Amanda masih dengan senyuman.     

"Amanda karena aku sudah mau ada rapat, kamu bisa bicara dengan Jean dan Renata. Aku akan meninggalkan kalian berdua disini. Untuk soal undangan kamu bilang saja pada Jean. kapan kamu mengundang kita." ucap Jonathan sambil melihat ke arah Jean yang sedang menatapnya.     

"Tidak perlu Jo, aku hanya sebentar saja. Aku hanya memberitahu itu saja kalau ada makan-makan di rumahku nanti malam. Kalian semua datang ya? terutama kamu Jonathan, bukankah kita sudah bertetangga?" ucap Amanda dengan sebuah senyuman kemudian pergi keluar dari ruang kerja Jonathan.     

Jonathan kembali mendorong kursi rodanya ke meja kerjanya setelah Amanda pergi. Duduk bersandar di hadapan Jean sambil tertawa.     

"Aku kira dia masih ingin berlama-lama disini, ternyata hanya undangan saja. Bagaimana pendapatmu? apa ada sesuatu rencana hingga dia mengundang kita untuk makan bersama di rumahnya?" Jonathan meminta pendapat pada Jean yang lebih kuat perasaannya.     

"Aku rasa.. kalau memang dia bertetangga dengan kamu, dia sudah punya rencana sesuatu yang lebih matang. Dan tidak mungkin dia pindah rumah yang secara kebetulan menjadi tetangga kamu. Ya kan? jadi kamu harus lebih hati-hati saja, karena musuh itu kadang lebih dekat dengan kita." ucap Jean setelah serius.     

****     

MAKAN MALAM     

"Kenapa kita harus ke sana Jo? padahal tetangga yang lainnya juga nggak diundang tuh sama Amanda." ucap Nadia sambil mendekati Jonathan.     

"Ya.. bagaimana lagi Nad, kan Amanda sendiri yang mengundang kita saat di kantor tadi pagi dan itu pun juga ada Jean, semuanya juga diundang bukan kita saja. Jadi kita tidak perlu kuatir lagi." ucap Jonathan sambil memakai kemejanya.     

"Sebenarnya aku malas kalau datang ke sana. Bagaimana kalau kamu saja yang datang ke sana sayang? aku di rumah saja." ucap Nadia sedikit tidak suka dengan gaya hidup Amanda.     

"Kamu kenapa seperti ini Nadia... jangan begitu Nadia... kita kan diundang berdua. Kita harus datang berdua. Memang kamu tega lihat aku datang sendirian ke sana terus aku digoda sama Amanda, bagaimana? Apa kamu mau seperti itu?" ucap Jonathan dengan nada menggoda.     

Nadia terdiam mendengar ucapan Jonathan. Dengan gemas Nadia mencubit pinggang Jonathan.     

"Hem..kamu saja yang memang ini digoda sama Amanda ya kan?" ucap Nadia masih mencubit pinggang Jonathan dengan wajah cemberut.     

Jonathan tertawa terkekeh sambil memegang kedua tangan Nadia agar tidak mencubitnya terus.     

"Tidak juga Nadia... hanya kamu yang selalu bisa menggodaku. Tidak Amanda atau wanita lain atau juga siapa pun." ucap Jonathan dengan wajah serius sambil memeluk pinggang Nadia.     

"Apa benar? bukannya kamu suka kalau di goda sama Amanda?" tanya Nadia dengan tatapan cemburu.     

"Tidak sama sekali...aku baru senang kalau di goda istriku, apalagi kalau menggodanya dengan cinta." sahut Jonathan sambil mengedipkan salah satu matanya.     

"Mulai Genit aahhhhh!" ucap Nadia sambil mencubit hidung Jonathan semakin gemas.     

"Genit boleh yang penting sama istri sendiri ya kan?" Jonathan masih saja menggoda Nadia yang lagi sensitif saat tahu kalau Amanda tinggal di area dekat rumahnya.     

"Sekarang jadi tetangga, setelah itu Amanda minta posisi di kantor karena dia punya saham. Habis itu minta bareng satu mobil untuk berangkat kerja... bukan begitu Jo?" tanya Nadia dengan bibir semakin cemberut.     

"Ternyata istriku bisa cemburu juga padaku ya? lebih menakutkan kalau istriku sedang cemburu seperti ini, pikirannya sudah kemana-mana sampai ke hal masa depan." ucap Jonathan semakin menggoda Nadia.     

"Kamu benar-benar ya, istri cemburu tidak malah di tenangin malah semakin digoda. Nanti jangan salahkan aku kalau aku bercanda sama Jean. Aku akan bilang ke Jean untuk ikut datang. Bukannya Amanda juga temannya Jean? bagaimana?" ucap Nadia membalas godaan Jonathan.     

Tanpa bicara lagi Jonathan menarik pinggang Nadia dan memeluknya dengan sangat erat.     

"Coba saja, kalau kamu dekat-dekat sama Jean atau yang lainnya. Kamu akan mendapatkan hukuman nanti malam dari ku. Ingat itu sayang." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman di kedua sudut bibirnya.     

"Kita lihat saja siapa yang akan mendapat hukuman kamu atau aku." ucap Nadia dengan tatapan penuh menatap wajah suaminya     

"Hem...ternyata istriku tidak takut lagi padaku ya? baiklah...siapa nanti yang akan mendapat hukuman dalam dua hari dia harus melayani dengan ikhlas." ucap Jonathan membalas menatap penuh kedua mata Nadia.     

"Aku rasa keputusanmu sama sekali tidak membuat aku beruntung, tapi menjadi suatu keberuntungan buat suamiku." ucap Nadia dengan menangkup wajah Jonathan yang selalu menang dari dirinya.     

Jonathan tersenyum penuh kemenangan.     

"Bagaimana? kita akan berangkat kan Nad? kita akan buktikan siapa yang nanti malam akan mendapatkan hukuman." ucap Jonathan dengan tersenyum.     

"Baik.. kita akan datang dan kita lihat siapa nanti yang ternyata akan mendapat hukuman nanti malam." ucap Nadia dengan tenang.     

"Paling yang takut nanti kamu dan mendapat hukumannya." ucap Jonathan dengan tersenyum.     

"Siapa yang takut dari dulu aku tidak pernah takut dengan siapapun terutama kamu Tuan Jonathan." ucap Nadia sambil memicingkan matanya.     

"kalau kamu tidak takut padaku." ucap Jonatan seraya mengambil jaket dan memakainya.     

"Kenapa pakai jaket Jo? apa kamu merasa sudah tua? hingga takut dengan dinginnya angin malam?" tanya Nadia dengan nada menggoda.     

"Tidak.. ini hanya untuk melindungi kulit tubuhku saja, agar terhindar dari sentuhan wanita manapun kecuali sentuhan tangan istriku." sahut Jonathan dengan sebuah kerlingan di matanya.     

"Jadi kita tidak akan berangkat niih? karena kita mengobrol terus disini." ucap Nadia dengan bibir cemberut.     

"Iya..ya...mau aku kita mengobrol terus sampai pagi Nadia, tidak perlu ke tempat Amanda. Tapi bagaimana lagi... kalau ada orang yang mengundang kita, kita wajib untuk datang kecuali kalau kita ada halangan." ucap Jonathan seolah-olah bisa menjaga perasaan orang lain padahal selalu cuek dengan urusan orang lain kecuali pada semua keluarganya.     

"Jadi berangkat tidak?" tanya Nadia mengulangi lagi pertanyaannya karena Jonathan tidak beranjak juga dari tempatnya.     

Tanpa banyak bicara Jonathan memeluk bahu Nadia dan mengajaknya keluar kamar dan turun ke bawah.     

Jonathan dan Nadia berangkat bersama-sama dengan Jean dan Renata yang sudah menunggunya di depan rumahnya.     

Tiba di rumah Amanda ternyata ada beberapa orang yang juga datang yang tidak dikenal sama Jonathan dan Nadia.     

"Ternyata yang diundang Amanda bukan kita saja Jo, tapi orang-orang yang kita tidak kenal." ucap Nadia dengan matanya yang menatap ke para undangan yang lainnya yang baru datang.     

"Agak aneh juga? kenapa kemarin aku tanya ke Amanda dia tidak bilang ada acara apa? dia hanya mengundang kita makan malam itu saja." ucap Jonathan ikut merasa heran.     

"Sudahlah Jo...jangan dipikirkan. Yang penting kita sudah memenuhi undangannya untuk makan malam di sini. Setelah itu kita pulang saja, daripada buat kita semakin berpikir yang tidak-tidak." ucap Nadia dengan kedua mata yang sudah mengantuk.     

Sebelum masuk ke rumah Amanda, Jonathan dan Nadia memberikan undangannya pada penjaga depan.     

Jean yang datang bersama Renata sedikit mencemaskan keadaan Renata yang masih pucat.     

"Kamu tidak apa-apa datang Ren? ini sudah sangat malam, nanti kamu bisa masuk angin lagi." tanya Jean dengan tatapan cemas.     

"Tidak apa-apa Jean, aku sudah merasa lebih baik?" ucap Renata dengan sebuah senyuman.     

"Ya sudah...kalau kamu tidak merasa bermasalah dengan angin malam. Ayo...kita masuk saja." ucap Jean sambil menggandeng tangan Renata mengikuti langkah Jonathan dan Nadia.     

Saat pada pintu masuk Nadia bertabrakan dengan seseorang pria yang tidak dikenalnya.     

"BUGG"     

"Maaf Nyonya....aku tidak sengaja menabrakmu." ucap pria itu dengan sopan dan sebuah senyuman yang begitu menawan.     

****     

"Oh tidak apa-apa, bukannya memang tidak sengaja kecuali kalau memang anda sengaja. Aku pasti akan minta anda membayar ganti rugi." ucap Nadia dengan nada datar merasa laki-laki itu memang sengaja menabraknya.     

"Sungguh saya tidak sengaja, kalaupun memang saya sengaja. Saya juga siap untuk mengganti rugi seperti apa yang anda minta nona " sahut laki-laki itu masih dengan senyumannya.     

"Ada apa sayang? apa ada sesuatu yang terjadi di sini?" tanya Jonathan yang tiba-tiba datang dan sudah ada di sampingnya.     

Laki-laki itu pun berlalu dari hadapan Nadia setelah Jonathan datang.     

"Siapa dia Nad? apa kamu mengenalnya? kenapa dia begitu ramah padamu?" tanya Jonathan menatap penuh wajah Nadia.     

"Aku tidak mengenalnya. Baru saja aku melihatnya karena dia telah menabrakku tadi. Tapi aku merasa....dia memang sengaja menabrakku." ucap Nadia dengan jujur.     

"Kita akan segera tahu siapa dia, paling tidak yang kita tahu dia adalah teman Amanda, kalau dia bukan teman Amanda buat apa dia datang kemari?" tanya Jonathan yang selalu curiga dengan orang-orang yang baru di sekelilingnya.     

"Apa yang kamu bilang sangat benar sayang, kalau kita tidak berhati-hati dari sekarang sebuah ancaman akan menjadi fatal buat kita." ucap Nadia yang ikut waspada setelah apa yang telah terjadi selama ini.     

"Jonathan!! akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggumu dari tadi." tiba-tiba Amanda datang berjalan mendekati Jonathan yang berdiri di samping Nadia.     

"Sudah aku katakan sebelumnya, kalau kita diundang kita wajib datang kecuali kalau tidak diundang buat apa kita datang." jawab Jonathan sambil memeluk bahu Nadia dengan mesra.     

Kedua mata Amanda berkabut melihat kemesraan yang ditunjukkan Jonathan pada Nadia dihadapannya.     

"Kalian semua masuklah kedalam. Semua para tamu sudah ada di dalam kalian bisa bebas melakukan hal apapun. Karena di dalam banyak juga permainan atau hal yang sekiranya membuat kalian tidak merasa bosan." ucap Amanda yang sudah mempersiapkan semuanya.     

Di dalam ruangan khusus yang sangat besar sekali. Jonathan dan yang lainnya mencari tempat duduk yang berada di pojok ruangan.     

"Jonathan..apa kamu menginginkan sesuatu? apa kamu haus atau ingin apa? aku akan mengambilkannya untukmu." tanya Amanda dengan sangat ramah.     

Nadia yang mendengarkan ucapan Amanda telinganya cukup panas juga. Semakin mendengar kata-kata Amanda, Nadia menjadi sedikit muak dengan sikap pura-pura Amanda pada Jonathan yang sama sekali tidak menghargai perasaannya sebagai istri Jonathan.     

Nadia melihat ke wajah Jonathan, entah apa yang dijawab Jonathan dengan pertanyaan Amanda.     

"Aku tidak ingin apa-apa. Kalaupun nanti aku ingin, pasti aku akan mengambilnya sendiri dan juga tentunya aku akan mengambilkan untuk Istriku yang tercinta."Jawab Jonathan dengan singkat namun sangat melukai hati Amanda.     

Hati emosi Nadia sedikit teredam mendengar jawaban dari Jonathan yang telah membuat hati Amanda kecewa.     

"Baiklah...kalau begitu silakan kalian menikmati apa yang ada di sini, aku akan menyambut tamu yang lainnya dulu." ucap Amanda meninggalkan Jonathan dan yang lainnya.     

"Kamu ternyata bisa kejam juga ya Jo? lihat tadi wajah Amanda begitu sangat memerah saat kamu bilang seperti itu." ucap Jean yang melihat kejadian saat Jonathan membalas ucapan Amanda yang sangat telak.     

"Aku tidak kejam sama sekali. Aku hanya menjawab apa yang harus aku jawab. Apalagi dengan adanya Istriku yang ada di sampingku sedang menatapku dengan sangat tajam. Bagaimana aku bisa menjawab dengan manis?" sahut Jonathan dengan sebuah senyuman menggoda Nadia.     

"Teruskan saja suamiku...goda terus aku selagi kamu masih bisa menggoda." ucap Nadia dengan hati yang sangat gemas.     

"Tentu tidak sayang, aku hanya ingin menjaga perasaanmu saja. Aku tidak ingin menyakiti hatimu atau membuat hatimu terluka karena kamu harus bahagia saat hidup bersamaku." ucap Jonathan dengan wajah serius menatap wajah kering dengan penuh cinta.     

"Terima kasih sayang, kamu memang suami yang terbaik dalam hidupku. Baik di hari ini bahkan di masa depan nanti. Bukan begitu sayang?" ucap Nadia dengan tatapan penuh cinta.     

"Sekarang apa yang kamu inginkan Nad? apa kamu ingin minuman atau ingin makanan ringan atau hal yang lainnya?" tanya Jonathan dengan tersenyum mesra.     

"Aku masih belum menginginkan apa-apa Jo. Aku hanya ingin duduk dan melihat-lihat saja. Aku penasaran saja, apa saja acara yang akan dibuat oleh Amanda malam ini." ucap Nadia dengan perasaan yang penuh curiga pada Amanda.     

setelah beberapa saat terdengar suara Amanda yang sedang berkata di tengah-tengah ruangan     

"Terima kasih aku ucapkan atas kedatangan kalian semua yang sudah meluangkan waktunya untuk bisa datang kemari. Sebenarnya tidak ada yang terlalu penting dalam acara ini. Aku hanya ingin mengadakan acara makan malam karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Mungkin tidak ada yang tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku." ucap Amanda dengan tersenyum kecut, karena sampai pada acara dimulai tidak ada seorangpun yang memberikan ucapan selamat kepadanya.     

"Dan untuk mengawali acara kita malam ini. Aku ingin mengadakan sesuatu yang spesial di hari ini di mana aku ingin berdansa dengan seseorang yang pernah begitu dekat denganku. Dan aku berharap malam ini dia bersedia untuk berdansa denganku." ucap Amanda sambil menatap ke arah Jonathan yang berdiri di samping Nadia.     

Hati Nadia mulai terbakar kembali mendengar ucapan Amanda yang begitu blak-blakan tanpa ada rasa malu menginginkan Jonathan untuk berdansa dengannya.     

"Sepertinya memang Amanda benar-benar menyukaimu Jo, sampai dia ingin berdansa denganmu di acara ulang tahunnya yang spesial ini. Apa kamu akan menerima permintaannya? katakan sekarang? jadi kita akan tahu siapa yang akan mendapatkan hukuman nanti malam." ucap Nadia dengan sebuah senyuman kemenangan.     

"Jangan tersenyum dulu, kita kan belum tahu siapa nanti yang melanggar kesepakatan kita? bisa jadi kamu atau bisa jadi kamu lagi." ucap Jonathan dengan sangat tenang.     

"Maaf Nadia, boleh aku mengajak Jonathan untuk berdansa sebentar sebagai hadiah ulang tahunku malam ini." ucap Amanda meminta izin pada Nadia.     

"Aku tidak bisa menjawabnya Amanda, semua terserah pada Jonathan dia mau menerima ajakanmu atau tidak. Itu semua tergantung pada keputusan Jonathan. Silakan bicara sendiri dengan Jonathan." jawab Nadia dengan hati yang sudah dipenuhi rasa cemburu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.