DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MINTA HARTA SUAMI



MINTA HARTA SUAMI

0"Kamu benar sekali siapa yang menanam modal paling besar dia punya hak suara yang paling besar untuk memberikan ide atau pun peraturan di perusahaan." ucap Jonathan dengan serius menjelaskan semuanya pada Nadia yang terlihat sangat tertarik sekali dengan perusahaan.     
0

"Aku sedikit paham tentang hal itu jadi selain pemilik perusahaan sah orang yang menanam saham lebih tinggi dia juga mempunyai prioritas suara dalam setiap keputusan perusahaan apakah seperti itu Jo?" tanya Nadia dengan serius.     

"Kamu benar sekali Nadia kamu sangat pintar mudah menangkap apa yang aku jelaskan jadi dengan Amanda menanam saham tujuh puluh persen di perusahaan kita dia punya hak suara untuk memutuskan suatu keputusan yang harus dilaksanakan tapi tetap ada persetujuan dari pemilik sah perusahaan." ucap Jonathan sambil menatap wajah Nadia yang terlihat sangat serius menatapnya.     

"Aku sangat mengerti sayang kalau begitu aku besok akan ke kantor. Aku akan menanam sembilan puluh lima persen ke perusahaan dan aku akan bekerja di sana." ucap Nadia dengan tatapan serius.     

Mendengar ucapan hadiah Jonathan sangat terkejut apalagi menanam modal sebesar sembilan puluh lima persen hampir sebesar modal pemilik perusahaan itu sendiri.     

"Aku tidak percaya ini Nadia kenapa kamu berpikir seperti itu Bukankah perusahaan yang ada dalam milikmu juga kenapa harus menanam modal lagi?" tanya Jonathan dengan tatapan tak mengerti.     

"Perusahaan itu bukanlah milikku tapi milikmu walaupun yang mengelola selama ini adalah Daddy. dan seperti katamu aku adalah istrimu dan semua harta yang kamu miliki juga milikku karena itu aku meminta padamu modal sebesar sembilan puluh lima persen agar bisa ditanamkan ke perusahaan itu aku akan bekerja di sana apa kamu bisa memberikan itu suamiku?" tanya Nadia menatap kedua mata Jonathan dengan serius.     

Jonathan menelan salivanya dengan permintaan Nadia. Bagaimana bisa Nadia meminta uang seharga dari perusahaan yang ada.     

"Bagaimana aku bisa mencari uang sebanyak itu Nadia?" tanya Jonathan dengan tatapan tak percaya.     

"Aku tidak mau tahu aku mau minta padaMu hari ini juga kita aku bisa menanam modal di sana sembilan puluh lima persen dan aku besok sudah harus bekerja di kantor itu." ucap Nadia dengan serius.     

"Ya Tuhan! masalah apa lagi ini kenapa aku harus dihadapkan dengan masalah yang selalu. Dengan istriku sendiri." ucap Jonathan sambil mengusap wajahnya berulang kali.     

"Bagaimana kalau aku tidak bisa memberikannya? Apa yang kamu lakukan padaku Nadia?" Jonathan dengan hati berdebar-debar.     

"Kalau kamu tidak bisa melakukannya Aku mau minta cerai padamu aku akan bekerja di kebun bunga saja." ucap Nadia jangan suara tegas kemudian meninggalkan Jonathan dengan kepala yang semakin ingin meledak.     

"Ada apa ini kenapa jadi seperti ini Bukankah aku dan Nadia ke sini untuk mencari ketenangan menikmati bunga kenapa sekarang ke perusahaan dan kenapa Nadia berpikir seperti itu apa alasannya?" tanya Jonathan tak mengerti.     

"Kalau seperti ini terus aku bisa gila aku harus bertanya pada Jen Apa maksud dari semua ini kenapa tiba-tiba Nadia ingin bekerja di sana dan menanam modal yang tertinggi pula." ucap Jonathan segera mengambil ponselnya dan menghubungi Jean.     

"Jean kamu di mana? Aku perlu bicara denganmu." ucap Jonathan sudah tidak sabar ingin menceritakan semuanya pada Jen tentang sikap Nadia yang tiba-tiba seperti kehilangan kesadarannya.     

"Ada apa Aku ada di rumah baru siap mau berangkat kerja ada apa Jo? Sepertinya kamu panik sekali?" tanya Jen dengan tenang.     

"Aku ada masalah besar sangat besar ini tentang Nadia." ucap Jonathan sambil mendorong kursi rodanya ke kanan dan ke kiri.     

"Kenapa dengan Nadia masalah apa?" tanya Jen ikut merasa panik setiap ada berhubungan dengan Nadia.     

"Barusan saja aku menceritakan pada Nadia tentang Amanda yang menanamkan modal ke perusahaan kita tujuh puluh persen dan aku menjelaskan padanya dari setiap orang yang menanam modal lebih besar dia akan punya hak suara untuk memberikan keputusan pada perusahaan tiba-tiba Nadia meminta uang padaku sembilan puluh lima persen seharga perusahaan untuk ditanamkan modal ke perusahaanku juga dia ingin bekerja di sana besok dia minta sudah harus bekerja aku harus bagaimana Jen beri aku solusinya!" tanya Jonathan dengan wajah terlihat sangat panik.     

Untuk sesaat Jangan terdiam memikirkan apa yang menjadi masalah Jonathan dengan Nadia namun kemudian Jonathan dengan mudah mendapatkan jalan keluarnya.     

"Kenapa kamu tidak minta uang pada Ayah kamu saja. Bukankah Ayah kamu lebih kaya raya dibanding orang tua Nadia? kamu bisa memberikan dua kali harga perusahaan itu pada Nadia." ucap Jean dengan mudah.     

"Tidak seperti tidak seperti itu bagaimana aku minta uang Ayah sebanyak itu dan aku masukkan sendiri juga pada perusahaan kita lebih baik membuat perusahaan sendiri dengan uang sebesar itu." ucap Jonathan memberikan pendapatnya.     

"Kalau begitu mudah saja kamu panggil saja notaris kamu berikan perusahaan itu atas nama Nadia maka Nadia yang akan mempunyai hak tertinggi atas perusahaan itu dan dia bisa bekerja kapan pun juga." ucap Jean dengan tenang.     

Setelah mendengarkan pendapat Jen Jonathan mengangguk-anggukkan kepalanya sangat setuju dengan apa yang di dalam pikiran Jen.     

"Kenapa aku tidak berpikir seperti itu apa aku mungkin terlalu panik hingga Aku tidak memikirkan hal yang sekecil itu yang sesederhana itu." ucap Jonathan sambil menempuh keningnya berulang-ulang.     

"Ya sudah tunggu apa lagi Jo, Kamu bisa panggil notaris pagi-pagi dan membuat surat pengalihan hak perusahaan dari hak milikmu menjadi milik Nadia maka dia yang akan menjadi pemimpin utama memberikan semua keputusan." ucap Jean kembali menjelaskan tentang maksudnya.     

"Aku akan melakukannya pagi ini aku akan meminta notaris untuk datang ke kantor dan kamu bisa jadi saksinya tapi aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba Nadia mempunyai pikiran seperti itu ingin bekerja di kantor perusahaan kita padahal selama ini dia sudah sangat nyaman bekerja di tempatmu." ucap Jonathan sambil mengusap keningnya.     

"Kenapa kamu masih bertanya tentu saja Nadia melakukan hal itu karena ingin melindungi kamu karena dia tahu Amanda bekerja di sana mempunyai hak suara yang tinggi di sana karena itulah Nadia ingin mempunyai hak tertinggi agar bisa menghancurkan Amanda pasti kamu tidak tahu tujuannya dia meminta hal itu padamu secara mendadak iya kan." ucap Jean dengan tersenyum karena dia sangat tahu apa yang di dalam pikiran Nadia     

"Kenapa aku jadi bodoh seperti ini kenapa aku tidak berpikir sepertimu Apa yang kamu katakan benar juga jadi apakah Nadia cemburu pada Amanda atau karena melindungiku dari Amanda?" tanya Jonathan dalam hati dengan perasaan yang tiba-tiba merasa senang dengan apa yang dilakukan Nadia barusan     

tiba-tiba saja Jonathan tertawa keras hatinya begitu girang dengan apa yang sudah terjadi.     

****     

KARENA ALASAN CINTA     

Tiba-tiba saja Jonathan tertawa keras hatinya begitu girang dengan apa yang sudah terjadi.     

"Kenapa kamu jadi tertawa Apa kamu senang karena Nadia ingin melindungi kamu?" tanya Jean dengan heran.     

"Tentu saja aku senang karena ternyata istriku sangat melindungi aku dan juga dia cemburu pada Amanda Karena itulah dia ingin mengalahkan Amanda kamu sangat membantu sekali Jen. aku suka dengan cara kerjamu Karena itulah aku memintamu untuk bekerja denganku saja." ucap Jonathan dengan tersenyum kemudian menutup panggilannya dengan hati sangat lega.     

Selesai menghubungi Jane dan mendapatkan solusinya Jonathan segera mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah dan mencari Nadia berada.     

Jonathan menghentikan kursi rodanya saat melihat Nadia sedang sarapan dengan orang tuanya.     

"Kebetulan sekali kalian semua ada di sini Aku ingin bicara dengan kalian selagi ada Nadia." ucap Jonathan dengan wajah serius menatap kedua orang tuanya juga ayahnya.     

"Ada apa pagi-pagi wajah kamu sudah serius seperti itu. Kamu ingin membicarakan tentang apa pada kita semua?" tanya anne sambil menegakkan punggungnya menatap Jonathan dan Nadia secara bergantian.     

"Aku mau minta izin pada Dedi dan mami juga Ayah kalau pagi nanti aku akan meminta datang notaris kita untuk mengalihkan perusahaan yang aku miliki sekarang ke istriku Nadia karena harta yang aku miliki adalah harta milik Nadia juga." ucap Jonathan dengan suara pelan tapi terdengar jelas di telinga ketiga orang tuanya.     

Semua yang ada di meja makan mengangkat kepalanya menatap ke arah Jonathan yang sedang serius menatap mereka semua.     

"Berita yang sangat mengejutkan kenapa sampai kamu melakukan hal itu sebenarnya tidak ada masalah siapa pemilik perusahaan itu baik kamu ataupun hadiah sama saja karena kalian adalah anak-anak kita." ucap Ammer sebagai pemilik tunggal semua harta yang ada.     

"Berikan satu alasan saja pada kita kenapa kamu melakukan hal itu agar kami bisa tahu dan menyetujui keinginan kamu itu?" ucap Anne sebagai penasehat dari Ammer dan Daren.     

"Alasannya tidak terlalu penting bagi perusahaan tetapi bagiku alasannya itu sangat penting karena itu menyangkut diriku." ucap Jonathan sedikit kesulitan untuk mengatakan alasannya.     

Melihat Jonathan yang selalu menatapnya Nadia menjadi serba salah karena apa yang dikatakan Jonathan pasti ada hubungan dengan apa yang dia minta sebelumnya.     

"Mami tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan kalau alasan itu tidak terlalu penting buat perusahaan kenapa kamu harus menyerahkan perusahaan itu atas nama Nadia." ucap Anne sebagai penasehat perusahaan utama bukan sebagai ibu kandung Nadia.     

"Katakan saja apa alasannya tidak perlu malu kita semua adalah orang tua kamu juga jadi apa alasannya?" tanya Daren menatap Jonathan dengan tatapan.     

"Alasannya karena dia perusahaan ada partner kerja kita baru yang sudah disetujui oleh daddy yaitu Amanda memberikan modal ke perusahaan kita tujuh puluh persen dan dia punya hak suara di dalamnya setelah aku menceritakan pada istriku istriku meminta padaku untuk menanam modal sambilan puluh lima persen ke dalam perusahaan itu agar mempunyai hak suara yang tertinggi jadi aku memutuskan untuk memberikan perusahaan itu pada Nadia agar dia mempunyai hak suara tertinggi dalam perusahaan." ucap Jonathan dengan sangat jelas.     

orang tua Jonathan dan Nadia saling pandang kemudian menatap ke arah Nadia.     

"Nadia apakah yang dikatakan Jonathan itu benar?" tanya Anne pada Nadia.     

Dengan ragu-ragu sambil menatap ke Jonathan Nadia menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Jonathan.     

"Bisa kamu jelaskan kenapa kamu melakukan hal itu? apa ada alasannya Nadia?" tanya Ammer pada Nadia dengan wajah serius.     

Nadia terdiam tidak bisa berkata apa-apa selain menatap ketiga orang tuanya juga pada Jonathan Nadia merasa malu untuk mengatakannya.     

"Aku tahu alasannya kenapa Nadia melakukan hal itu aku boleh mengatakannya." ucap Jonathan sambil melihat Nadia kemudian menatap ketiga orang tuanya.     

"Katakan saja apa alasannya Nadia melakukan hal itu Jo?" ucap Daren sambil menekan pelipisnya.     

"Karena Nadia ingin melindungi aku dari Amanda Nadia tidak ingin Amanda menghancurkanku dari dalam Karena itulah Nadia rela meninggalkan pekerjaannya agar bisa bekerja di perusahaan kita selama ada Amanda apakah benar begitu Nadia?" tanya Jonathan sambil menatap penuh wajah Nadia.     

"Nadia apakah benar alasannya seperti itu seperti yang dikatakan Jonathan?" tanya Ammer sambil menahan nafasnya kalau itu benar dia sangat bangga pada menantunya yang merelakan semuanya demi untuk melindungi suami dan perusahaan keluarga.     

Nadia masih terdiam tidak tahu harus mengatakan apalagi karena apa yang dikatakan Jonathan itu benar tapi selain itu ada alasan yang terbesar Kenapa dia melakukannya karena dia tidak ingin Amanda mendekati Jonathan.     

"Kenapa kamu diam Nadia kalau kamu menjadi pemimpin perusahaan harus mempunyai keberanian dan kejujuran untuk mengatakan apapun yang terjadi." ucap Amer menatap penuh kedua mata Nadia.     

"Apa yang dikatakan Jonathan benar. aku memang sangat terkejut saat mendengar Jonathan menceritakan tentang Amanda yang menanam modal sebesar itu aku sedikit tahu kalau Amanda wanita yang sangat licik dan sering menyakiti Jonathan Aku tidak mau Amanda menyakiti hati Jonathan lagi ataupun menghancurkan perusahaan keluarga dan Selain itu Aku tidak ingin Amanda mendekati Jonathan lagi karena Jonathan adalah suamiku." ucap Nadia dengan suara pelan namun kemudian berlari meninggalkan tempat dan masuk ke dalam kamarnya karena merasa malu telah mengungkapkan perasaannya di hadapan keluarga besarnya.     

"Ya Tuhan putriku dia sangat mencintai suaminya aku sangat bahagia mendengarnya ternyata di balik kemarahan dia pada Jonathan ternyata sangat mencintainya kamu dengar itu Jo nah dia sangat mencintaimu sayang." ucap Anne dengan perasaan yang sangat lega.     

Jonathan tersenyum setelah mendengar ucapan hadiah juga mendengar ucapan ibunya perasaan bahagia menyelimuti hatinya karena selama ini ternyata Nadia menyimpan perasaan yang sangat dalam dan peduli pada keluarganya.     

"Jonathan Ayah setuju kamu memberikan perusahaan itu pada Nadia kamu bisa memanggil notaris dan mengalihkan perusahaan ke atas nama Nadia." ucap Amer dengan perasaan lega.     

"Baiklah ayah terima kasih Dedi mami aku harus pergi dulu ingin melihat Nadia pasti saat ini dia sangat malu karena sudah mengungkapkan perasaannya di hadapan kalian." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman kemudian mendorong kursi rodanya kembali ke kamarnya untuk melihat Nadia.     

sampai di dalam kamar Jonathan melihat Nadia sedang menangis dengan posisi tengkurap di tempat tidur.     

Tanpa menimbulkan suara Jonathan mendekati Nadia.     

"Nadia terima kasih atas semua perasaan yang kamu berikan padaku aku tidak peduli memberikan satu perusahaan ataupun sepuluh perusahaan padamu, karena aku percaya kamu melakukan hal itu karena mencintaiku." ucap Jonathan dengan suara pelan namun Nadia pasti bisa mendengarnya.     

Nadia membalikkan badannya menatap Jonathan dengan air mata berlinang.     

"Kamu!! Kamu!! telah membuat aku malu!!" ucap Nadia dengan air mata mengalir deras di pipinya.     

****     

PEMILIK TERTINGGI     

Di kantor.....     

Jonathan duduk tenang di tempatnya sambil menunggu kedatangan notaris perusahaan yang akan mengesahkan pemilik perusahaan baru yaitu Nadia.     

"Apa kamu sudah sangat yakin dengan keputusanmu itu Jo?" tanya Jen dengan duduk santai di sofa sambil memikirkan Renata yang akan datang untuk ikut menanam modal agar bisa bekerja di perusahaan Jonathan.     

"Kenapa tidak yakin aku sudah membicarakan dengan ayah dan orang tuaku semua sudah memberikan persetujuan jadi aku tinggal menjalankan saja di mana yang lainnya apakah Amanda sudah datang dan Renata apakah dia akan jadi datang ke sini?" tanya Jonathan dengan serius.     

"Syukurlah kalau semua sudah setuju aku pun ikut setuju karena sangat berbahaya kalau Amanda yang lebih berkuasa di sini walaupun aku tahu hak tertinggi adalah di tempatmu." ucap Jen merasa bersyukur ada Nadia yang bisa melawan Amanda.     

"Amanda Aku tidak tahu mungkin dalam perjalanan tapi Renata sudah dalam perjalanan ke sini dia hanya akan menanam modal lima puluh persen saja dia akan bekerja di sini membantuku. Kamu sudah tahu kan kenapa alasannya." ucap Jean dengan tatapan penuh.     

"Tidak ada masalah kalaupun Renata juga tidak menanam modal aku tidak ada masalah dia tetap bisa bekerja di sini membantumu." ucap Jonathan tidak memaksa Renata harus ikut menanam modal dalam perusahaan.     

"Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan Jo?" tanya Jean dengan serius.     

Jonathan menganggukkan kepalanya Jangan sangat yakin.     

"Baiklah kalau kamu mengatakan hal itu aku akan bicara dengan Renata tanpa harus dia menanam modal di sini dia akan bekerja denganku Aku harus lebih mengenal Renata agar aku bisa memutuskan hal yang besar dalam hidupku ucap dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Syukurlah kalau kamu sudah menyadari hal itu karena menunggu sesuatu yang hal yang tidak pasti itu sangat menyakitkan." ucap Jonathan sedikit menyindir Jen yang sudah menunggu Nadia tanpa ada kepastian.     

"Jonathaaaannnn!!" terdengar suara Amanda dengan suara yang sangat melengking memanggil nama Jonathan.     

Jonathan dan jean menegakkan punggungnya dengan wajah sangat terkejut.     

"Apa suara kamu tidak bisa kamu kecilkan? kita ada di kantor bukan di pasar." ucap Jean sambil memicingkan matanya.     

"Hei...Hei... dengar Jen apapun yang kamu katakan itu tidak terpengaruh untukku Kamu harus ingat aku menanam modal tujuh puluh persen di sini. aku lebih berkuasa untuk menentukan apapun yang ada di perusahaan ini Amanda dengan gaya yang sangat sombong.     

"Aku rasa kamu tidak pantas untuk bekerja di suatu perusahaan Amanda kamu lebih pantas menjadi perawat seperti pekerjaan kamu dulu merawat orang sakit." ucap Jean dengan perasaan kesal membalas ucapan Amanda.     

"Kamu kalau bicara denganku sangat menyakitkan telinga." ucap Amanda dengan wajah terlihat kesal.     

"Jonathan Ada apa Kamu memanggilku dengan memberi undangan khusus apa ada sesuatu yang membutuhkan keputusanku?" tanya Amanda dengan tatapan menggoda.     

"Tidak ada yang meminta keputusan apapun darimu, kamu hanya duduk dan mendengarkan saja karena keputusan tertinggi tetap ada padaku jadi kamu jangan macam-macam selama ada." aku ucap Jonathan dengan nada dingin.     

"Baiklah aku akan mendengarkan saja kapan rapatnya dimulai Kenapa masih sepi." ucap Amanda sambil melihat ke sekeliling kursi yang tanpa masih kosong.     

"Kita tunggu saja sebentar lagi juga akan datang, jadi kamu lebih baik diam saja di tempatmu dan nikmati teh hangat kamu." ucap Jonathan seraya mengambil teh hangat dan diminumnya sebelum emosi karena Amanda.     

Tidak berapa lama kemudian datang notaris bersama Nadia juga ketiga orang tua Jonathan dan beberapa orang yang mempunyai hak suara di perusahaan Jonathan.     

melihat Nadia datang segera Jonathan bangun dari duduknya dan mendekati Nadia.     

"Kamu duduk bersamaku Jangan lagi duduk dekat dengan janji selama ada aku." bisik Jonathan di telinga Nadia.     

Nadia hanya mengangkat wajahnya dengan kening berkerut kemudian menurut saja saat Jonathan menarik tangannya agar duduk di sampingnya.     

Jane yang duduk tidak jauh dari Jonathan hanya tersenyum kemudian melihat ke arah ponselnya di mana mendapat pesan dari Renata kalau sudah ada di depan pintu tapi malu untuk masuk.     

segera Jen bangun dari duduknya untuk menjemput Renata.     

"Kenapa kamu tidak masuk saja Kenapa harus malu dipastikan kamu bisa kerja di sini bersamaku tanpa harus menanam modal modalnya kamu simpan saja untuk usaha kamu sendiri ucap Jen meraih tangan dari mata dan mengajaknya duduk di sampingnya.     

melihat Jane menggandeng seorang wanita dan Jonathan duduk di samping Nadia rasa iri di hati Amanda sangat besar dengan tatapan tidak senang Amanda meremas kertas yang ada di tangannya.     

"Kalian terlihat terlalu bahagia lihat saja kalau aku sudah bekerja di sini akan aku hancurkan semuanya." ucap Amanda dalam hati tapi dengan sebuah senyuman tampak di bibirnya.     

setelah semuanya berkumpul Jonathan memberikan pembukaan tanpa menyebutkan alasannya karena semua telah dilimpahkan Jonathan ke bagian notaris yang akan mengatakannya.     

semua yang ada di dalam ruangan terdiam saat notaris membacakan keputusan yang sangat mengejutkan semua orang.     

tanpa ada halangan notaris perusahaan menjelaskan bahwa pemilik perusahaan atas nama Jonathan telah mengalihkan pada istrinya Nadia sebagai pemilik sah dan pemilik tertinggi perusahaan.     

semua yang ada di dalam ruangan sangat terkejut terutama Amanda yang sudah sangat membenci Nadia yang telah merebut Jonathan darinya.     

"Bagaimana ini bisa terjadi kenapa keputusan ini sangat timpang pemimpin sebaiknya seorang pria dalam perusahaan pemimpin wanita dia tidak akan mempunyai kepribadian yang tangguh akan menjadi lembek perusahaan akan turun dan tidak akan mendapatkan hasil keuntungan aku sangat tidak setuju." ucap Amanda tiba-tiba mengatakan semua di hadapan semua orang.     

"Bisa aku bicara?" tanya Nadia tiba-tiba sambil berdiri dengan begitu sangat berkarisma.     

"Seorang pemimpin bisa memajukan suatu perusahaan bukan berpijak pada dia perempuan dia wanita atau laki-laki tapi berpijak pada kepribadian pemimpin itu sendiri bagaimana dia bisa mengelola perusahaan itu dengan baik dengan kompeten secara profesional dan tidak pandang bulu dia pasti bisa memimpin perusahaan itu maju kalian bisa percaya padaku tentang hal itu." ucap Nadia tanpa merasa takut dengan tatapan Anda yang sangat terlihat membencinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.